Untuk anda yang ingin mendownload filenya,
Silahkan klik link dibawawh ini!
BAB I
PENDAHULUAN
Studi tentang perbandingan
pendididkan di setiap negara menjadi tema yang tidak asing lagi dalam dunia
pendidikan. Pendidikan disetiap negara berbeda-beda, baik dalam kurikulumnya,
dalam pelaksanaannya ataupun dalam hal-hal lainnya. setiap negara mempunyai
sistem pendidikan masing-masing. Dengan mempelajari perbandingan pendidikan
disetiap negara bisa memberikan banyak pengetahuan mengenai pendidikan mana
yang baik dan dapat dijadikan sebagai acuan.
Jerman dikenal dengan
siswa-siswinya yang rapi, bersih, teratur dan disiplin, dan tugas-tugas sekolah
hampir selalu didesain dalam bentuk kelompok, bukan dalam bentuk berpasangan.
Remaja Jerman tidak lazim bekerja sambil sekolah dan cenderung menunda dulu
hubungan muda mudi yang terlalu akrab. Ini semua menunjukkan bahwa masyarakat
Jerman pada umumnya memprioritaskan pendidikan.
Dalam kesempatan ini, pemakalah
akan menjelaskan lebih lanjut studi tentang potret sistem pendidikan di Jerman yang di dalamnya nanti akan dijelaskan
mengenai:
a.
Potret system pemerintahan
b.
Kondisi demografi
dan potensi income negara
c.
Filsafat
pendidikan dan orientasi pendidikan
d.
Kebijakan di
bidang pendidikan agama
e.
Kebijakan di
bidang manajemen pendidikan formal
f.
Dinamika dalam
pengembangan Kurikulum
g.
Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
h.
Pembiayaan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Potret System Pemerintahan
Pada bulan Mei 1945, pemerintah tertinggi
negara Jerman berakhir sebagai akibat hancurnya regim sosialis nasional dan
menyerahnya Jerman tanpa syarat kepada kekuasaan sekutu. Hanya secara
perlahan-lahan hak untuk menentukan diri sendiri kembali diperoleh. Dalam tahun
1949, dua negara rival Jerman muncul, yaitu pada daerah pendudukan Uni Soviet
lahir Republik Demokrasi Jerman (the Germany Democratic Republic, GDR),
sebuah negara dengan sistem satu partai – Marxisme – Leninisme, dengan
ekonomi terpimpin; dan pada daerah pendudukan Amerika, Inggris, dan Prancis
muncul dengan republik federal Jerman (Federal Republic of Germany, FRG),
dengan sistem perekonomian liberal dan pluralistik. Membangun negara atas dasar
perbedaan regional yang sudah mempunyai sejarah panjang, kedua negara baru ini
melangkah dengan sistem yang berbeda. Di negara republik demokrasi Jerman, yang
dulunya daerah ini terbagi-bagi dalam beberapa sub unit administratif (the
lander), sekarang semua sub unit itu dihilangkan dalam tahun 1952, dan
diganti dengan struktur baru yang sentralistis. Berbeda halnya dengan republik
federal Jerman, sesuai dengan namanya sistem federal ditetapkan secara resmi
sebagai bentuk negara, dengan ciri utama pemerintahan sendiri.[1]
B.
Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara
Secara geografis, Jerman terletak di
tengah-tengah benua Eropa dengan luas daerah 356,957 km2. Jerman berpenduduk 82
juta lebih dan kira-kira 8% diantaranya bukan berkabangsaan Jerman. Warga
negara asing ini mulai berdatangan ke Jerman pada akhir tahun 1950-an ketika
negara-negara Eropa selatan mulai merekrut buruh-buruh pekerja tangan. Jumlah
yang paling banyak adalah orang Turki, baik yang lahir di Jerman atau keturunan
Turki. Imigran lain masuk ke Jerman sebagai pengungsi karena perang, karena
tekanan ekonomi di negaranya masing-masing. Jenis imigran ketiga adalah dari
etnis Jerman sendiri (walaupun semuanya tidak berbahasa Jerman) berbeda dengan
jenis imigran lain, mereka dapat dengan segera meminta kewarganegaraanya
sewaktu masuk ke Jerman. Oleh karena kesulitan bahasa, baik imigran yang sudah
lama menetap di Jerman apalagi mereka yang baru datang, maka hal ini merupakan
tantangan bagi sistem pendidikan di Jerman. Sangat sukar memberikan kesempatan
yang sama memberikan pendidikan kepada anak-anak imigran. Berbagai upaya
dilakukan untuk mengejar anak-anak dari kelompok minoritas ini dengan
menggunakan bahasa-ibu mereka sendiri. Namun demikian, bahasa Jerman merupakan
bahasa yang dominan dengan berbagai variasi dialek daerah.
Jerman bukan negara yang kaya dengan sumber
alam, dan juga bukan negara yang mampu memenuhi kebutuhan produksi pertanian
sendiri. Oleh sebab itu Jerman banyak tergantung pada barang-barang impor dari
pada barang ekspornya. Pada umumnya perdangan Jerman sangat positif, dan
investasi Jerman di luar negeri melebihi investasi asing di dalam negeri.
Tetapi sebagai akibat dari upah serta ongkos produksi yang tinggi sesuai
ketentuan sistem sekuriti sosial, posisis Jerman sebagai negara ekspor tangguh
mendapat tantangan dalam perdagangan internasional. Ini jelas membawa dampak
bagi pendidikan. Penelitian dan pengembangan serta pabrik-pabrik.[2]
Secara historis, bangsa Jerman memiliki
sejarah amat panjang dan unik dengan kehidupan masyarakatnya yang unik pula.
Kehidupan bangsa Jerman dimulai dari yang amat primitif, kemudian berkembang
menjadi bentuk negara-negara kecil di daerah pengaruk kerajaan Romawi sampai tahun
1809. Setelah itu Jerman berada dalam kekuasaan Napoleon sampai awal abad 19
dan berlanjut menjadi negara Prusia yaitu tahun 1824-1871, Republik Weimar
1919-1033, Era Nazi 1933-1945, kemidian setelah kalah perang dunia dua, Jerman
terpecah menjadi dua negara yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur (1945-1989)
keduanya dapat bersatu setelah dirobohkannya tembok pembatas yang memisahkan
keduanya yang dikenal dengan “Tembok Berlin”. Oleh
karenanya sejak tahun 1989 sampai sekaranh Jerman bersatu menadi bentuk negara
Federal dengan nama republik
Federal Jerman.[3]
C.
Filsafat Pendidikan dan Orientasi Pendidikan
Berdasarkan sejarah, pendidikan di Jerman berasal
dari dua sumber: gereja dan negara. Sudah menjadi tradisi semenjak awal abad
pertengahan bahwa gereja selalu terlibat dalam pendidikan, sedangkan the
lander (asal mula kekuasaan daerah) selalu pula mengatakan bahwa merekalah
yang bertanggung jawab atas pendidikan.[4]
Adapun orientasi pendidikan di Jerman adalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan
Tinggi
Tergantung pada negara
bagian, wajib sekolah di Jerman berlaku sembilan atau sepuluh tahun, dengan
normal anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Jika seorang siswa gagal
mendapatkan sertifikat tamat belajar, ia tidak lagi berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan formal, dan hal ini sering menimbulkan kesulitan dalam
kehidupan sosial dan ekonomi yang bersangkutan.
Pendidikan dasar biasanya berlangsung empat tahun,
tetapi ibu kota negara, Berlin, melaksanakan sistem enam tahun, beberapa negara
bagian lainnya melaksanakan pengajaran tambahan dua tahun pada Grade 5
dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan berbagi jenis pelajaran
sebagai persiapan masuk ke program-program sekolah menengah. Hari sekolah
dihitung 190 hari setahun pada tingkat pendidikan dasar, dan anak-anak belajar
mulai pukul 8:00 pagi sampai pukul tergantung pada tingkat kelas atau “Grade”.
Dari kelompok umur yang sama, 28,8% memasuki
program atau sekolah yang lebih tinggi yang di kenal dengan Realschule,
kadang-kadang disebut juga Mittelschule (sekolah menengah). Biasanya, Realschule
mempersiapkan siswa untuk memasuki karir sebagai pegawai atau buruh kelas
menengah.
Pada tingkat pendidiknan tinggi, terdapat dua jenis lembaga, yaitu:
1)
Akademi
atau politeknik. Lembaga pendidikan ini memerlukan waktu 12 tahun pendidikan
lengkap.
2)
Universitas
yang di desain untuk mengintegrasikan pengajaran dengan penelitian.[5]
2. Pendidikan Prasekolah
Pada abad 18 dan 19, muncul lembaga-lembaga untuk
mengurus kesejahteraan anak-anak yang membutuhkan bantuan yang pada awalnya
menyediakan pengajaran keagamaan (Injil). Pendidikan ini diarahkan pada
pengendalian dampak-dampak negatif yang bermacam-macam akibat industrialisasi.
Pendidikan prasekolah ini melayani anak-anak dari usia 3 tahun, dan
guru-gurunya disiapkan melalui pendidikan kejuruan khusus, pendidikan
prasekolah lazimnya tidak punya kurikulum untuk belajar membaca dan menulis
atau berhitung.[6]
3. Pendidikan Khusus
Pada tahun 1989, baik di Jerman Timur maupun Jerman Barat, kira-kira
4% siswa tercatat pada lembaga-lembaga yang khusus melayani anak-anak cacat. Di
samping itu, Jerman Timur menjalankan sistem sekolah khusus (Spezialschulen)
bagi anak-anak yang punya bakat istimewa dalam bidang seni atau olah raga yang
jumlahnya kira-kira 1% dari kelompok umur.
Biasanya anak-anak cacat diklasifikasikan berdasarkan cacat alami
yang menimpanya, seperti buta, cacat fisik, gangguan mental dan sebagainya.
Pengadaan kelas-kelas khusus, bahkan kadang-kadang sekolah khusus, mengikuti
klasifikasi ini. Ada dua kategori yang termasuk program pendidikan khusus,
yaitu yang disebut “kelainan tingkah laku” dan “kesulitan belajar” pada
pendidikan khusus.[7]
4.
Pendidikan
Vokasional, Teknik, dan Bisnis
Sistem
penandidikan yang menawarkan kualifikasi terdiri dari bermacam-macam jenis dan
mempunyai struktur yang agak kompleks, paralel dengan pendidikan vokasional,
teknik dan bisnis. Pendidikan vokasional diselenggarakan oleh sekolah-sekolah
negeri, sedangkan ijazah diberikan oleh Kamar Dagang, Industri atau
keuangan, program ini sering disebut “sistem ganda”. Sertifikat atau ijazah ini
adalah resmi dan diakui oleh negara. Satu sekolah yaitu Fachgymnasium, secara
resmi sekolah ini termasuk sekolah umum pada tingkat menengah keatas. Program
kurikulumnya diarahkan pada bidang ekonomi, sosial dan teknik.
Secara
keseluruhan sistem pendidikan vokasional, teknik dan bisnis ini diselenggarakan
dengan seperangkat peraturan yang mencakup persyaratan masuk, transisi, dan
kualifikasi lulusan.[8]
5.
Pendidikan
Orang Dewasa dan pendidikan Nonformal
Pendidikan
bagi orang dewasa (Adult Education) di Jerman dikelompokkan dalam tiga
kategori umum, vokasional (termasuk teknik dan keuangan), dan politik. Program
pendidikan orang dewasa ini didominasi penyelenggaraannya oleh volchochschulen,
biyasanya didukung oleh masyarakat setempat. Walaupun sekolah ini mungkin
terdaftar sebagai organisasi nirlaba. Mata pelajaran yang diajarkan mencakup
yaitu:
a.
Bahasa
b.
Ekonomi,
matematika, dan ilmu pengetahuan alam
c.
Kesehatan
d.
Kerajinan
tangan
e.
Sekolah persamaan
f.
Politik
dan ilmu-ilmu sosial
g.
Pendidikan,
psikologi, dan teologi
h.
Kesusastraan
dan seni.
Mata
pelajaran yang diberikan pada volkshochschulen dapat dianggap sebagai
pendidikan vokasional orang dewasa, maka institusi ini menjadi sangat penting
sebagai penyelenggara progran itu.
Pendidikan
politik bagi orang dewasa diartikan terutama sebagai kegiatan yang erat
hubungannya dengan partai politik, dan juga berhubungan dengan
pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh serikat-serikat kerja. Mencapai 10%
dari orang-orang yang sesungguhnya memerlukan peningkatan kualifikasi
profesional melalui program ini. Dapat dikatakan bahwa sedikit sekali kegiatan
ini dalam bentuk formal dengan pengertian diakui oleh pemerintah dengan
sertifikat, program pendidikan orang dewasa sebagai sektor keempat dalam sistem
pendidikan jerman bukan tidak beralasan.[9]
D.
Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama
Populasi muslim di Jerman tercatat sejumlah 3,2 juta jiwa (2001),
sekitar 75% muslim Jerman berasal dari keturunan Turki, sisanya dari belahan
Islam lainnya. Umumnya muslim di Jerman berafiliasi pada madzhab Sunni aliran
Imam Abu Hanifah.
Terdapat dua payung organisasi di Jerman yakni the Islamic
Council for the Federal Republic of
Germany dan the Germany Council of Muslim in Germany yang memiliki
komitmen untuk mengorganisasikan masa depan kaum muslimin di Jerman dalam
kerangka masyarakat Jerman dan konteks yang sah. Langkah penting kearah ini
adalah munculnya yayasan tentang komite pendidikan agama yang terbentuk pada
musim gugur tahun 2000 yang lalu.
Upaya berbagai organisasi muslim di Jerman dan kajian masalah
keTimuran membawa pembaharuan bertahap. Pembelajaran Islam di Jerman
dilaksanakan secara mandiri, mendapat tempat dalam hukum dan pengakuan
pemerintah sehingg dapat diharapkan bahwa kondisi ini akan terus berkembang
bahkan di Negara Eropa lainnya.[10]
E.
Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan Formal
Konstitusi Federal telah menetapkan wewenang Lander atas
pendidikan, maka beberapa Lender membuat beberapa ketentuan dalam
konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan,
dan selurunya melalui proses legislative. Pengaturan itu mencakup penetapan
tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam sistem daerah
mereka masing-masing. Dalam negara bagian, tanggung jawab pendidikan terletak
pada level kementrian kabinet yang seringring disebut Kementian Kebudayaan.
Pada negara-negara bagian yang luas derahnya. Sekolah tidak dikontrol secara
langsung oleh kementrian negara bagian, tetapi melalui badan administratif
regional yang merupakan bagian dari badan eksekutif tanpa pasangan atau counterpart
langsung dari pihak legislatif atau DPR. Masyarakat setempat biasanya juga
punya tanggung jawab menyediakan infra struktur yang diperlukan dan ada kalanya
juga terlibat dalam pengangkatan staf.
Supervisi atau inpeksi terhadap sekolah merupakan tugas kementrian
negara bagian, secara langsung atau tidak. Dengan beberapa pengecualian,
gereja-gereja negara bagian tidak lai melakukan fungsi supervisi terhadap
sekolah. Secara resmi ada tiga fungsi supervisi sekolah, fungsi pedagogis,
hukum dan servis masyarakat.
Rekonsiliasi mengenai struktur pendidikan di Jerman, Konferensi
Mentri-mentri Kebudayaan menetapkan, melalui keputusan bulat, prinsip-prinsup
pendidikan yang berlaku secara nasional serta kesepakatan mengenai
masalah-masalah internasional. Komisi Gabungan Perencanaan Pendidikan dan
Dukungan Penelitian merumuskan rekomendasi dan mengawasi program-program
eksperimen. Dalam Komisi, Pemerintah Federal dan Pemerintahan Negara Bagian
memiliki hak suara yang sama. Sesudah perubahan Konstitusi tahun 1969, sejumlah
wewenang negara bagian menegenai pendidikan tinggi dialihkan ke pemerintah
Federal.[11]
F.
Dinamika Dalam Pengembangan Kurikulum
Menteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan
itu melalui tiga jenis instrumen yaitu, pertama, tabel yang menguraikan jumlah
jam belajar per minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan “grade” dan jenis
sekolah, kedua, pedoman kurikulum, ketiga, pemberian wewenang penulisan dan
pengadaan buku teks.
Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah (sering
dinyatakan pada Mukadimah suatu Keputusan, sedangkan tujuan khusus diterbitkan
dalam kaitannya dengan pedoman kurikulum. Ini diputuskan oleh kementrian negara
bagian dan mencakup silabus, rekomendasi metode mengajar, dan kadang-kadang
juga model rencana pelajaran. Mengenai buku teks , tidak ada yang dapat dipakai
di sekolah-sekolah Jerman tanpa mendapat persetujuan dari mentri negara bagian.
Keputusan untuk metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan
kepada guru. Dengan semakin menurunnya rasio murid-guru (dari 30 : 1 tahun 1960
menjadi 15 : 1 dalam tahun 1980), makin jelas kecenderungannya bahwa metode
mengajar “techer-centered” makin di tinggalkan beralih pada bekerja dengan
kelompok kecil murid dalam kerangka pendekatan “student-centered”. Semenjak
akhir tahun 1980-an, konsep “pengajaran terbuka” atau “open instruction”
yang menekankan pada “murid belajar atas dorongan sendiri” semakin berkembang
dan semakin popular pada sekolah-sekolah pendidikan dasar dan juga pada
sebagian sekolah menegah pertama.[12]
G.
Pengembangan Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan
Guru-guru Gymnasien dan sebagian guru-guru spesialis untuk
bidang keuangan yang di didik ditingkat universitas, dengan tekanan utama di
bidang keahlian di bandingkan dengan bidang keguruan. Pada umumnya, pendidikan
bidang studi mencakup dua disiplin ilmu yang dapat diambil pada universitas
atau fakultas. Untuk beberapa spesialisasi, bidang pendidikan umum dilengkapi
dengan mata kuliah khusus seperti bidang membaca bagi calon guru pendidikan
dasar atau diagnosis terapan bagi yang bermaksud mengajar pada lembaga
pendidikan khusus. dalam jurusan pendidikan, tekanan terberat adalah pada
pendekatan sejarah, filosofis, dan orientasi pada praktikum.[13]
H.
Pembiayaan Pendidikan
Dengan pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan
sepenuhnya berada di tangan Lander dan masyarakat setempat. Secara umum,
seluruh biaya personil ditanggung oleh pemerintah negara bagian, dan infra
struktur oleh masyarakat. Hampir semua program pendidikan (termasuk pembebasan
uang kuliah pada pendidikan tinggi) bersifat gratis. Pemerintah Federal juga
memberikan bantuan kepada sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswa
perguruan tinggi, banyak diantaranya yang menerima bantuan dari anggaran
pemerintah dengan jumlah yang cukup besar (kira-kira 90% dari biaya operasional
sekolah).
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan mencapai 3,7% (Jerman Barat)
dari GNP (Gross National Product) dalam tahun 1990, dan ditambah
1,7% untuk penelitian. Investasi swasta untuk penelitian dan pembangunan
berjumlah 3,9%, sehingga pengeluaran tahun 1990 mencapai 9,3% dari GNP. Tetapi
semenjak 1975 sebagai pertanda berakhirnya perluasan sistem secara menyeluruh.
Dalam tahun 1989, unit biaya pendidikan persiswa untuk sekolah-sekolah adalah
DM 6,2000 (Us$3,650) dan DM 17,100 (US$10,060) permahasiswa pada pendidikan
tinggi.[14]
BAB III
PENUTUP
1.
Potret sistem pemerintahan Jerman, dalam tahun
1949, dua negara rival Jerman muncul, yaitu pada daerah pendudukan Uni Soviet
lahir Republik Demokrasi Jerman (the Germany Democratic Republic, GDR),
sebuah negara dengan sistem satu partai – Marxisme – Leninisme, dengan ekonomi
terpimpin; dan pada daerah pendudukan Amerika, Inggris, dan Prancis muncul dengan
republik federal Jerman (Federal Republic of Germany, FRG), dengan
sistem perekonomian liberal dan pluralistik.
2.
Kondisi demografi, secara geografis, Jerman terletak di tengah-tengah benua
Eropa dengan luas daerah 356,957 km2. Jerman berpenduduk 82 juta lebih dan
kira-kira 8% diantaranya bukan berkabangsaan Jerman.
3.
Potensi income negara, Jerman bukan negara yang kaya dengan sumber alam,
dan juga bukan negara yang mampu memenuhi kebutuhan produksi pertanian sendiri.
Oleh sebab itu Jerman banyak tergantung pada barang-barang impor dari pada
barang ekspornya.
4.
Filsafat pendidikan, pendidikan di Jerman berasal dari dua sumber: gereja
dan negara.
5.
Orientasi
pendidikannya meliputi: Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Tinggi; Pendidikan Prasekolah; Pendidikan Khusus; Pendidikan Vokasional,
Teknik, dan Bisnis; serta Pendidikan Orang Dewasa dan pendidikan Nonformal.
6.
Kebijakan di bidang pendidikan agama, pembelajaran Islam di Jerman
dilaksanakan secara mandiri, mendapat tempat dalam hukum dan pengakuan
pemerintah sehingga dapat diharapkan bahwa kondisi ini akan terus berkembang
bahkan di Negara Eropa lainnya.
7.
Kebijakan di bidang manajemen pendidikan formal. Pengaturan itu
mencakup penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur
dalam sistem daerah mereka masing-masing.
8.
Dinamika dalam pengembangan kurikulum, menteri-menteri
pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis
instrumen yaitu, pertama, tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu,
serta mata pelajaran sesuai dengan “grade” dan jenis sekolah, kedua, pedoman
kurikulum, ketiga, pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks.
9.
Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, guru-guru
Gymnasien dan sebagian guru-guru spesialis untuk bidang keuangan yang di
didik ditingkat universitas, dengan tekanan utama di bidang keahlian di
bandingkan dengan bidang keguruan. Pada umumnya, pendidikan bidang studi
mencakup dua disiplin ilmu yang dapat diambil pada universitas atau fakultas.
Untuk beberapa spesialisasi, bidang pendidikan umum dilengkapi dengan mata
kuliah khusus seperti bidang membaca bagi calon guru pendidikan dasar atau
diagnosis terapan bagi yang bermaksud mengajar pada lembaga pendidikan khusus. Dalam jurusan pendidikan,
tekanan terberat adalah pada pendekatan sejarah, filosofis, dan orientasi pada
praktikum.
10.
Pembiayaan pendidikan, dengan pengecualian
pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada di tangan Lander
dan masyarakat setempat.
11.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan
Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung:
Lubuk Agung.
Rohman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif ;
Menju ke Arah Perbandingan
Antar
Negara. Yogyakarta
: Laksbang Mediatama.
Assegaf, Abd. Rachman. 2003. Internasionalisasi
Pendidikan : Sketsa
Perbandingan
Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat.
Yogyakarta:
Gama Media.
[1] Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Lubuk Agung, 2001), hal. 155.
[3] Arif Rohman, Pendidikan Komparatif ; Menju
ke Arah Perbandingan Antar Negara, (Yogyakarta : Laksbang Mediatama, 2010),
hal. 124.
[5] Ibid., hal. 158-160.
[6] Ibid., hal. 161.
[7] Ibid., hal. 161-162.
[8] Ibid., hal. 162-163.
[9] Ibid., hal. 164-165.
[10]Abd.
Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan : Sketsa Perbandingan
Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat, (Yogyakarta: Gama Media,
2003), hal. 209-211.
[11] Agustiar Syah Nur, loc.cit., hal. 165.
[12] Ibid., hal. 167-168.
[13] Ibid., hal. 166-167.
[14] Ibid.
ReplyDeleteApakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
butuh angka togel 2D ,3D, 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]
ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D
ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND
ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
DAN D*** GHOIB