0 Komentar
Untuk anda yang ingin mendownload filenya.
Silahkan klik link dibawah ini!.
BAB I
PENDAHULUAN
            Perbandingan pendidikan sebagai ilmu dalam dunia pendidikan pada khususnya dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya mempunyai kedudukan penting. Tidak saja orang-orang yang bekerja dalam dunia kependidikan yang dapat memetik manfaat ilmu perbandingan pendidikan, akan tetapi juga mereka yang mempunyai minat dan profesi dalam bidang-bidang ilmu sosial (social sciences).
            Sistem kependidikan pada hakikatnya adalah seperangkat sarana yang dipolakan untuk membudayakan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat mengalami perubahan-perubahan bentuk dan model sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup masyarakat dalam rangka mengejar cita-cita hidup yang ideal itulah tercermin dalam pola dan sistem kependidikan dalam suatu negara.
            Sistem pendidikan dalam suatu negara pastinya memiliki perbedaan antara satu negara dengan negara lainnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan suatu negara.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Relasi antara Negara dan Pendidikan
            Kajian kenegaraan terus berlanjut, yang kemudian melahirkan kesepakatan baru bahwa untuk mendukung keberlangsungan perjuangan individu untuk mewujudkan cita-cita, diperlukan sebuah lembaga yang berfungsi sebagai wadah regenerasi bangsa.
            Tugas lembaga ini adalah untuk mencetak manusia-manusia yang layak mengemban tugas kenegaraan. Kelayakan yang dimaksud adalah manusia dinamis yang mampu bereksplorasi dengan dinamika zaman yang tentu saja sesuai dengan platform awal pergerakan yaitu pencapaian cita-cita negara.
            Lembaga regenerasi tersebut kemudian dibakukan menjadi lembaga pendidikan formal. Dalam wadah ini difokuskan bagaimana menemukan formulasi yang tepat untuk menciptakan individu seperti yang diharapkan. Akhirnya berbagai eksperimen terejawantahkan dalam kerangka penemuan formulasi tadi. Seperti penempatan wilayah pendidikan dalam naungan eksekutif, perombakan kurikulum, penciptaan UU Sisdiknas, dll.[1]
            Keterpautan antara pendidikan dengan kekuasaan negara dapat dilihat sebagaimana keterpautan antara lembaga-lembaga pendidikan di masyarakat dengan penyelenggaraan negara. Yaitu lembaga-lembaga pendidikan yang dalam wujud konkritnya berupa sekolah, aneka lembaga kursus, taman bermain, pondok pesantren, organsasi kepemudaan dan keluarga. Akan tetapi dari semua lembaga pendidikan yang ada, lembaga-lembaga pendidikan formallah yang paling nyata terlihat banyak bersinggungan dengan kekuasaan negara, yaitu sekolah dan universitas.
            Menurut banyak ahli, pendidikan khususnya jenis pendidikan formal dalam sejarah selalu berhubungan dengan kekuasaan negara. Hubungan dan persinggungan tersebut tampaknya berlangsung terus dan akan tetap terus barlangsung, meskipun keduanya mengalami pergeseran masing-masing seiring dengaan perubahan dan tuntutan jaman. Meskipun keduanya mengalami perubahan dalam periode sejarah tertentu, namun keduanya selalu mengalami persinggungan yang bersifat sinergis dan saling menguntungkan maupun bentuk persinggungan yang bersifat eksplitatif.
            Kekuasaan negara yang sangat begitu besar mencakup segenap kehidupan masyarakatnya, maka tidak bisa dipungkiri bahwa negara juga mengatur kehidupan pendidikan. Negara memiliki kepentingan terhadapnya, sebaliknya dunia pendidikan (khususnya para praktisi) juga menaruh harapan besar atas perhatian negara terhadapnya. Bila hal ini berjalan normal, maka keterkaitan antara pendidikan dan negara bisa berlangsung secara simbiosis mutualisme.[2]
            Sebagai suatu proses yang banyak menentukan corak dan kualitas kehidupan individu dan masyarakat, tidak mengherankan apabila semua pihak memandang pendidikan sebagai wilayah strategis bagi kehidupan manusia sehingga program-program dan proses yang ada di dalamnya dapat dirancang, diatur, dan diarahkan sedemikian rupa untuk mendapatkan output yang diinginkan. Ini yang menjadi salah satu alasan mengapa suatu negara sangat peduli dan menyediakan anggaran dalam jumlah yang besar untuk pendidikan. Semua itu dilakukan dalam rangka membangun suatu sistem pendidikan yang memiliki karakteristik, kualitas, arah, dan output yang diinginkan. Untuk memastikan terwujudnya keinginan tersbut, banyak negara yang menerapkan kontrol yang sangat ketat terhadap program-program pendidikan, baik yang diselenggarakan sendiri oleh negara maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat.
            Kontrol negara terhadap pendidikan umumnya dilakukan melalui empat cara. Pertama, sistem pendidikan diatur secara legal. Kedua sistem pendidikan dijalankan sebagai birokrasi, menekankan ketaatan pada aturan dan objektivitas. Ketiga, penerapan wajib pendidikan (compulsory education). Keempat, reproduksi politik dan ekonomi yang berlangsung di sekolah berlangsung dalam konteks tertentu. Perangkat negara dalam bidang pendidikan, seperti sekolah dan administrasi pendidikan memiliki efek tersendiri terhadap pola, proses, dan administrasi pendidikan memiliki efek tersendiri terhadap pola, proses, dan praktik pendidikan.[3]
            Negara berwenang menentukan aturan dan undang-undang yang dipakai sebagai pola dasar umum bagi sistem pendidikan nasional. Negara mempunyai fungsi regulasi atau mengatur dan mengawasi pelaksanaan pendidikan, supaya tidak terjadi kekacauan dan penyimpangan, di samping tidak merusak persatuan nasional yang merugikan rakyat dan negara. Fungsi regulasi dan pengawasan dilakukan seadil dan semerata mungkin.
            Peranan negara dalam pengurusan pendidikan memang aktif, yaitu:
1.      Memolakan, mengarahkan, membimbing dan mengawasi pelaksanaan pendidikan.
2.      Tetapi jelas bukan untuk memonopoli pendidikan dan tidak untuk menerapkan regimentasi dengan panduan sistem pendidikan.
            Peranan negara seyogyanya luwes, terbuka, penuh kearifan lewat birokrasi modern. Sebab kegiatan mengelola pendidikan itu diarahkan pada upaya membentuk tipe manusia suatu negara yang baik bagi masa sekarang dan bagi masa mendatang, yang benar-benar memerlukan kebijaksanaan dan kearifan.[4]

B.     Dependensi Sistem Pendidikan Suatu Negara
            Dependensi sistem pendidikan suatu negara merupakan ketergantungan sistem pendidikan terhadap hal-hal yang terkait dengan negara tersebut. Baik dari dimensi sosial, ekonomi, dan politik suatu negara. Suatu sistem pendidikan memiliki ketergantungan (dependensi) terhadap ketiga dimensi tersebut.
            Sistem pendidikan itu akan secara terus menerus memiliki ketergantungan dengan aspek-aspek kehidupan masyarakat di luar pendidikan, yaitu sosial, ekonomi, dan politik suatu negara.
            Di kalangan para ahli terdapat pandangan, bahwa antara bidang ekonomi, bidang politik, dan bidang pendidikan terdapat keterikatan dan saling ketergantungan.[5]

C.    Implikasi Globalisasi dan Internasionalisasi Pendidikan
            Globalisasi sebagai proses terkait dengan globalution, yaitu paduan kata dari globalization dan evolution. Dalam hal ini, globalisasi adalah hasil perubahan (evolusi) dari hubungan masyarakat yang membawa kesadaran baru tentang hubungan/interaksi antar umat manusia. Evolusi pemikiran kearah kematangan dan kemajuan yang mendorong produktivitas dan kreativitas ditimpakan pada pendidikan. Tugas pendidikan adalah membawa generasi ini mampu merengkuh sedemikian dekat agar manusia tidak tercerabut dari kemampuanya dalam menghadapi kontradiksi alam selalu mengalami perubahan.[6]
            Menurut John Huckle sebagaimana dikutip oleh Arif Rohman, globalisasi adalah suatu proses dengan mana kejadian, keputusan, dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi satu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat di daerah yang jauh.
            Kemajuan mayoritas bangsa-bangsa di dunia dan umat manusia pada umumnya pada abad ke-21 ini telah menjadikan kita masuk pada abad ilmu pengetahuan dengan corak sebagai masyarakat pengetahuan (the knowledge society). Abad ilmu pengetahuan memberikan berbagai kesempatan dan kemungkinan yang luas terbuka, tetapi juga sekaligus memberikan problem yang amat dahsyat, yang keduanya belum pernah dialami oleh generasi sebelumnya.[7] Globalisasi adalah proses pertumbuhan negara-negara maju yang melakukan ekspansi besar-besaran, kemudian berusaha mendominir dunia dengan kekuatan teknologi, ilmu pengetahuan, politik, budaya, militer dan ekonomi. Pengaruh mereka di segala bidang terhadap negara-negara berkembang yang baru terlepas dari belenggu penjajahan berdampak positif dan negatif sekaligus.[8]
. Ada berbagai dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi terhadap dunia pendidikan, yaitu:
1.      Dampak Positif globalisasi Pendidikan
a.       Akan semakin mudahnya akses informasi
b.      Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang professional dan berstandar internasional dalam bidang pendidikan
c.       Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesia bisa bersaing dengan Negara-negarara lain
d.      Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bersaing
e.       Adanya perubahan struktur dan system pendidikan yang meningkatkan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
2.  Dampak negative globalisasi dalam pendidikan
a.       Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal
b.      Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yang berdampak munculnya“tradisi serba instant”
c.       Globalisasi akan melahirkan suatu golongan-golongan di dalam dunia pendidikan
d.      Akan semakin terkikisnya kebudayaan bangsa akibat masuknya budaya dari luar.[9]
            Menghadapi globalisasi dengan imbasnya dalam membentuk struktur ide masyarakat, pendidikan harus mampu menjawab persoalan-persoalan tersebut, terutama menekankan pada metode belajar yang mendekatkan peserta didik pada “dunia secara utuh”.[10]
            Sejalan dengan globalisasi, saat ini seseorang bisa mengakses untuk mengikuti pendidikan di negara mana saja yang dia suka, baik lewat government to government maupun university to university, atas biaya sendiri atau kalau dia seorang yang berprestasi, bisa mendapatkan fellowship atau grant untuk studi ke luar negeri.[11]
            Globalisasi dunia pendidikan mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor, mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara karena mengacu ke standar internasional, yang mana bahasa Inggris menjadi sangat penting sebagai bahasa komunikasi, agar dapat bersaing di era globalisasi saat ini.[12]
            Internasionalisasi pendidikan adalah upaya bangsa-bangsa untuk menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk memelihara dan meningkatkan kemantapan pergaulan antarbangsa dan perdamaian dunia.[13] Adapun internasionalisasi pendidikan yang berjalan di dunia Islam membawa konsekuensi perjumpaan dengan dunia Barat.[14]

D.    Faktor yang Mempengaruhi Secara Langsung
            Dilihat dari segi perbedaan dan persamaan faktor dalam sistem pendidikan, maka ada beberapa faktor utama yang menimbulkan perubahan sosial yang berpengaruh kepada perubahan sistem kependidikan yang ada di semua negara. Faktor-faktor itu meliputi:
1.      Urbanisasi dan perkembangan/ pembangunan kota-kota metropolitan
2.      Ledakan pertumbuhan penduduk besar
3.      Kemajuan pesat teknologi modern di semua bidang kehidupan, terutama di bidang produksi
4.      Kemungkinan harapan berusia panjang berkat kesejahteraan hidup makin meningkat
5.      Saling ketergantungan hidup antar bangsa
6.      Timbulnya organisasi tingkat internasional
            Meskipun dampaknya terhadap negara-negara yang tidak selalu sama dalam proses perubahan terhadap sistem kependidikan, namun cepat atau lambat pengaruh dari faktor-faktor diatas akan memaksa masyarakat atau bangsa untuk berinisiatif menanggulangi semua problema yang timbul melalui proses inovasi (pembaharuan) sistem kependidikan masing-masing.[15]
           
E.     Faktor yang Mempengaruhi Secara Tidak Langsung
            Tentang latar belakang yang secara objektif mempengaruhi sistem pendidikan suatu negara, ada beberapa ahli kebudayaan yang mengemukakan pendapatnya, antara lain Frederich Harbison dan Charles A. Myers sebagaimana yang dikutip oleh M. Arifin dalam buku Ilmu Perbandingan Pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan suatu negara secara tidak langsung adalah sebagai berikut:
1.      Faktor Historis
      Faktor sejarah pertumbuhan masyarakat ditentukan oleh 3 hal yang saling berkaitan yaitu pendidikan, kemampuan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Atas dasar pandangan di atas, Harbison dan Myers membagi negara-negara di dunia ini menjadi empat tingkat pertumbuhan, yaitu: negara yang belum berkembang (Under Developed Countries), negara-negara yang sebagian hidupnya mengalami kemajuan (The Pertially Developed Countries), negara-negara yang sedang mengalami setengah maju, negara-negara yang telah mengalami kemajuan.
      Dalam negara-negara tersebut terdapat hakikat pokok yang bersumber sejarah di belakang kemajuan atau keterbelakangannya. Negara-negara yang telah maju pada mulanya juga mengalami masa transisi melalui tahap-tahap pembangunan dari waktu ke waktu berdasarkan ilmu dan teknologi seperti di negara-negara Eropa Barat, ilmu dan teknologi dikembangkan melalui penelitian-penelitian dan observasi ilmiah dan teknologi.[16]
2.      Faktor Geografis
       Manusia atau bangsa hidup di suatu lingkungan alam tertentu yang berbeda-beda situasi dan kondisi alamiahnya maka berbeda pula tuntutan hidupnya. Tuntutan hidup akibat pengaruh faktor geografis ini mempengaruhi pula sistem kependidikan yang diperlukan di negara-negara bersangkutan. Pengaruh tersebut dapat terlihat dari dua aspek, yaitu:
a.       Aspek klimatologis atau iklim
b.      Aspek lingkungan alam dan sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya
3.      Faktor Kehidupan Ekonomi
      Tinjauan pengaruh ekonomi terhadap sistem pengelolaan kependidikan dilihat dari dua segi, yaitu:
a.       Pembangunan bidang ekonomi
     Pembangunan ekonomi suatu negara banyak bergantung pada faktor geografis, oleh karena faktor geografis mengandung sumber kekuatan baik yang berupa modal materiil maupun yang berupa modal dasar mental spiritual penduduknya.
b.      Teori ekonomi pembangunan
     Teori ekonomi yang dijadikan pedoman pembangunan ekonomi masyarakat di negara-negara di dunia ini dapat dibagi menjadi tiga macam kategori, yaitu:
1)   Teori ekonomi liberal
2)   Teori ekonomi sosial
3)   Negara-negara Non-blok
4.      Politik Negara
      Politik negara merupakan kompas yang harus dijadikan pedoman dalam langkah-langkah pengelolaannya. Politik negara mengarahkan politik kependidikan yang diharapkan mampun mewujudkan cita-cita politik bangsanya. Oleh karena itu, program-program kependidikan di lembaga-lembaga kependidikan harus dikelola menjadi pusat-pusat pendidikan generasi muda yang mampu meneruskan perjuanagn politik bangsa dalam mencapai cita-cita akhir yang telah diputuskan oleh politik negaranya.[17]
5.      Faktor Kehidupan Agama
      Agama yang dipeluk oleh rakyat suatu negara menduduki tempat penting dalam sistem kehidupan masyarakat. Tidak ada satu masyarakatpun di muka bumi ini yang sama sekali terlepas dari pengaruh agama, betapa kecilpun pengaruh itu. Sebaliknya, agama yang dipeluk oleh rakyat masing-masing negara tidak sama peranannya dalam mempengaruhi sistem kehidupan masyarakatnya. Perbedaan peranan ini disebabkan oleh perbedaan peranan yang diberikan oleh politik negara yang bersangkutan. Bilamana politik negara memberikan kebebasan rakyatnya untuk memeluk dan menyiarkan agama, maka berarti agama ikut berperan dalam pembinaan bangsa. Peranan demikian di inttegrasikan ke dalam sektor kehidupan masyarakat melalui sistem kependidikan.
6.      Faktor Kesukuan
      Pengaruh rasialisme (kesukuan) di beberapa negara terhadap sistem pendidikan menyebabkan timbulnya pemisahan dan perpecahan kehidupan masyarakat atau bangsa kedalam golongan-golongan yang saling berkonfrontasi antara satu sama lain.
7.      Tingkat Kemajuan Peradaban
       Setiap negara atau bangsa di dunia ini memiliki kemampuan yang berbeda dalam membangun dirinya sendiri untuk mencapai tingkat kemajuan peradaban bangsa itu sendiri. Namun ada tiga faktor utama yang menjadi modal dasar kemajuan itu yaitu:
a.       Kemampuan manusia sendiri
b.      Tingkat pendidikan
c.       Pertumbuhan sistem kelembagaan masyarakat[18]














BAB III
PENUTUP
Sistem pendidikan dalam suatu negara pasti memiliki hubungan atau relasi dengan negara di mana sistem pendidikan itu ada. Sistem pendidikan itu memiliki beberapa faktor yang memengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung.          Faktor-faktor yang mempengaruhi secara langsung meskipun dampaknya terhadap negara-negara lain tidak selalu sama dalam proses perubahan terhadap sistem kependidikan, namun cepat atau lambat pengaruh dari faktor-faktor di atas akan memaksa masyarakat atau bangsa untuk berinisiatif menanggulangi semua problema yang timbul melalui proses inovasi (pembaharuan) sistem kependidikan masing-masing.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan suatu negara secara tidak langsung meliputi: faktor historis, faktor geografis, faktor kehidupan ekonomi, politik negara, faktor kehidupan agama, faktor kesukuan, dan tingkat kemajuan peradaban.










DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2003.  Ilmu Perbandingan Pendidikan. Jakarta: Golden Terayon Press.
Assegaf, Abd. Rachman. 2003.  Internasionalisasi Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media.
Barnadib, Imam. 1994. Pendidikan Perbandingan. Yogyakarta: Andi Offset.
Buchori, Mochtar. 1995. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kartono, Kartini. 1997.  Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pratnya Paramita.
Rohman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: Laksbang Grafika.
Soyomukti, Nurani. 2008. Pendidikan Berspektif Globalisasi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Alma Morino. “Hubungan Negara dan Pendidikan”. http://alma-morino.blogspot.com/2011/11/hubungan-negara-dan-pendidikan-kajian.html. (7 November 2011). Diakses, 27 Februari 2015.
Hasan Ali. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Pendiidkan Suatu Negara”. http://pekalonganbatiktv.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-sistem.html. (24 April 2013). Diakses, 27 Februari 2015.
Neng Sri Maryanti. “Hubungan antara Politik dengan Pendidikan”.http://www.deshion.com/2014/03/hubungan-antara-politik-dengan.html. (Maret 2014). Diakses, 27 Februari 2015.
Ria Nuzul Fahrudin. “Hubungan Pendidikan dengan Politik dan Negara”. http://bangudin22.blogspot.com/2013/05/hubungan-pendidikan-dengan-politik-dan.html. (Mei 2013). Diakses, 20 Februari 2015.
                                                                                           









                [1] Alma Morino. “Hubungan Negara dan Pendidikan”. http://alma-morino.blogspot.com/2011/11/hubungan-negara-dan-pendidikan-kajian.html. (7 November 2011). Diakses, 27 Februari 2015.
                [2] Ria Nuzul Fahrudin. “Hubungan Pendidikan dengan Politik dan Negara”. http://bangudin22.blogspot.com/2013/05/hubungan-pendidikan-dengan-politik-dan.html. (Mei 2013). Diakses, 20 Februari 2015.
                [3] Neng Sri Maryanti. “Hubungan antara Politik dengan Pendidikan”.http://www.deshion.com/2014/03/hubungan-antara-politik-dengan.html. (Maret 2014). Diakses, 27 Februari 2015.
                [4] Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, cet 1 (Jakarta: Pratnya Paramita, 1997), hlm. 85-86.
                [5] Mochtar Buchori, Transformasi Pendidikan, Cet 1 (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 49.
                [6] Nurani Soyomukti, Pendidikan Berspektif Globalisasi, Cet 1 (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2008), hlm. 42.
                [7] Arif Rohman, Pendidikan Komparatif, Cet 1 (Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2010), hlm. 37.
                [8] Kartini Kartono, op. cit., hlm. 174.
                [9] Hasan Ali. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Pendiidkan Suatu Negara”. http://pekalonganbatiktv.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-sistem.html. (24 April 2013). Diakses, 27 Februari 2015.
                [10] Nurani Soyomukti, op. cit., hlm. 53.
                [11] Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 20.
                [12] Hasan Ali. Ibid.
                [13] Imam Barnadib, Pendidikan Perbandingan, Cet 3 (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hlm. 28.
                [14] Abd. Rachman Assegaf, op. cit., hlm. 13.
                [15] M. Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, Cet 6 (Jakarta: Golden Terayon Press, 2003), hlm. 106-107.
                [16] Ibid., hlm. 108-110.
                [17] Ibid., hlm. 110-125.
                [18] Ibid., hlm. 126-133.

Post a Comment

 
Top