0 Komentar
Untuk anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan klik link dibawah ini!.

BAB I
PENDAHULUAN

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi, manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Motivasi disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.

Motivasi bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemaampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlakukan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi, kemampuan, dan resepsi peranan saling berhubungan. Jadi bila salah satu faktor rendah maka tingkat prestasi akan rendah walaupun faktor-faktor lainnya tinggi.
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi (motivation) atau motif, antaralain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish),  dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Dalam makalah ini kami akan membahas konsep motivasi dalam manajemen.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penggerakan (Motivating)
Penggerakan atau yang biasa disebut dengan motivating merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk menggerakkan (memotivasi) seseorang atau sekelompok orang yang dipimpin dengan menumbuhkan dorongan atau motive dalam diri mereka untuk melakukan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi.[1] Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.[2]
Dorongan atau motive ada dalam diri seseorang, sedangkan upaya menggerakkan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak di luar dirinya. Hersey dan Blanchard (1982) menjelaskan bahwa dorongan yang ada dalam diri seseorang berwujud kebutuhan (needs), keinginan (willingness), rangsangan (drive) dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari mengarah pada suatu tujuan. Dorongan ini pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dan menjadi alasan tentang mengapa orang itu melakukan suatu tindakan atau kegiatan.[3]
Moral kerja para personalia sangat ditentukan oleh motivasi mereka untuk bekerja. Motivasi seringkali diartikan sebagai kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, atau dorongan-dorongan yang ada dalam diri individu. Tugas manajer adalah bagaimana mengisi kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, atau dorongan-dorongan ini agar personalia merasa puas dengan tidak merugikan organisasi.
Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan atau kompetensi mereka masing-masing juga sebagian menentukan cara kerja dan moral kerja mereka. Namun kemampuan atau kompetensi mereka sudah diasumsikan memadai sebab mereka telah lulus ujian penerimaan sebagai petugas pendidikan dan mereka telah memiliki ijazah yang sebagian terbesar tepat dengan tugasnya. Jadi seharusnya manajer cukup menangani motivasi para personalia saja dengan segala persyaratannya agar mereka bekerja lebih baik. Tugas manajer di samping membantu meningkatkan kompetensi adalah membuat motivasi mereka meningkat.[4]

B.     Jenis, Fungsi dan Tujuan Penggerakan
1.      Jenis Motivasi (Penggerakan)
a.       Dilihat dari segi dasar pembentukannya:
1)      Motivasi bawaan, yaitu motivasi yang dibawa sejak lahir.
2)      Motivasi yang dipelajari, yaitu motivasi yang timbul setelah seseorang mempelajari diri sendiri atau keadaan lingkungan.
b.      Dilihat dari segi sumbernya:
1)      Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat, minat, kemauan dan harapan yang terdapat pada diri seseorang.
2)      Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus dari luar lingkungannya.
c.       Dilihat dari segi sifatnya:
1)      Motivasi yang bersifat memberi harapan, yaitu motivasi yang sifatnya memberi harapan (expectation), kebutuhan dan keinginan seseorang atau kelompok untuk melakukan sesuatu.
2)      Motivasi yang bersifat menyadarkan, yaitu motivasi yang bersifat ajakan (persuation) sehingga seseorang atau kelompok melakukan kegiatan yang harus dikerjakan.
3)      Motivasi yang bersifat paksaan. yaitu motivasi yang sifatnya memberi sanksi kepada sasaran yang diberi motivasi.

2.      Fungsi Motivasi (Penggerakan)
a.       Fungsi pendorong, untuk melakukan suatu kegiatan seseorang atau kelompok memerlukan motivasi.
b.      Fungsi penentu arah kegiatan, motivasi dilakukan untuk menjaga dan meluruskan kegiatan sehingga orang yang dimotivasi melaksanakan kegiatan tersebut sebagaimana seharusnya dilakukan.
c.       Fungsi penyeleksi kegiatan, seseorang perlu motivasi dalam menghadapi suatu pilihan kegiatan mana yang harus diprioritaskan.
3.      Tujuan Motivasi (Penggerakan)
a.       Tujuan umum, berkaitan dengan upaya untuk mendorong dan menggerakkan pihak yang dimotivasi agar melakukan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
b.      Tujuan khusus:
1)      Tumbuhnya dorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk melakukan tugas atau kegiatan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2)      Bangkitnya, kemauan, keinginan dan harapan pada diri pihak yang dimotivasi sehingga ia atau mereka dapat melakukan kegiatan sebagaimana dikehendaki oleh motivator.[5]

C.     Motivasi Berdasarkan Teori Kebutuhan Abraham H. Maslow
Perspektif kebutuhan terkait dengan bagaimana motivasi menjadi perilaku yaitu mengenai kebutuhan dan kesenjangan akan kebutuhan. Secara lebih spesifik, perspektif kebutuhan terkait dengan pertanyaan, “Faktor apakah dalam lingkungan organisasi atau perusahaan yang memotivasi orang-orang?”. Sebagian manajer barangkali berpendapat bahwa orang-orang akan termotivasi sekiranya diberi upah yang tinggi, sebagian yang lain mungkin tidak. Sebagian yang lain mungkin lebih melihat dari pola komunikasi antara atasan dan bawahan dan lain sebagainya. Salah satu teori yang menjelaskan motivasi dari perspektif kebutuhan yaitu teori hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) Abraham H. Maslow.[6]
Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan individu dapat disusun dalam suatu hierarki. Hierarki kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan fisiologis, karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat sampai kebutuhan tersebut terpuaskan. Sedangkan hierarki kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan aktualisasi diri. Hierarki kebutuhan tersebut secara lengkap meliputi lima hal berikut:
1.      Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kepuasan kebutuhan fisiologis biasanya dikaitkan dengan uang. Hal ini berarti bahwa orang tidak tertarik dengan uang semata, tetapi sebagai alat yang dapat dipakai untuk memuaskan kebutuhan yang lain. Termasuk kebutuhan fisiologis adalah makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan.
2.      Kebutuhan keselamatan atau keamanan (safety or security needs)
Kebutuhan keselamatan atau keamanan dapat timbul secara sadar atau tidak sadar. Orientasi ketidaksadaran yang kuat kepada keamanan sering dikembangkan sejak masa kanak-kanak. Termasuk kebutuhan ini adalah kebebasan dari intimidasi baik kejadian atau lingkungan.
3.      Kebutuhan sosial atau afiliasi (social or affiliation needs)
Termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi dan cinta.
4.      Kebutuhan penghargaan atau rekognisi (esteems or recognition needs)
Motif utama yang berhubungan dengan kebutuhan penghargaan dan rekognisi yaitu sebagai berikut:
a.       Prestise (prestige)
Prestise dilukiskan sebagai sekumpulan definisi yang tidak tertulis dari berbagai perbuatan yang diharapkan individu tampil di muka orang lain, yaitu sampai berapa tinggi ia dihargai atau tidak dihargai, secara formal atau tidak formal dengan tulus hati.
b.      Kekuasaan (power)
Kekuasaan yaitu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar sesuai dengan maksudnya. Kekuasaan ini dapat timbul karena posisi maupun karena kekuasaan yang mempribadi (personal power). Seseorang yang dapat memperngaruhi orang lain karena posisinya dalam organisasi dinamakan kekuasaan posisi. Adapun seseorang yang mengandalkan pengaruhnya dari kekuatan kepribadian dan perilakunya disebut kekuasaan mempribadi. Termasuk kebutuhan penghargaan dan rekognisi adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
Kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum, keterampilan dan potensi.
Maslow menekankan bahwa apabila kebutuhan fisiologis sudah dipenuhi maka kebutuhan keselamatan/ keamanan menjadi lebih dominan. Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselamatan/ keamanan terpenuhi dengan baik maka kebutuhan sosial/ afiliasi akan muncul sebagai kebutuhan yang dominan. Dengan demikian, apabila kebutuhan sosial/ afiliasi menjadi dominan, seseorang akan berjuang untuk mendapatkan hubungan yang sangat bermakna dengan yang lain. Kemudian mereka merasa membutuhkan penghargaan, baik penghargaaan diri maupun penghargaan orang lain. Sekali kebutuhan penghargaan dan pengakuan dapat dipenuhi secara kuat, akan timbul pula kebutuhan untuk aktualisasi diri.[7]

D.    Cara Meningkatkan Motivasi
Menurut Thomson dan Strikland bahwa pendekatan yang berhasil untuk meningkatkan motivasi kerja ataupun belajar yaitu dengan pendekatan yang sangat berorientasi pada manusia, yang dilakukan pada setiap kesempatan melalui berbagai cara, dan dipraktekkan oleh semua orang disetiap tingkatan organisasi. Pendekatan tersebut terdiri dari pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
1.      Menjunjung harga diri pegawai/anak didik.
2.      Mengadakan pelatihan yang lengkap bagi semua pegawai di semua tingkatan.
3.      Mendorong pegawai untuk berinisiatif dan kreatif.
4.      Menetapka yang layak dan jelas.
5.      Menggunakan reward/penghargaan dan punishment/hukuman sebagai alat untuk mendorong prestasi.
6.      Membebani atasan dengan tanggung jawab atas pengembangan bawahannya.
7.      Memberi kesempatan kepada semua pihak untuk berprestasi tinggi.[8]

E.     Proses Peningkatan Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan mengatakan bahwa proses motivasi adalah sebagai berikut :
1.       Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi. Baru kemudian para karyawan dimotivasi ke arah tujuan.
2.       Mengetahui kepentingan
Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan atau perusahaan saja.
3.       Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif tersebut diperolehnya.
4.       Integrasi tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh laba serta perluasan perusahaan. Sedangkan tujuan individu karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5.       Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
6.       Team work
Manajer harus membentuk team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.[9]














BAB III
PENUTUP

Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Motivasi mempunyai jenis, fungsi dan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan manajer dan bawahannya. Motivasi yang diberikan oleh manajer didasarkan pada perspektif kebutuhan. Salah satu teori yang menjelaskan motivasi dari perspektif kebutuhan yaitu teori hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) Abraham H. Maslow. Untuk meningkatkan motivasi para personalia maka seorang manajer harus menggunakan pendekatan tertentu. Dan dalam peningkatan motivasi terdapat suatu proses.



















DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
S, Djudju Sudjana. 2004. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.
Saefullah, Kurniawan dan Ernie Tisnawati Sule. 2006. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.
Siswanto, H. B. 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Terry, George R. 2012. Asas-Asas Manajemen. Bandung: PT. Alumni.
Yusuf, Musfirotun. 2012. Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar. Pekalongan: STAIN Press Pekalongan.
Friska Ayuningtyas. Makalah- Motivasi Manajemen. http://ceritafriska23.blogspot.com/2012/05/makalah-motivasi-manajemen.html. Diakses tanggal 24 November 2014.




[1] Djudju Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: Falah Production, 2004), hlm. 145.
[2] George R. Terry, Asas-Asas Manajemen (Bandung: PT. Alumni, 2012), hlm. 328.
[3] Op.cit., hlm.146.
[4] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004) hlm. 219.
[5] Ibid., hlm. 150-153.
[6] Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 240.
[7] H. B. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hlm. 128-129.
[8] Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar (Pekalongan: STAIN Press Pekalongan, 2012), hlm. 74-75.
[9] Friska Ayuningtyas, Makalah- Motivasi Manajemen, diposkan tanggal 21 Mei 2012, http://ceritafriska23.blogspot.com/2012/05/makalah-motivasi-manajemen.html, diakses tanggal 24 November 2014.

Post a Comment

 
Top