Untuk anda yang ingin mendownload filenya,
berbentuk (.docx)
Silahkan klik link dibawah ini!.
BAB
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kemajuan suatu negara. Pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang
baik sehingga akan berdampak bagi negara dan bangsa yang lebih maju. Setiap
Negara menyelenggarakan pendidikan sebagai upaya untuk membangun bangsa. Afrika
Selatan terletak di bagian selatan
benua Afrika, merupakan negara yang fokus pada sektor pendidikan untuk
memajukan negaranya.
Benua Afrika hampir sama tuanya dengan bumi. Pada masa lalu, daratan
menjadi satu bagian dari sebuah benua super besar yang disebut pangaea. Selama proses jutaan tahun,
daratan telah bergeser dan renggang karena gempa bumi, letusan gunung berapi
dan pergerakan lautan. Lokasi Afrika tidak berubah secara drastis sepanjang
abad.
Benua Afrika adalah benua terbesar kedua dunia dan kedua terbanyak
penduduknya setelah Asia. Benua Afrika dikenal dengan julukan Benua Hitam. Hal
ini dikarenakan mayoritas penduduk di kawasan benua ini adalah orang-orang
kulit hitam (negro).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Potret Sistem Pemerintahan Afrika Selatan
Republik Afrika Selatan adalah
negara demokrasi dengan konstitusi sementara yang disahkan pada 1993.
Perwakilan nasionalnya terdiri atas 400 anggota Majelis Nasional melalui
pemilihan dan 90 orang anggota senat yang terdiri atas 10 orang wakil dari
setiap propinsi yang 9 oleh Majelis Nasional dibantu oleh kabiet yang mencakup
wakil-wakil seluruh partai yang memenangkan 5% jumlah suara. Majelis Nasional
harus menyusun undang-undang dasar baru pada bulan April 1997. Setiap propinsi
yang sembilan itu mempunyai perwakilan yang dikepalai oleh dewan eksekutif.[1]
Bentuk pemerintahan Afrika Selatan adalah Republik
dengan dikepalai oleh Presiden. Afrika Selatan menerapkan sistem politik
demokrasi anti-apartheid. Bentuk negaranya adalah kesatuan dan
pemerintahan republik. Sistem pemerintahan di Afrika Selatan adalah
presidensil.[2]
Afrika selatan adalah negara yang
berpenduduk mayoritas berkulit hitam, yang dipimpin oleh golongan minoritas
kulit putih. Ini terletak paling selatan benua afrika. Sejak berdiri tahun
1961, negara ini hampir tidak pernah lepas dari kecaman dunia, karena melakukan
politik aparthied. Suatu sikap diskriminasi sosial, dimana masyarakat hitam
sama sekali tidak diperlakukan manusia selayaknya.mereka disisihkan, tidak
boleh berkumpul, bahkan tidak satupun yang dianggap patut wakil rakyat di
parlemen. Sehingga kepentingan rakyat kulit hitam dari tahun ke tahun tidak
terurus.
Pada
suatu tingkat sangat kritis maka secara hati-hati menjelang tahun 1980 pemimpin
negara ini Pieber W. Botha mengambil agak liberal yaitu untuk memperlunak
peraturan perburuhan yang keras dan memberikan perlusan hak buruh hitam.[3]
Pada
tahun 1994 digelar pemilihan demokratis pertama yang mengizinkan semua ras
untuk memilih. Nelson Mandela terpilih sebagai presiden pertama afrika selatan
yang baru, setelah ia keluar dari penjara tahun 1962 dengan semakin intensifnya
perjuangan kulit hitam meraih kebebasan. Mandela dan De Klerk bersama-sama
meraih hadiah nobel perdamain pada tahun 1993 brkat upaya mreka ke arah
prubahan. Saat ini afrika selatan adalah negara dengan perbedaan tajam. Negara
ini memiliki infrastruktur kelas dunia dan perekonomian yang terus tumbuh, tapi
terus menghadapi isu tentang pengangguran yang tinggi.[4]
B.
Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara
1.
Kondisi
Demografi
Benua Afrika
merupakan benua terbesar ke tiga setelah Asia dan Amerika. Luas wilayah Afrika
mencapai 30.290.000 km2. Secara astronomis, Afrika terletak pada 17' BB–52' BT
dan 35' LU–34' LS. Secara geografis, Afrika terbagi atas lima kawasan yakni
Afrika Utara, Afrika Timur, Afrika Barat, Afrika Tengah, dan Afrika Selatan.
Benua Afrika berbatasan dengan Laut Tengah di utara, dengan Samudra Hindia di
selatan dan timur, serta dengan Samudra Atlantik di barat. Sebagian besar
wilayah Afrika beriklim tropis, kecuali bagian paling utara dan paling selatan.
Di kedua wilayah tersebut, iklim mulai memasuki zona subtropis.
Sebagian besar
penduduk Benua Afrika adalah keturunan negro yang berkulit hitam. Di kawasan
Afrika Selatan, Kristen menempati posisi pertama jumlah pemeluk agama di atas
Islam dan sedikit Hindu.[5] Demografi di Afrika Selatan dibagi
menjadi empat kumpulan utama yaitu: orang kulit hitam, orang kulit putih, orang
berwarna (orang dari Asia atau berdarah campuran) dan orang berbangsa India.
Kaum yang terbesar di Afrika
Selatan adalah kaum pribumi berkulit hitam yaitu 77%. Hal inilah yang menyebabkan Benua Afrika mendapat
julukan Benua Hitam. Bangsa Negro di Afrika dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu Negro Sudan dengan ciri kulit hitam, bibir tebal, dan rambut keriting,
golongan kedua adalah Negro Bantu dengan ciri seperti Negro Sudan tetapi
kulitnya lebih terang.
Penduduk kulit hitam terdiri dari
masyarakat majemuk yang dapat diklasifikasikan kepada empat kelompok etnis
berdasarkan kepada bahasa masing-masing. Kelompok yang terbesar yaitu 50%
penduduk Afrika di sini adalah yang berbahasa Nguni termasuk bangsa Ndebele, Swazi, Xhosa dan Zulu. Kelompok yang kedua terbesar
adalah yang berbahasa Sotho-Tswana, termasuk beberapa bangsa Sotho, Pedi, dan Tswana dan merupakan mayoritas di
kebanyakan kawasan Highveld. Dua kelompok yang terakhir adalah Tsonga, atau Shangaan, yang tertumpu di
Utara dan wilayah Mpumalanga, dan Venda, yang juga tertumpu di wilayah
utara Afrika Selatan.
Kaum kulit putih terdiri dari 11%
penduduk di sini, yang berbangsa Belanda, Perancis, Inggris dan Jerman. Kebanyakan orang Eropa di negara ini adalah keturunan
penjelajah-penjelajah awal di koloni Cape. Terdapat juga kelompok minoritas Portugis kelompok pertama dari keturunan penjelajah Eropa yang
awal, manakala kelompok kedua keturunan budak Belanda yang datang dari Indonesia. 9% dari penduduk Afrika Selatan terdiri dari bangsa
berwarna atau coloured. Bangsa ini termasuk kelompok yang kawin campur
dan juga pendatang Asia,
yang dibawa masuk untuk bekerja sebagai kuli di Natal. Manakala, 3% lagi terdiri dari
bangsa India yang berasal dari pedagang-pedagang India.[6]
Afrika Selatan mempunyai penduduk
yang bineka. Lebih dari 68% penduduk adalah orang Afrika. Kelompok masyarakat
kulit hitam Afrika menggunakan bahasa Bantu sekitar 50% mereka dapat membaca dan
menulis dalam bahasa inggri dan bahasa Afrikaan, yaitu dua bahasa resmi di
Afrika Selatan. Kelompok kulit hitam terbesar adalah di Nguni sejak thun 1500
sebelum kedatangan pemukim kulit putih.
Sekitar 19% adalah penduduk kulit
putih, ada dua kelompok masyarakat kulit putih atau ropa yaitu Afrikaner dan Inggris.
Sebagian besar warga afrikaner menjadi petani.
Penduduk kulit berwarna (berdarah
campuran afrika dan bangsa lain) mencapai 10%. Kelompok ini kbanyakan tinggal
di kawasan Tanjung mreka adalah keturunan budak Afrika dan melayu. Mayoritas kelompok
masyarakat kulit berwrna ini berbahasa afrikan dan menganut Gereja Reformasi
Belanda.
Sekitar 3 % adalah kelompok
masyarakat asia, kelompok masyarakat ini sebagian besar tinggal di propinsi
Natal. Terdiri atas orang india, meskipun ada sekelompok kecil orang Cina.
Orang India pertama masuk ke Afrika Selatan pada akhir tahun 1800-an sebagai
buruh kontrakan di perkebunan tebu. Kelompok masyarakat ini sebagian bsar kini
tinggal di kota besar dan menjalankan usaha kecil-kecilan.
2.
Potensi
Income Negara
Afrika Selatan adalah sebuah negara maju dengan penduduk yang
berpendapatan sederhana. Negara ini kaya dengan bahan tambang terutamanya bahan
tambang bernilai tinggi seperti emas, platinum dan berlian. Ia juga mempunyai
sistem keuangan, perundangan, telekomunikasi, energi, infrastruktur yang maju dan modern. Bursa sahamnya di Johannesburg begitu aktif hingga pernah berada di urutan ke-10 terbesar di
dunia.
Sejak kedatangan Inggris di sana, ekonomi negara bergantung kepada sektor pertambangan. Tetapi beberapa dasawarsa yang lalu, kegiatan tersebut telah
digantikan oleh sektor produksi. Sektor industri Afrika Selatan yang sangat maju, dan merupakan
ekonomi ke-25 terbesar di dunia. Dengan hanya 7% penduduk dan 4% jumlah kawasan
keseluruhan Afrika, Afrika Selatan mengeluarkan lebih sepertiga produk dan jasa di Afrika, dan hampir 40 % pengeluaran industri di Afrika.
Bahan komoditas yang diekspor: alat-alat mesin, makanan dan peralatan, bahan kimia, produk petroliam dan peralatan ilmiah.[7]
C.
Filsafat Pendidikan yang Dijadikan Dasar Pengembangan Pendidikan
Di
Afrika Selatan, masa persekolahan adalah selama 13 tahun atau tingkat. Namun,
tahun pertama pendidikan atau tingkat 0 dan tiga tahun terakhir yaitu dari
tingkat 10 hingga tingkat 12 (juga dipanggil "matric") tidak
diwajibkan. Kebanyakan sekolah dasar menawarkan tingkat 0. Tetapi tingkat ini
dapat juga dibuat di TK. Lazimnya untuk memasuki universitas, seseorang
wajib lulus "matric" dengan minimum tiga mata pelajaran tingkat
tinggi dan bukan sekadar lulus (standar). Malah beberapa universitas prestisius
akan mengenakan syarat akademik yang lebih tinggi. Walaupun begitu, mereka yang
lulus "National Senior Certificate" layak untuk belajar di "technikon" atau kampus teknikal.[8]
D.
Kebijakan Stategis Di Bidang Pendidikan
Afrika
Selatan juga mempunyai suatu sistem pendidikan tinggi yang maju, yang
juga dipisahkan mengikut ras sewaktu era apartheid. Pada 1995 terdapat 385.000
pelajar yang belajar di 21 universitas dan 190.000 pelajar di "technikon" (institut teknikal atau vokasional). Hampir 37 persen adalah
dari golongan kulit putih. Tetapi sejak 1994, penyertaan pelajar kulit hitam di
universitas-universitas yang dikhususkan untuk pelajar kulit putih telah
bertambah secara mendadak.[9]
Biaya
belajar di Afrika Selatan relatif mudah, terutama untuk kebutuhan pokok karena
semua sudah disubsidi oleh pemerintah. Biaya kuliah satu semester bagi
perguruan tinggi negeri sekitar 200-400 dolar AS, sedangkan untuk swasta
1.000-2.500 dolar AS.
Biaya
akomodasi pelajar sangat beragam, dari 100 - 1.000 dolar AS per bulan. Untuk
tarif 100-200 dolar AS per bulan sudah cukup memadai. Fasilitas yang diperoleh
antara lain satu kamar tidur dengan kamar mandi di dalam, juga dapur.
Fasilitas
pelajar juga sangat diutamakan. Bahkan, pelajar di sini banyak mendapat
kemudahan berupa pemotongan harga 20-70 persen untuk mengunjungi tempat-tempat
rekreasi seperti bioskop, museum, teater, perpustakaan, bahkan untuk membeli
buku dan peralatan belajar lainnya. (Gunarso, dari Johannesburg-21).
Pada 2004,
Afrika Selatan mempunyai 366.000 guru dan
hampir 28.000 sekolah-sekolah termasuk 390 sekolah
khusus dan 1.000 sekolah swasta. Dari jumlah
ini, 6.000 adalah sekolah tinggi (tingkat 7 hingga tingkat 12) dan selebihnya
adalah sekolah dasar (tingkat 1 hingga tingkat 6).[10]
E.
Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan Tenaga Kependidikan
Penstrukturan
sistem pendidikan selepas era-apartheid merupakan tantangan yang besar bagi
pemerintahan negara ini. Pemerintahan baru telah membentuk suatu sistem
pendidikan nasional tanpa diskriminasi kaum tetapi menggabungkan 14
kementerian pendidikan merupakan tugas yang sukar. Oleh karena itu pada
Februari 1996, Kementerian Pendidikan telah meluncurkan suatu
kurikulum baru yang dinamakan “Curriculum 2005″.
Kurikulum
2005 ini pun beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2007 mengalami revisi yang
disebut Revised National Curriculum Statement (RNCS). Kurikulum
2005 (Afika Selatan) mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah
Afrika Selatan dalam Websitenya sebagai berikut : The
National Curriculum Statement (NCS) aims to develop the full potential of all
learners as citizens of a democtaric South Africa. It seeks to create a
lifelong learner who is confident and independent: literate, numerate and
mutiskilled; and compassionate, with respect for the invirenment and the
ability to participate in society as a ctritical and active citizen.
Kurikulum
nasional bertujuan untuk mengembangkan semua potensi peserta didik sebagai
warga negara Afrika Selatan yang demokrasi. Kurikulum ini mencari dan
menciptakan suatu peserta didik sepanjang hayat yang percaya diri dan mandiri
yaitu melek huruf, melek angka, dan kecakapan majemuk serta keprihatinan,
dengan tanggap terhadap lingkungan dan kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan
sosial sebagai warga negara yang aktif dan kritis). Sedangkan kurikulum
hasil revisi (The Revised National Curriculum Statement)
mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Social
tranformation (transformasi
sosial)
2.
Outcomes
based education (pendidikan
berbasis lulusan)
3.
High
knowledge and high skills (pengetahuan
dan keterampilan yang tinggi)
4.
Intergration
and applied competence (kompetensi
yang dapat diterapkan dan terintegrasi
5.
Progression (meningkat atau maju)
6.
Articulation
and portability
(berkesinambungan)
7.
Human
right, inclusivity,environmental and social justice (hak asasi manusia, menyeluruh, lingkungan, dan keadilan sosial)
8.
Valuing
indigenous knowledge systems (penilaian
sistem pengetahuan murni)
9.
Credibility, quality and effisiency (dapat dipercaya, berkualitas dan tepat waktu)
Kurikulum
ini yang akan menggantikan dasar pendidikan berdasarkan apartheid, akan memberi
tumpuan kepada hasilnya yaitu pelajar akan menjadi lebih proaktif dalam lingkungan
di sekitarnya dan juga di dalam masyarakat. Untuk mencapai obyektif ini, pada
1999 pemerintahan telah menyediakan 5,7 persen anggaran belanja untuk
sektor pendidikan termasuk membangun 2.000 sekolah-sekolah baru, 65.000 ruang
kelas yang baru dan beralatan lengkap, 60.000 guru-guru yang terlatih dan 50
juta buku teks yang dicetak. [11]
F.
Sistem Penjenjangan Pendidikan yang Dikembangkan
Di
bawah sistem apartheid, sistem pendidikannya dirangka berdasarkan warna kulit
yaitu kementerian yang berbeda untuk pelajar kulit putih, berwarna, Asia, dan
kaum kulit hitam di luar bantustan. Pengasingan ini telah menghasilkan 14
kementerian pendidikan yang berbeda di negara ini. Pendidikan pada masa
apartheid diskriminasi tampak pula dalam perbedaan jumlah rasio guru dengan
siswa. Rasio guru dan siswa sekolah rendah setiap etnis berbeda. Setelah
adanya pemimpin Nelson Mandela pendidikan di Afrika Selatan mengalami kemajuan.
Afrika
Selatan mempunyai banyak sekolah, perguruan tinggi, dan universitas. Namun,
berdasarkan politik aparthied, disana diterapkan suatu sistem pendidikan
terpisah bagi masing-masing kelompok rasial. Pendidikan tidak dipungut biaya
sampai sekolah menengah tingkat atas bagi kulit putih dan kulit berwarna. Wajib
belajar dikenakan terhadap anak kulit putih antara umur 7-16 tahun, sedangkan
untuk kulit berwarna antara umur 7-14 tahun. Wajib belajar baru dikenakan
terhadap anak kulit hitam pada tanggal 1 januari 1981. Afrika Selatan mempunyai
banyak universitas yang menampung para mahasiswa kulit putih, kulit hitam, atau
kulit berwarna. Salah satu diantaranya menyajikan kursus tertulis bagi semua
kelompok ras.[12]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Republik
Afrika Selatan adalah negara demokrasi dengan konstitusi sementara yang
disahkan pada 1993. Afrika
Selatan mempunyai penduduk yang bineka. Lebih dari 68% penduduk adalah orang
Afrika. Afrika merupakan negara pelangi yang kaya akan ras dan suku bangsanya.
Dulu Afrika Selatan selama masih dalam
pimpinan pilitik Apartheid mengalami diskriminasi dan kecaman yang luar biasa
terhadap penduduk mayoritas kulit hitam, tetapi setelah Nelson Mandela menjadi
pemimpin pada tahun 1994, Afrika Selatan berubah meningkat dan makmur.
Politik apartheid yang saat itu menguasai
segala bidang sedikit demi sedikit diubah oleh pemerintahan yang baru, seperti
halnya pada bidang pendidikan. Dalam pendidikan kurikulum apartheid diubah
menjadi kurikulum 2005.
DAFTAR
PUSTAKA
Gayo, Iwan. 1989. Buku Pintar. Jakarta: Iwan Gayo
Associates.
Fitiani, Aswita
Ratih dkk. 2010. Ensiklopedia
Pemerintahan dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Lentera Abadi.
International , Grolie.2007. Negara dan Bangsa. Jakarta: PT Widyadara.
http://www.slideshare.net/FMeidina/sistem-pemerintahan-afrika-selatan
(Diakses tanggal 18 Mei 2015)
http://www.Benua-Afrika-Keadaan-Alam,Penduduk&Daftar-Negara-Zona-Siswa.html
(Diakses tanggal 18 Mei 2015)
http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika-Selatan
(Diakses tanggal 19 Mei 2015)
http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika-Selatan.html
(Diakses tanggal 18 Mei 2015)
http://hanriansyahjaya.blogspot.com/2013/04/perbandingan-pendidikan-kejuruan-di.html (Diakses 21 Mei 2015)
http://www.m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2010/07/02/115297.html
(Diakses 19 Mei 2015)
http://www.Analisis-Kurikulum-diAfrika-Selatan-dan-Indonesia-Herawati-Suryanegara.html (Diakses tanggal 18 Mei 2015)
[1] Grolier International,
Negara dan Bangsa ( Jakarta: PT Widyadara, 2007), hlm. 170.
[2]
http://www.slideshare.net/FMeidina/sistem-pemerintahan-afrika-selatan (Diakses
tanggal 18 Mei 2015)
[3]
Iwan Gayo, Buku Pintar (Jakarta: Iwan Gayo
Associates, 1989), hlm. 413.
[4]
Aswita Ratih
Fitiani, dkk, Ensiklopedia Pemerintahan
dan Kewarganegaraan (Jakarta: PT.
Lentera Abadi, 2010), hlm, 99.
[5]
http://www.Benua-Afrika-Keadaan-Alam,Penduduk&Daftar-Negara-Zona-Siswa.html (Diakses
tanggal 18 Mei 2015)
[8] Ibid.,
[9]http://hanriansyahjaya.blogspot.com/2013/04/perbandingan-pendidikan-kejuruan-di.html (Diakses 21 Mei 2015)
[11]http://www.Analisis-Kurikulum-diAfrika-Selatan-dan-Indonesia-Herawati-Suryanegara.html (Diakses tanggal 18 Mei 2015)
[12] Grolier
International. Negara dan Bangsa. hlm, 165-166.
Post a Comment