BAB I
PENDAHULUAN
Manusia
memulai berfilsafat ketika manusia itu sendiri mulai menyadari keberadaannya di
dunia yang dihadapkan pada berbagai kenyataan yang tidak dapat di pahaminya
yang hal ini memberikan suatu tanda tanya dalam diri manusia, seperti Kapan
kehidupan di dunia ini di mulai? Adakah yang menciptakanya? Siapakah manusia?
Bagaimana manusia dapat hidup? Walaupun pertanyaanya terlihat sederhana, tetapi
tidak mudah untuk di jawab.
Melalui
filsafat manusia di suruh untuk berfikir mendalam, menyeluruh dan kritis.
Karena, pada hakekatnya manusia ingin menjawab segala persoalan yang melingkupi
kehidupan manusia dan pembicaraan filsafat menjadi terbatas. Dalam rentang
sejarah tidak sedikit manusia-manusia jenius mencoba menjelaskan
persoalan-persoalan tersebut, pikiran-pikiran mereka sering kali bertentangan,
radikal, bahkan tidak masuk akal. Seperti filsafat Aristoteles yang akan kita
bahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Seorang filsuf besar dari yunani lahir di Stageria yang
hidup pada tahun 384-322 sebelum masehi. Ayahnya yang bernama Nicomachus,
beliau adalah seorang dokter di istana Amyntas III, Raja Macedonia. Pada saat
Aristoteles berkelana ke Asia kecil. Ia menikah dengan Pythias, keponakan
perempuan penguasa Atarneus. Namun pernikahanya tidak berlangsung lama,
kemudian Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis, dan di karuniani seorang
anak laki-laki yang di beri nama Nicomachus ( seperti nama ayahnya ).
Aristoteles belajar pada akademik Plato selama 20 tahun,
seorang murid dan lawan Plato. Dari situlah Aristoteles menemukan pemikiran-pemikiran
diantaranya pemikiran yakni tentang logika, negara, metafisika, etika,
pengetahuan dan ontologi.[1]
A.
Logika
Aristoteles diangap sebagai Bapak
logika, karena dialah orang yang pertama kali dengan sistematik menyusun
kaidah-kaidah berfikir yang valid ( syah ). Berfikir logis sebelum masa
Aristoteles memang sudah dilakukan orang, tetapi sifatnya masih alami ( natural
), untuk hal-hal yang sederhana.[2]
Untuk hal-hal yang rumit masih di
perlukan adanya suatu asas berfikir yang maton ( devinisi ) yang dapat di
jadikan ukuran bagi benar atau salahnya suatu pernyataan. Untuk itulah
Aristoteles menyusun asas dan kaidah berfikir yang sekarang di kenal dengan
nama logika formil. Di sebut logika formil karena logika itu menyangkut kaidah berfikir
benar karena bentuknya. Sering juga di sebut logika tradisional, karena
nantinya berkembang apa yang di sebut logika bermoderen. Inti ajaran logikanya
ialah pada cara menarik kesimpulan dengan suatu cara yang di sebut silogisme.
Yaitu menarik kesimpulan dari kebenaran umum untuk hal-hal yang sifatnya
khusus.contoh yang kalsik silogisme sbb:
1.
Semua orang fana
2.
Aristoteles adalah orang
3.
Aristoteles adalah fana
Kesimpulan bahwa Aristoteles adalah fana, ditarik dari
kebenaran yang sifatnya umum yaitu bahwa semua orang adalah fana, padahal jelas
bahwa aristoteles adalah jenis orang.
Menarik kesimpulan menurutnya dapat dilakukan dengan dua
jalan. Pertama dengan jalan silogisme, jalan ini disebut juga apodity atau
sekarang lazim disebut deduksi. Jalan kedua adalah epagogi, yang sekarang
disebut induksi, yaitu menarik kesimpulan umum dari kenyataan-kenyataan khusus.[3]
Aristoteles juga berhasil menyusun pengertian yang ada
menjadi sepuluh macam yang disebut kategori yaitu:
1.
Substansi (diri), misalnya : manusia, rumah.
2.
Kwantita (jumlah), misalnya : satu dua tiga.
3.
Kwalita (sifat), misalnya : putih pandai tinggi.
4.
relasi (hubungan), misalnya : A anak B
5.
Volume (tempat), misalnya : di toko di
rumah
6.
tempos (waktu), misalnya : kemarin sekarang nanti besok
7.
situasi (sikap), misalnya : duduk berdiri lari jalan
8.
status (keadaan), misalnya : guru pengasuh lurah
9.
aksi (tindakan), misalnya : membaca menulis membuat
10.
passiva (penderita), misalnya : tepotong tergilas
Dari macam kesimpulan kategori diatas, substansi lah yang
menjadi pokoknya. Kesepuluh kategori diatas meliputi keseluruhan hubungan. Hal
itu dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap sesuatu pastilah merupakan zat
sustansi,yang terdiri atas sekian banyak kwantitas , mempunyai tanda atau ciri kwalitas,
tak lepas dai cakupan waktu tempo, mempunyai sangkutpaut dengan lainnya relasi,
mempunyai kedudukan tertentu status, senantiasa berbuat aksi melahirkan renten
yang lain passiva.
B.
NEGARA
Menurut aristoteles, manusia pada dasarnya mempunyai bakat moral,
tetapi itu hanya dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan orang lain. Ia
melakukan itu dengan perkawinan, mendirikan keluarga dan akhirnya dlam negara.
Manusia adalah Zoon Politikea (makhluk
sosial). Negara tujuannya untuk mencapai keselamatan bagi semua warga
negaranya.
Afisika adalah mendidik rakyat agar berpendirian tetap,
berbudi pekerti baik serta pandai mencapai yang sebaik baiknya.[4]
Aristoteles
mengemukakan tiga bentuk negara yaitu:
- Monarchi yaitu sistem pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja.
- Aristokrasi
- Politea yaitu pemerintahan berdasarkan kekuasaan seluruh rakyat (demokrasi).
Ketiga bentuk sistem pemerintahan diatas dapat dibelokkan
ke arah yang buruk. Sistem pemerintahan monarchi bisa menjadi sistem
pemerintahan tirani (pemerintahan oleh pengusa yang dzalim ) ; . Sistem
pemerintahan aristokrasi bisa menjadi oligarki (pemerintahan oleh segelintir
orang) ; kekuasaan politea bisa jadi anarki. Menurut aristoteles, kombinasi
antara aristrokasi dengan demokrasi adalah sebaik-baiknya.
C.
METAFISIKA
Metafisika secara umum ialah suatu pembahasan filsafati
yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang sesuatu yang ada.
Bila orang-orang sofif banyak yang menganggap manusia tidak
akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam metaphysics menyatakan bahwa
manusia dapat mencapai kebenaren (mayer:152.) salah satu teori metefisika
aristoteles yang pentinh ialah pendapatnya yang menyatakan bahwa matter
(barang) dan form (bentuk) itu bersatu, mater memberikan substansi sesuatu, form
memberikan pembungusnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form, bagi plato
mattwr dan form berada sendiri-sendiri.ia juga berpendapat bahwa matter itu
potensial dan form itu aktualitas.
Namun,ada substansi yang murni form, tanpa potentialty.
Jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya adanya tuhan. Bukti adanya
Tuhan menurutnya adalah Tuhan sebagai penyabab gerak (a fish cause of motion).
Tuhan itu menurut aristoteles berhubungan dengan dirinya
sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan
pesona. Ia tidak memperhatikan do’a dan keinginan manusia. Dalam mencintai
Tuhan, kita tidak usah mengharap ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan
tertinggi, dan kita mencontoh kesana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita
(mayer:159).[5]
D.
ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruknya, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada manusia
lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.[6]
Tujuan etika ialah mencapai kebahgiaan
sebagai barang tertinggi dalam penghidupan. Tugas dari pada etika ialah
mendidik kemauan manusia memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan.
Kebaikkan letaknya ditengah-tengah antara dua ujung yang paling jauh. Misalnya
berani adalah antara pengecut dan nekat, dermawan antarak.ikir dan pemboros,
rendah hati letaknya antara jiwa budak dan sombong. Maka agar pandangan yang
sehat yaitu budi dan tahu mempengaruhi sikap manusia, perlulah manusia pandai
menguasai diri. Orang yang dapat menguasai diri tidak akan terombang-ambing
oleh hawa nafsu, tidak akan tertarik oleh kemewah-mewahan.[7]
Disamping etika mengambil jalan tengah ada tiga hal yang
perlu dipenuhi untuk mencapai kebahagiaan hidup yakni :
- Manusia harus memiliki harta secukupnya, supaya hidupnya terpelihara.
- Manusia harus memiliki rasa persahabatan
- Manusia harus memiliki keadilan.
Keadilan dan persahabatan adalah budi yang menjadi dasar
hidup bersama dalam hidup bersama dalam keluarga dan Negara.[8]
E.
PENGETAHUAN
Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa
pemikiran filsafat lebih maju,dasar-dasar sains diletakkan. Kuasa akal mulai
dibatasi, ada kebenaran yang umum, jadi tidak semua kebenaran relatif. Sains
dapat dipegang sebagian dan diperselisihkan sebagian. Seluruh alam merupakan
suatu organisme besar, disusun dan digerakkan pertama oleh tuhan, menjadi satu
kesatuan menurut tertentu.[9]
F.
ONTOLOGI
Menurut Aristoteles ontologi pada
dasarnya di maksudkan untuk mencari makna ada dan struktur umum yang terdapat
pada ada, struktur yang dinamakan kategori dan susunan ada. Akan tetapi hasil
pencarian Aristoteles menunjukkan bahwa pertanyaan mengenai makna ada membawa
kita pada penghargaan terhadap keajaiban eksistensi manusia, sedangkan studi
mengenai kategori membawa pada sebab pertama asal usul dari segala sesuatu (
Tuhan ). Tidak berlebihan jika di katakan bahwa motif yang sesungguhnya dalam
studi mengenai ontologi adalah jastifikasi atau evokasi terhadap agama, di samping
jastifikasi atas pengetahuan dan emosi etis. [10]
BAB III
PENUTUP
Aristoteles menemukan pemikiran-pemikiran, diantara
pemikirannya itu antara lain tentang logika, negara, metafisika, etika,
pengetahuan, dan ontologi. Aristoteles dianggap sebagai bapak logika, karena
dialah orang yang pertama kali dengan sistematik menyusun kaidah-kaidah
berfikir yang valid (syah).
Menurut Aristoteles, manusia pada dasarnya mempunyai bakat
moral, tetapi itu hanya dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan orang lain.
Metafisika secara umum merupakan suatu pembahasan filasafi yang komprehensif
mengenai seluruh realitas atau tentang sesuatu yang ada.
Pendapat kami setuju dengan pemikiran Aristoteles tentang
filsafat, didalam berfilsafat beliau menggunakan logika, berbeda dengan Plato
yang tertarik pada pengethuan kealaman dalam filsafatnya, dan ia mementingkan
observasi. Aristoteles juga percaya adanya Tuhan, bukti adanya tuhan menurutnya
adalah tuhan sebagai penyebab penggerak.
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat
Umum, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Khanafie, Imam. 2006. Filsafat
Islam, Pekalongan: Stain Press
Skoot,Louis._______. Pengantar
Filsafat, ______
Fearn, Nicholas. 2002. Cara
Mudah berfilsafat. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Abidin, Zaenal.2011. Penagntar
Filsafat Barat. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
[1] Nicholas fearn, cara mudah
berfilsafat, (Yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA, 2002), hlm 83
[2] Skott Luis, pengantar filsafat, hlm 41-42
[3] Ibid, hlm 42-43
[4] Ibit, hlm 40
[5] Ahmad Tafsir, Filsafat umum, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1990), hlm
61
[6] Imam Hanafi, Filsafat Islam, (Pekalongan:STAINpers,2006), hlm 93
[7] Ibid, hlm 39-40
[8] Ibid, hlm 40
[9] Ahmad Tafsir, Filsafat umum, (Bandung:PT.Remaja Rusdakarya, 1990), hlm
61
[10] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta:PT.Rajagrafindo
Persada, 2011)
Post a Comment