Untuk anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan klik link di bawah ini!.
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam telah berlangsung kurang lebih 14 abad yakni sejak
zaman Nabi Muhammad SAW diutus, Sejarah menunjukkan perkembangan kegiatan
pendidikan pada masa klasik Islam adalah sebagai jembatan pengembangan
keilmuwan klasik dan modern, akan tetapi generasi Islam selanjutnya tidak
mewarisi semangat ilmiah yang dimiliki para pendahulunya, akibatnya prestasi
yang pernah diraih berpindah tangan ke barat karena mereka ternyata mau
mempelajari dan meniru tradisi keilmuwan yang dimiliki Islam masa klasik dan
mampu mengembangkannya lebih lanjut, hal ini sangat disayangkan dan ironis
sekali di satu sisi orang Islam yang menemukan inovasi baru tetapi di sisi lain
orang Barat yang notabene kafir yang mengembangkannya.
Banyak para pemikir Islam klasik yang telah berjasa dan memberikan
sumbangsihnya tentang konsep-konsep dalam segala bidang disiplin ilmu terutama
mengenai kependidikan yang salah satunya ialah IBNU KHALDUN yang merupakan
tokoh besar di dunia Islam yang telah berhasil memaparkan buah pikirnya dalam
kitab Mukaddimha sebagai karya momental yang mengangkat nama dan martabatnya di
dunia sehingga para pemikir barat memberikan pengakuan terhadap kebesaran Ibnu
Khaldun diantaranya adalah Charles Issawy.
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Hidup Ibn Khaldun
Ibn
Khaldun adalah seseorang yang sejak kecil haus akan ilmu pengetahuan, selalu
tidak puas dengan ilmu yang telah diperolehnya, sehingga memungkinkan beliau
mempunyai banyak guru. Tidak heran jika beliau termasuk orang yang pandai dalam
ilmu Islam, tidak saja dalam bidang agama, tetapi juga bidang-bidang umum,
seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dan lain-lain.
Ibn
Khaldun mempunyai nama lengkap Abdullah Abdurrahman Abu Zyad Ibn Muhammad Ibn
Khaldun. Ia dilahirkan di Tunisia pada bulan Ramadhan 732 H/1332 M dari
keluarga ilmuwan dan terhormat yang telah berhasil menghimpun antara jabatan
ilmiah dan pemerintahan. Sebuah ciri
khas yang melatarbelakangi kehidupan Ibnu Khaldun adalah berasal dari keluarga
politis, intelektual, dan aristokrat[1]
Ayahnya
bernama Abu Abdullah Muhammad. Ia berkecimpung dalam bidang politik, kemudian
mengundurkan diri dari bidang politik serta menekuni ilmu pengetahuan dan
kesufian.[2]
Ibnu Khaldun adalah seorang yang tegas dalam menjalankan tugas ,
ahli dalam bidang sosiologi serta bijak dalam menyelesaikan masalah . ketokohan
beliau populer sebagai pakar sejarah,
pakar sosiologi(kemsyarakatan), ahli falsafah dan politik. Beliau mendapat
pendidikan awal dari ayahnya tentang
dasar-dasar agama seperti Al-Qur’an, fikih, hadis dan tauhid. Beliau juga
merupakan seorang hafiz Al-Qur’an sejak kecil. Ketika dewasa beliau belajar
linguistik bahasa Arab seperti Nahwu, dan sharaf, ushuluddin serta
kesusasteraan. Setelah itu, beliau juga mempelajari Ilmu mantiq, sains,
falsafah, matematika, dan sejarah dari beberapa orang ulama terkemuka pada masa
itu. Diantara guru beliau yang utama adalah
Muhammad Ibn Abdul Muhaimin. Beliau juga turut berguru dengan Abu
Abdullah Ibn Muhammad Ibn Ibrahim Al-Abla yang mengajarnya tentang sosiologi,
politik, dan pendidikan.[3]
Tunisia
pada waktu itu merupakan pusat ulama dan sastrawan di daerah Maghrib. Dan umur
20 tahun ia bekarja sebagai sekretaris Sultan Fez di Maroko. Akan tetapi,
setelah Tunisia dan kota-kota besar di Masyriq dan Maghrib dilanda wabah Pes
yang dahsyat pada 749 H, mengakibatkan ia tidak dapat melanjutkan studinya.
Bahkan dalam peristiwa tersebut, ia kehilangan orang tuanya dan beberapa
pendidiknya. Dengan kondisi yang demikian, pada tahun 1362 M ia pindah ke
Spanyol.[4]
Ia tidak
menetap di suatu kota atau tempat tertentu, melainkan berpindah-pindah dari
satu kota ke kota lain. Seperti di Fez (Maroko), Granada dan Seville (Spanyol),
Damaskus, Mekkah, Madinah, Kairo dan sebagainya. Sebagai seorang yang
berkecimpung langsung dalam bidang politik, ia berhasil menduduki
jabatan-jabatan penting dan sekaligus dalam pemerintahan di beberapa Dinasti
Islam[i].[5]
B.
Setting Sosial Ibnu Khaldun
Telah
kita ketahui bahwa Ibnu Khaldun berasal dari keluarga terpelajar, neneknya
pernah menjabat mentri keuangan Tunisia, sementara ayahnya sendiri seorang
Administrator dan perwira militer dan moyangnya itu juga memimpin politik di
Seville dan pada waktu itu keilmuan dijadikan sebagai persyaratan untuk menjadi
pemimpin. Pada waktu itu yang menjadi pimpinan Seville berada di tangan
keluarga Khaldun dan keluarga bangsawan
lainnya serta pengaruh dan kekuasaan lainnya berada di tangan khaldun.[6]
Melihat
batasan karier Ibnu Khaldun selama menjabat sebagai ilmuwan atau akademisi dan
selama menjadi hakim agung, kurang lebih pada tahun 1382-1406 M, yaitu hampir
24 tahun pengabdiannya pada Sultan Mesir di Kairo. Hal ini dilakukan guna
menyesuaikan tema besar karya ilmiah yang menyoroti pemikiran dan aktivitas hukum , peranannya
dalam pembangunan ekonomi negara. Masa Ibnu Khaldun merupakan pengujung zaman
renaisans sebab Ibnu Khaldun hidup pada abad 14 M/ ke 8 H. Abad ini merupakan
periode terjadi perubahan-perubahan historis besar, baik di bidang politik
maupun pikiran. Bagi Eropa, periode ini merupakan periode tumbuhnya cikal bakal
zaman renaisans. Sementara bagi dunia Islam, periode ini merupakan periode
kemunduran dan disintergasi.
Ibnu
Khaldun menekankan sikapnya yang adil dan sangat menghormati keadilan. Dalam
melaksanakan tugas jabatan hakim agung, Ibnu Khaldun berupaya sepenuh tenaga
untuk bersikap adil. Dia berkata,”Dengan sekuat tenaga aku berupaya melakukan
hukum-hukum Allah, sedikit pun aku tidak merasakan gentar terhadap celaan dalam
menegakkan kebenaran. Pangkat atau pun kekuasaan tidaklah membuat atau
ketakutan. Kedua belah pihak yang berperkara tidak aku bedakan”.
Dari
indikasi di atas, dapat disimak bahwa pemikiran Ibnu Khaldun mengakui bahwa
dalam upaya penegakan hukum terdapat tujuan untuk terciptanya keadilan
kesejahteraan masyarakat secara umum.[7]
C.
Pemikian
Ibn Khaldun tentang Pendidikan
1. Tujuan
Pendidikan
Menurut
Ibn Khaldun, tujuan pendidikan beraneka ragam dan bersifat universal. Diantara
tujuan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tujuan
Peningkatan Pemikiran
Ibn
Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan
kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas. Hal ini dapat
dilakukan melalui proses menuntut ilmu
dan ketrampilan. Dengan menuntut ilmu dan kertrampilan, seseorang akan dapat
meningkatkan kegiatan potensi akalnya. Disamping itu, melalui potensinya akan
mendorong manusia untuk memperoleh dan melestarikan pengertahuan. Atas dasar
pemikiran tersebut, tujuan pendidikan menurut Ibn Khaldun adalah peningkatan
kecerdasan manusia dan kemampuannya berfikir. Dengan kemampuan tersebut,
manusia akan dapat meningkatkan pengetahuannya dengan cara memperoleh lebih
banyak warisan pengetahuan pada saat belajar.
b. Tujuan
peningkatan kemasyarakatan
Dari
segi peningkatan kemasyarakatan, Ibn Khaldun berpandapat bahwa ilmu dan
pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia. Ilmu dan pengajaran sangat
diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat manusia kearah yang lebih
baik.
c. Tujuan
pendidikan dari segi keruhanian
Tujuan
pendidikan dari segi keruhanian adalah dengan meningkatkankeruhanian manusia
dengan menjalankan praktik ibadat, dzikir, khalwat (menyendiri) dan
mengasingkan diri dari khalayak ramai sedapat mungkin untuk tujuan ibadah
sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi.[8]
2. Kurikulum
Pendidikan dan Klasifikasi Ilmu
Ibn
Khaldun membuat klasifikasi ilmu dan menerangkan pokok bahasannya bagi peserta
didik. Ia menyusun kurikulum yang sesuai sebagai salah satu sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan karena kurikulum dan
sistem pendidikan yang selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik akan
menjadikan mereka enggan dan malas belajar.
Berkenaan
dengan hal itu ibn Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam. Pertama kelompok
ilmu lisan (bahasa), kedua kelompok ilmu naqli: ilmu yang diambil dari kitab
suci dan sunnah Nabi. Ketiga, kelompok ilmu aqli: ilmu-ilmu yang diperoeh
manusia melalui kemampuan berfikir.
1)
Sifat-sifat
Pendidik
Seorang pendidik akan
berhasil dalam tugasnya apabila memiliki sifat-sifat yang mendukung
profesionalismenya.
a)
Pertama,
pendidik hendaknya lemah lembut, senantiasa menjauhi sifat-sifat kasar dan
menjauhi hukuman yang merysak fisik dan psikis peserta didik, apabila terhadap
anak-anak yang masih kecil.
b)
Kedua,
pendidik hendaknya menjadikan dirinya sebagai uswah al-hasanah (teladan)
bagi peserta didik.
c)
Ketiga,
pendidik hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik dalam memberikan
pengajarana sehingga metode dan materi dapat disesuaikan secara proporsional.
d)
Keempat,
pendidik hendaknya mengisi waktu luang dengan aktivitas yang berguna.
e)
Kelima,pendidik
harus prodesional dan mempunyai wawasan yang luas tentang peserta didik,
terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwanya, serta
kesiapan untuk menerima pelajaran.
3.
Prinsip-prinsip dalam proses belajar mengajar
Ibn Khaldun telah
meletakkan prinsip-prinsip proses belajar mengajar sebagai suatu hal yang
sangat mendasar dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa.
prinsip-prinsip tersebut secara garis besarnya meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
a.
Adanya
penahapan dan pengulangan secara berproses, yang harus disesuaikan dengan
kemampuan siswa dan tema-tema yang diajarkan secara bersamaan.
b.
Tidak
membebani pikiran siswa. Dalam masalah ini Ibnu Khaldun menyetakan, bahwa
pemikiran manusia tumbuh dan berkembang secara berproses (bertahap).
c.
Tidak
pindah dari satu materi kemateri lain sebelum siswa memahaminya secara utuh.
Seorang guru tidak dianjurkan berpindah pada materi yang baru sebelum ia yakin
bahwa siswanya telah paham terhadap materi pelajaran yang lalu. Hal tersebut
ditandai dengan bertambahnya tingkat kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa
dan daya kesiapan yang dimilikinya.
d.
Lupa
merupakan hal biasa dalam belajar, dan solusinya adalah dengan sering mengulang
dan mempelajarinya kembali. Ibnu Khaldun dengan prinsip belajar-mengajarnya,
menghendaki agar seorang guru juga memperhatikan terhadap proses pendidikan
potensi yang dimiliki seorang siswa.
e.
Tidak
bertindak keras terhadap siswa. Menurut Ibnu Khaldun tindakan keras atau kasar
terhadap siswa dapat menyebabkan munculnya sikap rendah diri, dan mendorong
seseorang memiliki perilaku dan kebiasaan buruk.[9]
KESIMPULAN
tentang pendidikan dalam pandangan Ibnu Khaldun ini ada beberapa hal
yang menurut hemat penulis perlu mendapatkan perhatian.
Yakni bahwa sebagai ilmuan yang juga sejarawan Ibnu Khaldun telah banyak
turut mewarnai pemikiran-pemikiran tentang pendidikan. Dia telah
mencanangkan dasar-dasar dan sistem pendidikan yang patut diteladani baik di
masa lalu maupun masa sekarang. Dari segi metode, materi, maupun kurikulum yang
ditawarkan secara keseluruhan pantas untuk dikaji dan dicermati.
Walaupun di dalam menuangkan tentang pandangannya terhadap filsafat
pendidikan Ibnu Khaldun hanya mengemukakan secara garis besar,namun harus
diakui bahwa sumbangannya terhadap proses pendidikan cukuplah besar. Dia
telah menyajikan pandangan-pandangannya dalam bentuk orientasi umum,
sehingga dia mengatakan bahwa aktifitas pendidikan bukan semata-mata
bersifat pemikiran dan perenungan, akan tetapi ia merupakangejala sosial
yang menjadi ciri khas jenis insani, dankarenanya ia harus dinikmati oleh
setiap makhluk sosial yang bernama manusia. Karena
orientasi pendidikan menurutnya adalah bagaimana bisa
hidup bermasyarakat.
Sementara itu Ibnu Khaldun melihat bahwa penguasaan terhadap bahasa
merupakan prasyarat bagi keberhasilan suatu pendidikan.
Adapun metode yang ditawarkan Ibnu Khaldunadalah bersifat intelektualitas,
dengan prinsipmemberikan kemudahan-kemudahan bagi anak didik,demi terciptanya
tujuan pendidikan. Karenamenurutnya hakekat manusia itu adalah jiwanya,sehingga
jiwanyalah yang akan menentukan hakekat perbuatan-perbuatannya, termasuk
perbuatan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abd.Rachman Assegaf 2013. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam
Hadharah Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern.Jakarta: PT Raja Grafindo,
Cet.2
Ayi Sofyan .2010. Kapita Selekta Filsafat, .Bandung: CV
Pustaka Setia.
H.Abuddin Nata 1997.Filsafat Pendidikan Islam 1.Jakarta:Logos
Wacana Ilmu, cet 1
Khaldun,Ibnu. Muqadimah Ibnu Khaldun. Terj. Akhmad Taha. Cet. 1
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986)
M.Sugeng Sholehuddin. 2010. Reiventing Kepemimpinan dalam
Pendidikan Islam.Pekalongan STAIN Press
Susanto, A. 2009. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH
Syamsul Kurniawan& Erwin Mahrus. 2011.Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
[1]
H.Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan
Islam 1, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, cet 1,1997), hlm. 171
[2] Syamsul
Kurniawan& Erwin Mahrus, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.
99-100
[3]
Abd.Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan
Tokoh
Klasik Sampai Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet.2,2013), hlm.123
[4]
Ibid, hlm.101
[5]
Khaldun,Ibnu. Muqadimah Ibnu Khaldun. Terj.
Akhmad Taha. Cet. 1 (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986)
[6]
M.Sugeng Sholehuddin,ReiventingKepemimpinan dalam Pendidikan Islam, (Pekalongan
STAIN Press,2010),hlm.75
[7]
Ayi Sofyan, Kapita Selekta Filsafat, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm.270-271
[8] Ibid, hlm.103-104
[9] A.
Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 47-50
Post a Comment