Untuk anda yang ingin mendownload filenya, silahkan klik
link dibawah ini!
Download Makalah Ilmu Mantiq (Istidlal)
Download Makalah Lain :
Analisis Terhadap Psikologi Agama
Pengaruh Psikologi Agama Terhadap Perilaku Peserta Didik
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Power Point
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembahasan disini akan dijelaskan
pengertian istidlal, macam-macam istidlal serta contoh-contohnya. Istidlal secara
lughowi adalah mencari dalil, keterangan, indikator, atau petunjuk sehingga
dapat diperoleh suatu pengertian atau kesimpulan. Dalam pembahasan ini akan
dijelaskan lebih rinci tentang cara pengambilan kesipulan dari suatu
permasalahan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan
dengan mencari silogisme dari suatu persoalan.
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan
dengan metode induktif dan deduktif. Dengan mencari premis umum kemudian menuju
ke premis khusus dinamakan metode induktif sedangkan jika mencari premis khusus
kemudian menuju premis yang umum maka dapat disebut metode deduktif. Beberapa
metode tersebut dapat digunakan untuk menarik sebuah kesimpulan dari suatu
permasalahan.
Dengan mengunakan istidlal maka akan
diperoleh hasil kesimpulan yang logis dan rasional, tidak asal dalam mengamabil
kesimpulan tetapi banyak bukti yang dapat memperkuat kesimpulan dari persoalan
tersebut. Dengan mengetahui istidlal dan macam-macamnya maka dapat ditemukan
suatu kesimpulan yang jelas dan terarah tentang sebuah persoalan yang
diperselisihkan.
Diharapkan dengan mengerti istidlal atau
penarikan kesimpulan yang jelas dan benar maka semua orang dapat menyimpulkan
setiap persoalan dengan cara dan metode yang sesuai dengan persoalan yang di
hadapinya. Dengan mengetahui cara penarikan kesimpulan yang benar maka semua
orang tidak akan ragu terhadap hasil kesimpulan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian
Istidlal merupakan
pembahasan yang terpenting dalam ilmu Mantik, karena mengambil kesimpulan yang
benar adalah menjadi fungsi utamanya.[1] Kata istidlal berasal dari kata Arab, akar kata istidlal adalah
dari kata “daal”, yang berarti mengambil dalil atau kesimpulan yang diambil
dari petunjuk yang ada. Sedang arti dalil sendiri adalah petunjuk. Petunjuk
yang digunakan untuk mendapat satu kesimpulan.[2]
Contoh:
1. Bahwa besi, ialah logam.
2. Dan tiap-tiap logam, ialah dapat
menyampaikan panas dengan baik.
3. Maka besi suatu bahan yang dapat
menyampaikan panas dengan baik.
Rumus:
B=C
B. Macam-macam Istidlal
Para ahli mantik membagi istidlal
kedalam beberapa bagian sebagai berikut:
1. Istidlal Qiyasi ( deduksi )
Pengertian Al-Qias
Kata
kias berasal dari bahasa Arab yang berarti ukuran. Maksudnya adalah mengukur
sesuatu dengan sesuatu yang lain. Qias dalam ilmu mantiq adalah ucapan atau
kata yang tersusun dari dua atau beberapa qadhiyah, manakala qadhiyah-qadhiyah
itu benar, maka akan muncul dari padanya dan dengan sendirinya qadhiyah benar
yang lain dinamakan natijah. Tetapi perlu dicatat bahwa bila qadhiyah tidak
benar bisa saja natijahnya benar. Tetapi benarnya itu adalah kebetulan.
Ø Pengertian istidlal qiyasi
Secara bahasa,
qiyasi berarti ukuran atau mengembalikan sesuatu kepada persoalan pokoknya.
Adapun secara istilah qiyasi digunakan untuk menyatakan proses penalaran
sistematis dan logis tentang maujudat yang terucapkan dan pengucapan maujudat
yang disusun dari keputusan-keputusan logis sehingga menghasilkan kesimpulan
ilmiah.[4]
Menurut Al-Jurzani, pengertian qias adalah sebagai berikut :
قَوْلٌ
مَرَكَّبٌ مِنْ قَضَا يَا ِاذاَ سَلِمَتَ لَزِمَ عَنْهَا لِذَاتِهَا قَوْلٌ اَخَرْ
Peraturan yang tersusun dari keputusan-keputusan (qadhiyah) yang
jika keputusan-keputusan benar, mesti melahirkan suatu kesimpulan (natijah).[5]
Contoh : tiap-tiap
bid’ah itu sesat
Tiap
yang sesat dalam neraka
Jadi
tiap bid’ah dalam neraka[6]
Ø
Pembagian
Qias
a.
Pengertian
qiyasi iqtirani
مَاذَ كَرَتْ فِيْهِ الَّنِتيجَةُ بَا لقُوَّة
Qiyas yang kesimpulannya terdapat di dalamnya secara explisit dalam
unsur yang terpisah.
Yang dimaksud
dengan “ secara explisit dalam unsur yang terpisah” adalah bahwa bahan
kesimpulan terdapat dalam unsur muqaddamah sughra dan muqoddamah kubro.[7]
1) Iqtirani Hamli
Iqtirani hamli adalah qias yang ketiga qadhiyah-nya terdiri atas
qadhiyah-qadhiyah hamliyahnya saja.[8]
Contoh
Hamliyah:
Ø Manusia adalah hewan, tiap hewan perlu air.
Ø Jadi setiap manusia perlu air[9]
2) Iqtirani Syarthi
Iqtirani Syarthi adalah qias yang qadhiyah-qadhiyahnya tersusun
dari qadhiyah syarthi dan qadhiyah hamliyah. Syarti,
yaitu
مَا تَرَكَّبَ مِنَ اْلحَمْلِيَةِ وَا لشَّرْ طِيَّةِ
Qiyas yang tersusun dari qadhiyah hamliyah dan qodhiyah syartiyah.
Contoh:
Contoh:
Jika alam bergerak, ia digerakkan
Setiap yang digerakkan ada penggeraknya
:Setiap daun bergerak ada penggeraknya.[10]
b. Qiyas Istitsna’i
Qiyas istitsna’i adalah qias yang memakai kata pengecualian tetapi
(bahasa arab: lakinna) bukan kecuali (bahasa arab: illa) pada muqadimah kedua. Qias
istitsna’i ini tersusun dari (1) muqadimah kubra, dan (2) muqadimah shugra.
Qias Istitsna’i terbagi menjadi 2:
1) Ittishali
Istitsna’i ittishali adalah qias
yang muqadimah kubranya (mukadimah 1) terdiri dari qadhiyah syartiyah
muttashilah.
Contoh:
Jika hujan banyak maka tanaman
subur.
Tetapi, hujan banyak.
:.Tanaman subur
Rumus:
Jika B maka C
Tetapi B
:.C.[11]
2)
Infishali
Infishali adalah qiyas yang mukadimah kubro-nya terdiri dari
qadhiyah syarthiyah munfashilah.
Contoh:
Pasaran cengkih adakalnya ramai,
adakalanya sepi.
Tetapi, pasaran cengkih ramai.
:. Pasaran cengkih tidak sepi.
2.
Qiyas Istiqra’i
Qiyas Istiqra’i adalah penarikan
kesimpulan secara induktif, yang dimulai dengan percobaan-percobaan kecil untuk
menemukan kesimpulan-kesimpulan kecil yang diharapkan, setelah
percobaan-percobaan berikutnya, akan bermuara kepada penemuan kesimpulan yang
sifatnya umum atau general. Besi misalnya, melalui percobaan-percobaan
memanaskannya, ternyata memuai. Percobaan dilakukan berulang-ulang diberbagai
tempat dan waktu. Hasilnya terbukti sama, yaitu memuai. Kesimpulan umum lantas
ditarik bahwa besi, jika dipanaskan, memuai.[12]
Qiyas Istiqra’i terdapat dua macam,
yaitu Istiqra’i Tamm dan istiqra’i Naqish.
a.
qiyas
tamtsli
هُوَ اِثْبَا تُحُكْمٍ جُزْيٍ لِجُزْيٍ اَخَرٍ مُشَا بَهَةٍ
بَيْنَهُمَا
Menetapkan hukum bagian terhadap bagian yang lainnya sebab terdapat
kesamaan diantara keduanya.
Contoh :
اَلنَّبِيَذُ كَا لخَمْرِ فيِ الاِ سْكَا رْ
Perasan anggur itu seperti khomar dalam hal dapat memabukan.
Rumus:
Jika B maka C
Tetapi B.
:. C.[13]
b.
Qiyas Naqish
Qiyas naqish, di
mana wujud ‘illat dalam hukum furu’ kurang tegas sebagaimana dalam hukum ashal.
Seperti ‘illat memabukkan pada minuman-minuman yang dibuat dari anggur. Alasan
memabukkan pada minuman-minuman tersebut tidak skuat pada khamar. Akan tetapi
hal ini bukan berarti menolak teori ‘illat hukum, sebab untuk memahami nash hukum
secara teapt harus mengetahui ‘illat hukumnya pula. Dan untuk itu ‘illat harus
dibuktikan secara nyata.
Contoh: Anggur yang
difermentasi seperti khamr.
BAB III
PENUTUP
Dalam pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa
yang di maksud isdidlal Kata istidlal
berasal dari kata Arab, akar kata istidlal adalah dari kata “daal”, yang
berarti mengambil dalil atau kesimpulan yang diambil dari petunjuk yang ada.
Sedang arti dalil sendiri adalah petunjuk. Petunjuk yang digunakan untuk
mendapat satu kesimpulan. Dan dalam istidlal terdapat dua metode yang digunakan
untuk menarik sebuah kesimpulan.
Macam-macam
istilal ada 2 yaitu qiyasi dan istiqra’i, yang dimaksud istidlal qiyasi Kata
kias berasal dari bahasa Arab yang berarti ukuran. Maksudnya adalah mengukur
sesuatu dengan sesuatu yang lain. Qias dalam ilmu mantiq adalah ucapan atau
kata yang tersusun dari dua atau beberapa qadhiyah, manakala qadhiyah-qadhiyah
itu benar, maka akan muncul dari padanya dan dengan sendirinya qadhiyah benar
yang lain dinamakan natijah. Tetapi perlu dicatat bahwa bila qadhiyah tidak
benar bisa saja natijahnya benar. Tetapi benarnya itu adalah kebetulan.
Dalam istidlal qiyasi di bagi menjadi dua yaitu iqtironi dan
syarti. Qias istironi qiyas yang kesimpulannya terdapat di dalamnya secara explisit
dalam unsur yang terpisah. Sedangkan syarti ialah Qiyas yang tersusun dari
qadhiyah hamliyah dan qodhiyah syartiyah. Istidlal istiqra’i juga dibagi
menjadi dua yaitu taam dan naqis. Yang dimaksud taam ialah kesimpulan yang
telah sempurna sedangkan naqish ialah kesimpulan yang masih belum sempurna
dalam penyusunan kalimat yang dibuat dalam kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Djalil
Basiq.2010.Logika (Ilmu Mantiq).Jakarta: Kencana..
Sambas
syukriadi. 1996.Mantik.
Bandung: PT Rosdakarya.
[1] Baihaqi,Ilmu
Mantiq,(Darum Ulum Press,1996),hlm 111
[2] Basiq Djalil,Logika
(Ilmu Mantiq),(Jakarta: Kencana,2010), hlm.67.
[3] Baihaqi,op.cit,hlm.112.
[4] Basiq
Djalil,Op.Cit, hlm.69.
[5]
Syukriadi Sambas,Mantik,(Bandung:Rosdakarya), hlm.114.
[6] Basiq
Djalil,Op.Cit, hlm.69.
[7]
Syukriadi Sambas,Op.cit, Hlm.117.
[8] Baihaqi,
Op.Cit, hlm.119.
[9] Basiq
Djali, Op.Cit, hlm.71.
[10] Baihaqi,
Op.cit, hlm.119
[11] Ibid,
hlm. 168-169.
[12] Ibid,
hlm.113.
[13] Yukardi
Sambas, Op.Cit,hlm. 147.
Kenapa makalahnya gak bisa di unduh ???
ReplyDelete