Untuk
anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan
klik link dibawah ini!.
BAB I
PENDAHULUAN
Iqbal adalah tokoh pemikiran dalam
Islam yang kejeniusannya tumbuh dan dikagumi dikalangan cendekiawan dan penyair
besar, ayahnya yakin bahwa burung cantik dalam mimpi yang ia alami merupakan
simbol dari roh Iqbal (the spirit of iqbal). Mimpi yang terjadi
menjelang kelahiran Iqbal ini sebagai Prophetia
Dream yang diyakini oleh Iqbal (dipandang Abd. Al- Hakim) sebagai keyakinan
seseorang yang memiliki karakter sensitive mind and spiritual learnings.
Terlepas dari pandangan seperti ini, tampaknya dapat pula dikatakan bahwa upaya
menghubungkan mimpi dengan kelahiran dan perkembangan kejeniusan tersebut
sekaligus merupakan gambaran obsesi dari ayah Iqbal. Dengan demikian kemudian
Iqbal benar-benar menjadi pemikir besar disamping potensi yang telah ada
padanya, juga karena lingkungan sosial dan berturunnya potensi tersebut dengan
seorang semacam W. Arnold, serta dengan pemikiran- pemikiran Rumi,
Nietzehe, Ibn Thaimiyah dan lain-lain.
Dengan cara pandang seperti itu
tidak berarti bahwa Iqbal sekedar penerus dan pengkopi pemikiran- pemikiran
yang telah berkembang sebelumnya, akan tetapi sebagaimana yang dikatakan oleh
Siddiqi, seorang jenius memiliki kemampuan mengasismilasi berbagai ide dari
banyak sumber untuk kemuudian merumuskan sebagai pendapat sendiri. Maka makalah
ini akan mengkaji tentang Islam dinamis, tela’ah terhadap pemikiran Muhammad
Iqbal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi dan
Riwayat Hidup Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal
dilahirkan pada bulan Dzulhijjah 1289 H atau 22 Februari 1873 di Sialkot, suatu
kota bersejarah diperbatasan Punjab Barar dan Khasmir. Mengenai tahun
kelahirannya ada yang menulis 1873 dan ada pula yang menunjuk 1877.[1][1]
Muhammad
Iqbal berasal dari keluarga miskin, dengan mendapatkan beasiswa dia mendapatkan
pendidikan yang bagus. Keluarga Iqbal berasal dari keluarga Brahmana Khasmir
yang telah memeluk agam islam sejak tiga abad sebelum kelahiran Iqbal, dan
menjadi penganut agam Islam yang taat.[2][2] Kakeknya,
Muhammad Rafiq, seorang penganut sufi berasal dari Kashmir yang kemudian
berimigrasi ke Sialkot. Ayahnya, Syekh Noor Muhammad, adalah seorang sufi dan
sangat mementingkan nilai- nilai agama, di kenal sebagai orang yang sholeh dan
telah mendorong Iqbal menghafal dan mengkaji Al- Qur’an sejak usia dini.[3][3]
Iqbal
memulai pendidikannya pada masa kanak- kanak pada ayahnya, Nur Muhammad yang
dikenal sebagai ulam. Kemudian ia mengikuti pelajaran Al- Qur’an dan pendidikan
Islam lainnya secara klasik disebuah surau. Ia kemudian disekolahkan di Scottis Missino School, Sialkot agar ia
mendapatkan bimbingan dari Mulawi Mur Hasan (teman ayahnya yang ahli bahasa
Persia dan Arab). Guru inilah yang mula- mula membaca Iqbal menuju pintu
kemasyhuran.[4][4]
Iqbal lulus
Scottish Mission School, Sialkot pada 1892 dan melanjutkan kejurusan Liberal
Arts di Schottis Mission College (Murray College) dan lulus ujian pada 1895.
Setelah itu ia melanjutkan ke Government College, Lahore salah satu kota di
India yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Di kota ini ia
bergabung dengan perhimpunan sastrawan yang sering di undang musya’aroh, yakni pertemuan dimana para
penyair membawakan sajak- sajaknya. Ini menerapkan tradisi yang masih berkembang
di India dan Pakistan hingga kini.
Ia
mendapatkan gelar Master of Arts tahun 1899. Iqbal turut menerima pingat emas
karena menjadi satu- satunya calon yang sukses di bidang filsafat. Setelah itu
Iqbal mendalami Bahasa Arab di Oriental College, Lahore menjadi penolong
profesor mata kuliah filsafat dan sastra Inggris di Government College, Lahore
pada 1903.[5][5]
Iqbal wafat
pada 21 April 1938 di Lahore, ketika dia akan meninggal dunia, dia terlihat
sangat bahagia dan selalu senyum. Beberapa saat sebelum kematiannya, dia
mengucapkan sebuah syair yang artinya: “Tanda- tanda orang yang beriman adalah
merasa bahagia apabila akan menghadapi kematian”.[6][6]sang penyair
besar itu juga menggoreskan sajak lain yang artinya: “Apabila ajal itu datang, ia akan kusambut dengan senyuman”. Dan
dalam buku lain Iqbal mengatakan dengan kalimat lain, yaitu “Kukatakan kepadamu tanda seorang mu’min,
bila maut datang, akan merekah senyum dibibir”.[7][7]
B. Setting Sosial
Di India
terdapat dua umat besar, umat Islam dan umat Hindu. Punjab merupakan daerah
mayoritas beragama Islam. Kebijakan yang berlaku saat itu tidak mendukung umat
Islam untuk berbuat banyak. Gerakan khilafat kaum nasionalis Hindu yang
didukung oleh Mahatma Gandhi yang mendukung satu bentuk Pan- Islam untuk
memudahkan pembentukan front bersama melawan Inggrispun berakhir.
Kegiatan
umat Islam dalam perdagangan dan industri sedikit sekali. Universitas Punjab
secara eksklusif hampir saja menjadi lembaga pendidikan Hindu. Panggung politik
sebagian dikuasai oleh ahli- ahli hukum Hindu. Kantor- kantor umum dan lembaga
pemerintah menjadi tidak bisa didekati oleh orang- orang Islam.
Swammi
Shardanand memulai suatu gerakan yang diatur dengan baik dan untuk menjadikan
orang- orang muslim menjadi Hindu. Di Punjab administrasi mahkamah tinggi
dibawah Sir Shadilal, yang kebijaksanaan tampak menyingkirkan setiap muslim
yang cakap dan mempunyai bibit harga diri, merupakan soal lain yang
menyedihkan.
Iqbal mempelajari
situasi itu dan sadara bahwa hal tersebut perang tidak akan membawa kepada
penciptaan kebangsaan yang satu. Umat Islam India harus menuju pada pembentukan
negara tersendiri, terpisah dari negara Hindu India.
Sejak akhir
abad ke- 19, pemuda- pemuda muslim mulai terpukau oleh daya tarik pendidikan
barat. Mereka merangkul universitas- universitas yang didirikan pemerintah
Inggris (British). Melalui filsafat
dan kesusteraan barat, mereka mempelajarinya secara instink dapat memahami
tatanan materialistik dan nasionalisme congkak yang mendasari kesadaran
kolektifnya. Namun patut disayangkan, tanda- tanda krisis batin dan degenerasi
spiritual muslim terutama pada pemimpin- pemimpinnya.
Hal itulah
yang membuat Iqbal berontak dan ia menegaskan bahwa pendidikan modern adalah
jahat, oleh karena ia melalaikan mental, moral dan perkembangan spiritual bagi
generasi- generasi muda.
C. Metodologi
Dari
pandangan sikap hidup Barat, Iqbal mengambil dan mengagumi sikap hidup dinamis,
daya pikir kritis, sikap pantang menterah dan berjuang dengan keberanian
mengambil resiko, tidak cepat merasa puas diri dan lain sebagainya.
Dari dunia
Timur, Iqbal mengambil sikap dan pandangan hidup yang dapat membawa manusia
kepada kehidupan luhur yang lebih tinggi. Hal semacam itu menurut Iqbal dapat
ditemukan pada agama, kepercayaan kepada Tuhan, cinta kasih, kejujuran,
persaudaraan, toleransi dan lain- lain. Sedangkan sikap hidup yang dapat
menggiring manusia kepada kerapuhan dan kelemahan jiwa serta hidup kerdil, ia
kecam dan harus dibuang, seperti cepat menyerah kepada nasib, kurang berani
mengambil resiko, cepat merasa puas diri, kemalasan dan lain sebagainya.
Dari uraian
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metodologi yang digunakan dalam
pemikirannya, ia menggunakan Value Filtering
Approach, iqbal berkeyakinan bahwa keselamatan umat manusia terletak pada
perpaduan antara kebudayaan Timur dan kebudayaan Barat.
“Di Barat,
Akal sumber kehidupan
Di Timur,
Cinta basis kehidupan
Melalui
Cinta akal mengenal realitas
Dan akal
memberikan ketenangan
Pada cinta
yang bekerja
Bangkitkan!
Dan letakkan dasar- dasar dunia baru
Dengan
menghadirkan akal dan cinta”.
Kebanyakan
syair- syair Muhammad Iqbal berisi tentang keinginan adanya kebebasan,
keterbukaan dan kembali kepada sumber- sumber agama yang murni. Muhammad Iqbal,
otaknya sangat cerdas, perasaannya sangat peka pemberani, pemikir dan imannya
sangat kuat. Sebagian syair- syairnya berisi tentang perjuangan bangsa- bangsa
dalam meraih kemerdekaan. Beliau juga melantunkan syair yang bercerita tentang
Islam di masa lalu. Kebaikan yang membanggakan dunia, ketabahan orang- orang
Islam walaupun menghadapi berbagai macam kesusahan. Beliau mengingatkan orang
Islam dengan sebuah sya’irnya:
“orang Islam
yang selalu berjuang akan terjaga dari rasa khawatir
orang Islam
yang penakut dan tidak mau berjuang akan tenggelam di dasar sungai”.
Berpijak pada yang digunakan Iqbal
yaitu Value Filtering Approach, yang
mana Iqbal memadukan pendidikan Barat yang penuh dengan kreatifitas tetapi
gersang dengan nilai spiritual, dipadukan dengan pendidikan Timur yang penuh
dengan nilai spiritual akan tetapi seakan mengkebiri kreativitas (bisa
dikatakan bahwa cinta dengan nilai-nilai Timur dan cinta dengan nilai-nilai
Barat ), maka teori yang sesuai dengan metodologi di atas adalah teori “integrated”’ dimana Iqbal selalu
mengintegrasikan teori- teori yang ada, sehingga akan terjadi keseimbangan yang
selaras.
Dari teori pengintegrasian Iqbal,
juga menular dalam sikap pemikirannya, Iqbal juga memadukan antara pemikiran
yang cenderung bersifat keras dengan seni yang bersifat lunak, sehingga
terbentuk suatu untaian pola pikir yang menarik.
D. Ide Pokok
Pemikiran M uhammad Iqbal
Corak
pemikiran Iqbal diwarnai oleh filsafat karena dia adalah seorang filosof.
Ide dan pokok pemikirannya antara
lain:
1. Pendidikan Watak
Pendidikan
hendaknya memupuk tiga sifat untuk mengembangkan watak- watak yang tangguh,
yakni: Keberanian, Toleransi, Faqr atau Istighna.
2. Pengetahuan dan Cinta
Menurutnya
bahwa pengetahuan yang didapat lewat persepsi inderawi disebut ilm, sedangkan pengetahuan yang didapat
oleh kalbu atau intivitif disebut pengetahuan sejati tentang realitas tinggi
lewat cinta atau Isyq.
Panca indera
pertama- tama merasakan cahaya kebenaran. Kemudian panca indera berpadu dengan
cahaya ilahi, yang sulit diindera, kecuali jika kalbu mendapat cahaya untuk
menerimanya.
Pendidikan
yang benar hendaknya mereflesikan kedua unsur esensial tersebu. Peranan
manusia, lewat pengetahuan dan pendidikan yang didapatnya, tidak hanya untuk
menyadari hukum alam (hubungan antara manusia, Allah dan alam semesta). Tapi
juga untuk memiliki pemahaman yang mendalam terhadap sang pencipta.
3. Pandangan Kreatif tentang Pendidikan
Pendidikan
itu hendaknya bersifat dinamis dan kreatif dan diarahkan untuk memupuk dan
memberikan kesempatan gerak kepada semangat kreatif yang bersemayam dalam diri
manusia serta mempersenjatainya dengan kemauan dan kemampuan untuk menguasai
bidang seni dan ilmu pengetahuan yang baru, kecerdasan, dan kekuatan.
Pendidikan dimaksud hendaknya merupakan pendidikan yang diilhami oleh suatu
keyakinan yang optimis tentang tujuan akhir manusia.[8][8]
4. Insan Al- Kamil
Iqbal
menafsirkan insan kamil atau “manusia utama”, setiap manusia potensi adalah
suatu microkosmos, dan bahwa insan
yag telah sempurna kerohaniannya menjadi
cermin dari sifat- sifat Tuhan sehingga sebagai orang suci dia menjadi khalifah
atau wakil tuhan dimuka bumi.
5. Ketuhanan
Pemahaman
Iqbal tentang ketuhanan mengalami tiga tahapan perkembangan sesuai dengan
pengalaman yang dilaluinya dan tahap pencarian sampai tahap pematangan.
Tahap
pertama: Dari tahun 1901- 1908
Tuhan
diyakini sebagai keindahan abadi, keberadaan- Nya tanpa tergantung pada sesuatu
bahkan menampakkan diri dalam semuanya itu.
Tahap kedua: Dari tahun
1908- 1920
Tuhan bukan
lagi sebagai keindahan luar tetapi sbagai kemauan bagi, sementara keindahan
hanyalah sebagai sifat Tuhan.
Tahap ketiga: Dari tahun
1920- 1938
Tuhan adalah
Ego Mutlak, karena Dia meliputi segalanya. Tidak ada sesuatupun di luar Dia.
Dia merupakan sumber segala kehidupan dan sumber dari mana ego- ego bermula
yang menunjang kehidupan itu.
E. Pemikiran Muhammad Iqbal Tentang Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan
Islam menurut Iqbal adalah pembentukan kepribadian Muslim insan kamil dengan pola taqwa.
Dalam
implementasinya terhadap praktik pendidikan Islam, para pelaku pendidikan perlu
memahami ciri- ciri insan kamil dan
sangat tepat diberikan dalam orientasi bimbingan dan pengarahan kepada peserta
didik.
Adapun ciri- ciri insan kamil
adalah:
1. Manusia yang
siap menjadikan dirinya seolah- olah seperti Tuhan, dengan menjelmakan sifat-
sifat Tuhan dalam diri manusia.
2. Manusia yang
memposisikan dirinya secara proporsional bahwa eksistensinya adalah swbagai
wakil Tuhan (khalifah Allah).
3. Insan kamil
adalah poros (pusat) sesungguhnya dari daya ruhani, dari kesejahteraan,
kedamaian serta keselamatan dunia tergantung kepadanya.
Hal- hal
yang perlu diperhatikan oleh pendidikan Islam dalam mengarahkan pendidikannya
menuju insan kamil adalah sebagai berikut:
1. Mendidik
mukmin sejati yang tidak memperlakukan agamanya sebagai dogma yang “gagap”,
yang mengarungi hidupnya menurut tuntunan murni dari Al- Qur’an dan sunnah
Nabi.
2. Mendidik
peserta didik untuk memiliki dua kualifikasi: yang satu berhubungan dengan
fisiknya, seperti makan, minum, berpakaian, berkeluaga, sensitif terhadap
panas, sehat, sakit dan sebagainya. dan yang lain berhubungan dengan
spiritualnya, yaitu peserta didik menjadi mukmin sejati yang mewarisi dan
menaati ajaran Nabi.
3. Peserta
didik diupayakan mampu menyerap sifat- sifat Tuhan kedalam dirinya.
4. Peserta
didik dididik memiliki ego yang produktif dan kreatif.
5. Peserta
didik diberi kebebasan, karena itu tugas manusia memanfaatkan kebebasannya
untuk memilih yang baik.
6. Peserta
didik diarahkan untuk memiliki kepercayaan yang tinggi akan kekuatan dan
kemampuannya. Dan sebagainya.
2.
Kurikulum
Kurikulum
secara garis besar dapat diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan
pengajaran yang di berikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang
akan dicapai.
Adapun isi
kurikulum pendidikan yang akan dicapai menurut Muhammad Iqbal adalah:
a.
Isi
kurikulum pendidikan harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan
tekhnologi.
Pada umumnya Muhammad Iqbal
menggunakan kata “pengetahuan” (knowledge) yang didasarkan pada pada panca
indera. Pengetahuan dalam arti ini kepada manusia memberikan kekuasaan yang
harus di tempatkan di bawah agama. Muhammad Iqbal berpandapat bahwa agama
adalah suatu kekuatan dari kepentingan besar dalam kepentingan besar dalam
kehidupan individu juga masyarakat. Apabila pengetahuan dalam arti ini tidak
ditempatkan di bawah agama, ia akan menjelma menjadi kekuatan syetan.
Pengertian dalam arti ini di pandang
berfungsi sebagai langkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang
sebenarnya. Oleh karenanya kitab merupakan sarana dalam penyampaian ilmu
pengetahuan. Jadi menurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu umum harus
seimbang karena keduanya sama- sama penting di dalam kehidupan.
b. Isi
kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak.
Pendidikan watak menurut Muhammad
Iqbal merupakan faktor yang penting dalam pendidikan. Untuk mengembangkan
watak, menurut Muhammad Iqbal pendidikan hendaknya memupuk pendidikan hendaknya
memupuk tiga sifat yang merupakan unsur- unsur utama dari pendidikan itu sendiri,
yaitu:
1. Keberanian
2. Toleransi
3. Fakir
3.
Metode
Metode
pembelajaran dalam pendidikan dapat di analogikan sebagai jalan yang dilalui
oleh kendaraan, metode pembelajaran mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pencapaian
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Penggunaan metode pembelajaran tidak
bisa disamakan dalam menyampaiakan setiap materi yang akan disampaikan, dalam
pemilihan metode yang akan digunakan tidak dapat terlepas dari kontektualisasi
dan relevansi tuntutan zaman, materi yang akan disampaikan, kondisi peserta
didik, sumber daya manusia, sarana dan prasarana sebagai pendukung atas
penggunaan media yang akan dipakai dalam proses pembelajaran.
Muhammad
Iqbal menghendaki penggunaan metode yang dapat menghadapkan siswa (peserta
didik) kepada situasi baru dan masalah baru yang mengundang mereka untuk
bekerja dengan penuh kesadaran akan tujuan yang digalinya dari sumber yang
tersedia dalam lingkungan mereka. Menurut Muhammad Iqbal terdapat empat metode
pembelajaran yang cocok di gunakan dalam proses pembelajaran yaitu:
a.
Metode Self-
Activity
Merupakan
sebuah metode untuk menjadikan peserta didik bersikap aktif dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Metode ini mengubah paradigma peserta didik tidak hanya
menerima atau mendengarkan pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik, akan
tetapi peserta didik lebih dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuan baik
dalam lingkungan kelas maupun dalam mengakses materinya di luar kelas.
b. Metode Learning
By Doing
Learning By
Doing (Belajar dengan mengerjakan) merupakan sebuah metode apabila meminjam
teorinya Bloom metode pembelajaran ini tidak hanya sebatas pada ranah
kognitif dan afektif saja, melainkan lebih pada psikomotorik. Dengan metode ini
peserta didik lebih dituntut untuk mampu mempraktekkan apa yang mereka peroleh
dalam tingkah laku kehidupannya.
c.
Metode
Proyek
Merupakan
sebuah metode yang menuntut peserta didik untuk menyelesaikan sesuatu yang
ditugaskan dengan jangka waktu yang telah di tentukan.
d. Metode Problem-
Solving
Problem-
solving merupakan metode pembelajaran dengan mencari jalan keluar terhadap
permasalahan yang ada, dalam proses pembelajarannya peserta didik di hadapkan
ke dalam permasalahan kemudian peserta didik dimintai untuk memecahkan
permasalahannya baik secara individu maupun secara kelompok.
4.
Peserta
Didik
Dilihat dari
kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang sedang bearada dalam proses
perkembangan menurut fitrahnya masing- masing. Mereka memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal maupun fitrahnya.
Pemikiran
Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah
berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki
kebebasan untuk memnentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya.
Dengan kebebasan itu, peserta didik memungkinkan untuk diarahkan agar memiliki
kreativitas berfikir tinggi sehingga dapat memunculkan inovasi- inovasi baru
yang dapata dipergunakan untuk menjawab berbagai tantangan dimasa sekarang dan
akan datang yang merupakan dampak negatif dari globalisasi dan industrialisasi.
Muhammad
Iqbal sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadap
pendidikan serta terhadap hak pengembangan individu. Muhammad Iqbal mengharap
agar sekolah dapat membina dan mengembangkan pribadi yang bebas, berani dan
kreatif. Arti kebebasan mengandung arti yang besar. Kebebasan terkadang
mengandung arti selain memilih sesuatu yang baik juga bebas untuk menentukan
pilihan yang jahat. Namun yang dimaksud kebebasan disini adalah tugas manusia
untuk melaksanakan dan mewujudkan kepercayaan- Nya itu dengan jalan
memanfaatkan karunia berupa kebebasan tersebut.
5.
Pendidik
Pendidik
dalam menggali dan mengembangkan konsep pendidikannya akan harus mengkaji dan
meneliti hakikat individualitas dan lingkungan.
Muhammad
Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi
tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit. Sikap pendidik yang baik
menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh
pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya.
Muhammad
Iqbal kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang mengurung
siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Hal ini dikarenakan bahwa anak
perlu berhubungan dengan alam dalam setiap proses belajarnya, yaitu untuk
menumbuhkan sikap keingintahuan serta untuk menumbuhkan kreativitasnya.
F.
Relevansi Model
Pendidikan Muhammad Iqbal
1. Kurikulum
Menurut
pemakalah, kurikulum yang digagas Muhammad Iqbal masih cukup relevan apabila
kurikulum tersebut diterapkan pada masa sekarang ini, karena kami melihat
pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat dan budayanya.
2. Materi
Materi yang
rancang menurut pendapat Muhammad Iqbal, menurut kelompok kami juga masih
mempunyai nilai relevansi, akan tetapi kontekstualisasi dengan paradigma yang
sekarang tentunya harus adanya pemilihan yang jelas dari segi kecapaian ketiga
ranah yang diusung oleh Bloom yaitu materi yang disampaikan mengacu pada ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Metode
Metode yang
digunakan pada saat ini yang menggunakan metode belajar aktif apabila kita
teliti bersama ternyata metode tersebut juga sudah ada pada pemikiran zamannya
Muhammad Iqbal semisal metode problem solving dan metode yang lainnya, hal ini
mempunyai pengertian bahwa metode pembelajaran Muhammad Iqbal cukup relavan
untuk saat ini. Bahkan metode yang digagas oleh UNESCO selaku badan yang
menangani pendidikan yang dinaungi oleh PBB untuk pendidikan masa depan sudah
dilakukan oleh Muhammad Iqbal.
4. Pendidik
Relevansi
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran Muhammad Iqbal juga masih cukup mempunyai
nilai- nilai yang perlu dipertahankan, akan tetapi tentu masih ada penambahan
peran pendidik semisal pengenalan
terhadap teknologi informasi dan komunikasi.
5. Peserta
Didik
Peserta
didik sebagai subjek pendidikan tentunya mempunyai peran yang paling besar
dalam pendidikan, sebagaimana yang telah diharapkan oleh Muhammad Iqbal peserta
didik harus mampu bermasyarakat karena pola masyarakat tidaklah statis akan
tetapi selalu dinamis mengikuti perkembangan zaman.
BAB III
KESIMPULAN
1. Setting dan
Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir pada bulan
Dzulhijjah 1289 H atau 22 Februari 1873 di Sialkot, suatu kota bersejarah
diperbatasan Punjab Barat dan Khasmir dan wafat pada 21 April 1938 di Lahore.
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga
miskin, dengan mendapatkan beasiswa dia mendapatkan pendidikan yang bagus.
Keluarga Iqbal berasal dari keluarga Brahmana Khasmir yang telah memeluk agam
islam sejak tiga abad sebelum kelahiran Iqbal, dan menjadi penganut agam Islam
yang taat.
Iqbal memulai pendidikannya pada
masa kanak- kanak pada ayahnya, Nur Muhammad yang dikenal sebagai ulama.
Kemudian ia mengikuti pelajaran Al- Qur’an dan pendidikan Islam lainnya secara
klasik disebuah surau. Ia kemudian disekolahkan di Scottis Missino School, Sialkot agar ia mendapatkan bimbingan dari
Mulawi Mur Hasan (teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan Arab). Guru inilah
yang mula- mula membaca Iqbal menuju pintu kemasyhuran.
Iqbal lulus Scottish Mission School,
Sialkot pada 1892 dan melanjutkan kejurusan Liberal Arts di Schottis Mission
College (Murray College) dan lulus ujian pada 1895. Setelah itu ia melanjutkan
ke Government College, Lahore. Ia mendapatkan gelar Master of Arts tahun 1899.
Iqbal turut menerima pingat emas karena menjadi satu- satunya calon yang sukses
di bidang filsafat. Setelah itu Iqbal mendalami Bahasa Arab di Oriental
College, Lahore menjadi penolong profesor mata kuliah filsafat dan sastra
Inggris di Government College, Lahore pada 1903.
Corak pemikiran Iqbal di warnai oleh
filsafat, karena dia adalah seorang filosof. Ide dan pokok pemikirannya antara
lain:
1. Pendidikan
Watak
2. Pengetahuan
dan Cinta
3. Pandangan
Kreatif Tentang Pendidikan
4. Ketuhanan
5. Insan Kamil
2. Tujuan
Pendidikan
Tujuan
pendidikan Islam menurut Muhammad Iqbal adalah pembentukan kepribadian Muslim Insan
Kamil dengan pola taqwa.
Dalam
implementasinya terhadap praktik pendidikan Islam, para pelaku pendidikan perlu
memahami ciri- ciri Insan Kamil dan sangat tepat diberikan dalam
orientasi bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik.
Kurikulum
secara garis besar dapat diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan
pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang
akan dicapai.
Adapun isi
kurikulum pendidikan menurut Muhammad Iqbal adalah:
a.
Isi
kurikulum pendidikan harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan, dan
tekhnologi.
b. Isi
kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak.
3. Metode
pembelajaran
Metode
Pembelajaran dalam pendidikandapat dianalogikan sebagai jalan yang dilalui oleh
kendaraan, metode pembelajaran mempunyai pengaruh yang besar dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Pemikiran
Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah
berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya. Dengan
kebebasannya itu, peserta didik memungkinkan untuk diarahkan agar memiliki
kreatifits berfikir tinggi sehingga dapat memunculkan inovasi- inovasi baru
yang dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai tantangan dimasa sekarang
danmasa yang akan datang.
Muhammad
Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi
tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit.
DAFTAR PUSTAKA
M. sugeng
Sholehuddin, 2010, Reiventing Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam, Pekalongan:
STAIN Press
Syamsul
Kurniawan & Erwin Mahrus, 2011 Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,
Jogjakarta: Ar- Ruz Media
Mohammad
Herry, 2006 Tokoh- Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema
Insani
Mursi
Muhammad Said, 2008 Tokoh- Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar
K.G.
Saiyidain, 1954, Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, Bandung: CV.
Diponegoro
[1][1]M.
Sugeng Sholehuddin, Reiventing
Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Press, 2010),
hlm.162
[2][2]Syamsul
Kurniawan & Erwin Mahrus, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, Cet Ke-1, (Jogjakarta: Arr- Ruz Media,2011),
hlm.127-128
[3][3]Mohammad
Herry, Tokoh- Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20,(Jakarta:Gema
Insani,2006),hlm.237-238
[4][4]Loc
cit. hlm.162
[5][5]Loc
cit. hlm.128
[6][6]Mursi,
Muhammad Sa’id, Tokoh- Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta
Timur: PUSTAKA AL-KAUTSAR,2008),hlm.413
[7][7]Op
cit. hlm.132
[8][8]K.G.Saiyidain,
Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan,(Bandung:CV.Diponegoro,1954),hlm.169
Post a Comment