2 Komentar
Untuk anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan klik link dibawah ini!.
Download Makalah Ilmu Pendidikan Islam (Dasar Landasan Pendidikan Islam)

Download Makalah Lain :

Analisis Terhadap Psikologi Agama

Pengaruh Psikologi Agama Terhadap Perilaku Peserta Didik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Power Point

PENDAHULUAN

Dasar merupakan alas, fundamen, pokok atau pangkal dari segala sesuatu. Dasar mengandung arti sumber dan sebab adanya sesuatu. Dasar ilmu pendidikan Islam adalah Islam dengan segala ajarannya, ajaran itu bersumber dari al-Qur’an, hadits maupun ra’yu. Semua sumber itu harus digunakan secara hirarkis, al-Qur’an harus didahulukan, apabila penjelsan tidak ada dalam al-Qur’an. Maka harus dicari dalam hadits, apabila tidak juga ditemukan dalam hadits barulah dengan ra’yu. Dasar inilah yang membuat ilmu pendidikan disebut ilmu pendidikan Islam. Tanpa dasar ini, tidak akan ada ilmu pendidikan Islam.







PEMBAHASAN

1.             Landasan Dasar Pendidikan Islam
Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu, yang berfungsi memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu.[1]
Landasan dasar pendidikan Islam yang masyhur di beberapa referensi terdiri atas tiga macam.
a.         Al-Qur’an
Al-Qur’an secara harfiah berasal dari fi’il madhi (قرأ, يقرأ, قرأ, قرأة, قرأنا), yang artinya membaca. Secara istilah Dr. Subhi ash-Sholih memberikan definisi bahwa al-Qur’an adalah kalam yang mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dinukilkan secara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah.[2] Lebih panjang Syekh Muhammad Ali ash-Shobuni memberikan definisi bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz diturunkan kepada nabi dan rosul penghabisan dengan perantaraan malaikat Jibril yang terpercaya, tertulis dalam mushaf yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat annas.[3] Umat sebagai suatu umat yang dianugrahkan Tuhan suatu kitab suci al-Qur’an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi segala aspek kehidupan yang bersifat universal , sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adalah bersumber  kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada al-Qur’an. Kedudukan al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat al-Qur’an itu sendiri, seperti sebuah ayat yang artinya “ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah  supaya mereka memperlihatkan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapatkan pelajaran orang-orang yang  mempunyai pikiran”. Sehubungan dengan masalah ini, muhammad Fadhil al-Jamali menyatakan bahwa, pada hakikatnya al-Qur’an itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama kebudayaan kerohaniahan. Ia pada umumnya adalah kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlaq) dan spiritual (kerohaniahan).[4] Dengan demikian jelas kita dapat mengetahui bahwa al-Qur’an merupakan sumber ilmu-ilmu Islam dalam pengertian seluas-luasnya, dan sejauh pemahaman terhadap al-Qur’an, terdapat pula penafsiran yang bersifat ma’nawi yang memungkinkan dalam pencarian makna secara lebih mendalam yang berguna untuk pembangunan paradigma ilmu.[5]
b.      Hadits
Dasar yang kedua setelah al-Qur’an adalah Hadits (assunnah). Secara harfiyah assunnah mempunyai arti jalan, tabiat, perikehidupan.[6]. Abdul Wahab Khalaf memberikan definisi secara istilah bahwa assunnah adalah apa saja yang datang dari Rosulullah Saw, baik perkataan, perbuatan maupun persetujuan. Dari definisi yang ada maka dapat kita ketahui assunnah adalah semua sabda atau perbuatan Rosulullah Saw atau persetujuan beliau terhadap perkataan atau perbuatan shahabatnya karena dinilai baik.[7] assunnah dijadikan sebagai landasan dasar pendidikan Islam yang kedua, dan Rosulullah Saw. telah meletakkan dasar-dasar kependidikan Islam semenjak beliau diangkat menjadi utusan Allah. Seperti beliau mendidik wudlu’. Sholat, dzikir dan berdoa.
c.       Ijtihad
Al-Qur’an dan hadits (assunnah) disebut sebagai dasar pokok, sedangkan sikap dan perbuatan shahabat serta ijtihad disebut sebagai dasar tambahan. Ijtihad sendiri adalah penggunaan akal pikiran oleh fuqaha’-fuqaha’ Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam al-Qur’an dan hadits dengan syarat-syarat tertentu.[8] Ijtihad ini digunakan ketika dalam al-Qur’an dan hadits dijumpai arti umum saja, maka para ahli hukum Islam menggunakan ijtihad dalam menentukan hukumnya.
d.      Perkataan, Perbuatan dan Sikap Para Sahabat
Dalam sebuah referensi menuliskan, pada masa khulafa al-Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam mengalami perkembangan. Selain al-Qur’an dan assunnah juga perkataan , sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat dipegangi karena Allah sendiri memberikan pernyataan dalam firman-Nya yang artinya “orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridlo kepada mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah menjadikan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal didalamnya. Itulah kemenangan besar”. (Q.S. Attaubah : 100).





2.             Al-Qur’an dan al-Hadits yang menjadi dasar pendidikan Islam
a.        Ayat al-Qur’an yang menunjukkan al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam.
وَنَزَّلْنَا عَلَيكَ الكِتابَ تِبْيَانًا لِكلِّ شَئٍ وَهُدَى وَرَحْمَةً وبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ
(النحل : ٨٩)
“Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (Q.S. Annahl : 89).
اِنَّ هذَا القُرْانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُونَ          الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرٌا كَبِيْرٌا (الإسراء : ٩ )
Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (al-Isro’ / 17 : 9).
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwasanya al-Qur’an sebagai kitab undang-undang, hujjah, dan petunjuk yang di dalamnya mengandung banyak hal yang menyangkut segenap kehidupan manusia.[9]
b.        Hadits yang menunjukkan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَا مَكَارِمَ الاَخْلَاق
“Sesungguhnya aku telah diutus  untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”
       Hadits tersebut menunjukkan bahwasanya Rosulullah adalah manusia yang mulia yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.

3.             Deskripsi Kandungannya
a.         Ayat
Ayat di atas memaparkan bahwa al-Qur’an menjadi landasan dasar suatu ilmu yang mempunyai fungsi kompleks yakni menjadi petunjuk, menjelaskan perbedaan antara yang hak dan yang bathil, wasit atau hakim yang memutuskan berbagai perkara, obat penenang dan penyembuh jiwa, serta rahmat bagi seluruh alam. ayat-ayat semacam itu menegaskan bahwa tujuan al-Qur’an adalah memberi petunjuk kepada umat manusia, dan tujuan ini akan tercapai dengan memperbaiki hati dan akal manusia dengan akidah-akidah yang benar dan mulia. Oleh karena itu pendidikan Islam harus menggunakan al-Qur’an sebagai sumber utamanya.[10]
b.        Hadits
Rosulullah adalah suri tauladan yang mulia bagi semua umat, yang memiliki kompetensi pengetahuan yang luas mendalam dalam ilmu agama, sosial, ekonomi, psikologi, politik, hukum dan budaya, melainkan juga memiliki kompetensi kepribadian yang terpuji, kompetensi ketrampilan mengajar dan mendidik yang prima, serta kompetensi sosial. Hal ini menunjukkan semua yang ada pada diri nabi menunjukkan pendidik yang profesional. Oleh karena itu hadits merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim.[11]






PENUTUP

Bermula dari suatu landasan yang benar maka suatu tujuan yang dikehendaki akan sangat besar perwujudannya. Begitupun dalam ranah disiplin ilmu, terlebih untuk ilmu pendidikan Islam yang mana tujuannya untuk kesempurnaan manusia. Seperti halnya dikatakan Imam Ghozali bahwasanya tujuan dari Pendidikan Islam adalah –kesempurnaan manusia yang berujung taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah; -menggali mengenmbangkan potensi atau fitrah manusia; mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya; membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela; -mengembangkan sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang manusiawi; -kesempurnaan manusia yang berujung kepada kebahagiaan dunia dan kesentosaan akhirat. Oleh karena itulah tentunya tujuan pendidikan Islam ini tidak dapat lepas dari Landasan Dasar Ilmu Pendidikan Islam yakni pilar landasan al-Qur’an, Assunnah, Ijtihad serta kemudian Perkataan, Perbuatan dan Sikap Sahabat-sahabat Nabi yang akan menuntun untuk mencapai tujuan-tujuan yang sesuai.













DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Azra Azyumardi.1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi   Menuju Milenium Baru, Jakarta: P.T. Logos Wacana Ilmu.
Noer Aly Hery. 1999. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: P.T. Logos Wacana Ilmu.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Sya’roni Sam’ani. 2013. Tafkirah Ulum Al-Qur’an, : Al-Ghotasi Putra.
Wali Songo Semarang Fakultas Tarbiyah. 2001. Paradigma Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Pelajar.





[1] H.Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 3 (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 53.
[2] Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, Paradigma Pendidikan Islam, Cet 1 (Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 35.
[3] Sam’ani Sya’roni, Tafkirah Ulum Al-Qur’an, Cet 2 (AlGhotasi Putra, 2013), hlm. 10.
[4] Muhammad Fadhil al-Jamali, Tarbiyat Al-Insan Al-Jadid, (Al-Tunissiyyat: Al-Syarikat, tt.) Hlm. 37.
[5] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta : P.T. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 45.
[6]Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo,op. cit., hlm. 37
[7] Ibid, hlm. 37
[8] H.Ramayulis, op. cit., hlm. 60.

[9] Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, op. cit., hlm. 37

[10] Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 3 (Bumi Aksar, 1996), hlm. 21
[11] Ibid. hlm. 21 

Post a Comment

 
Top