Untuk
anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan
klik link dibawah ini!.
Download makalah Psikologi Pendidikan Hereditas dan Lingkungan
Download Makalah Lain :
Analisis Terhadap Psikologi Agama
Pengaruh Psikologi Agama Terhadap Perilaku Peserta Didik
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Power Point
Makalah Psikologi Pendidikan (Hereditas dan Lingkungan)
BAB I
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna jika dibanding
makhluk-makhluk lainnya. Manusia memiliki potensi yang sangat besar. Dengan
potensi yang dimilikinya, manusia dapat berkembang dan mengalami banyak
perubahan dalam hidupnya baik secara fisik ataupun psikologi.
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama. Tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. saling memiliki hubungan yang saling
terkait keduanya dapat dipisahkan, tetapi tidak
dapat berdiri sendiri. Objek psikologi adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Pengertian
perkembangan menunjukkan pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak
begitu saja dapat diulang kembali.
Setiap individu di lahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Ini
berarti bahwa karakteristak individu di peroleh melalui pewarisan dari pihak
orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti struktur tubuh,
warna kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti
emosi, kecerdasan dan bakat).
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan
memiliki potensi untuk berkembang. Sedangkan lingkungan merupakan sesuatu yang
berada pada luar diri manusia yang meliputi fisik, psikis, sosial dan religius.
Maka Hereditas dan lingkungan merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan dari diri manusia. Keduanya memiliki pengaruh yang sama penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan pada diri setiap manusia.Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas
perkembanganya, bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai makna hereditas dan
lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Hereditas
Merupakan
suatu proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari satu generasi ke
generasi lain dengan perantara plasma benih[1]
atau suatu karakteristik yang ada pada setiap individu yang diperoleh
melalui pewarisan atau pemindahan dari cairan – cairan “germinal” dari pihak
orang tuanya, yang mana hal ini memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
Hereditas atau keturunan yang dibawa anak sejak dari kandungan
sebagian berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan
moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya) hal ini sesuai dengan hukum Mendel.[2]
Ada beberapa warisan (keturunan atau pembawaan) yang dibawa oleh anak dari
orang tuanya maupun dari nenek kakeknya, diantaranya seperti:[3]
a.
Bentuk
tubuh dan warna kulit
Misalnya
seorang anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, dan memiliki
warna kulit hitam seperti ayahnya.
b.
Sifat
– sifat
Misalnya
seorang anak yang memiliki sifat rajin, hemat, ramah seperti sifat dari ibunya.
Sifat – sifat tersebut dibawa anak sejak lahir.
Sedangkan
untuk dapat mengetahui sifat anak disekolah secara tepat dapat dilakukan dengan
melakukan tes kepribadian, serta informasi yang diperoleh dari orang tuanya
mengenai sifat dari anaknya. Dengan mengetahui sifat yang dimiliki anak secara
mendalam, akan membantu guru untuk mendidiknya.
c.
Intelegensi
Merupakan
kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu
situasi atau masalah. Kemampuan ini dapat diketahui melalui tes intelegensi.
d.
Bakat
Merupakan
kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis yang dimiliki
seseorang. Misalnya kemampuan dalam bidang seni, musik, matematika, suara,
agama, dll. Bakat ini biasanya berasal dari orang tuanya, atau nenek kakeknya.
Kemampuan ini dapat dipupuk dan dikembangkan dengan latihan – latihan dan
didukung dengan dana yang memadai.
Disekolah,
guru dapat mengetahui bakat yang dimiliki siswanya melalui nilai raportnya
maupun tingkah laku didalam kelasnya. Misalnya si anak ketika pelajaran
matematika selalu mendapat nilai 10, bisa jadi si anak memiliki bakat dalam
bidang matematika.
e.
Cacat
tubuh atau penyakit
Beberapa jenis
penyakit ada yang berasal dari keturunan orang tuanya, misalnya anak memiliki
penyakit saraf, bisa jadi dari pihak orang tua baik ibu maupun ayahnya ada yang
memiliki penyakit saraf.
Ada beberapa hukum mengenai hereditas yang kita kenal yaitu hukum
Reproduksi, hukum Konfermites, hukum Variasi, dan hukum Regresi Fisial. Namun
keempat hukum ini tidak akan kami bahas secara mendetail. Kami hanya membahas
mengenai arti dari setiap hukum tersebut dalam dunia pendidikan, diantaranya:
a.
Sifat
dasar yang terdapat pada anak hanya dapat dikembangkan sampai batas pada umur
tertentu saja sesuai dengan kodratnya. Disini pendidikanlah yang dapt memperlakukan
anak didik diluar batas umum.
b.
Hukum
variasi menyarankan bahwa sekolah – sekolah perlu memberi alat – alat
perlengkapan yang beraneka warna, sehingga dapat memenuhi perkembangan –
perkembangan yang berbeda – beda sifatnya.
c.
Hukum
Heriditet mengandung implikasi juga bahwa guru dalam menilai anak didik
hendaknya atas kesangggupan anak itu sendiri, bukan atas dasar prestasi yang telah dicapai oleh orang
tuanya.
A.
Proses hereditas dalam Pertumbuhan
Dasar perbedaan individual itu disebabkan karena kombinasi-
kombinasi “genes” yang mengakibatkan perubahan- perubahan sifat pada “genes”.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari proses hereditas adalah sebagai
berikut:[4]
a.
Sifat-sifat
pribadi manusia pada umumnya tergantung pada pengaruh kombinasi- kombinasi
“genes”.
b.
Sel-sel
benih dari masing-masing orang tua berisikan bermacam-macam kombinasi “gense”
sebagai akibat dari adanya pembiakan sel-sel.
c.
Sel-sel
dari ayah dan ibu bertemu dan berinteraksi menghasilkan organisme baru yang
membentuk berbagai macam kombinasi.
2.
Pengertian Lingkungan
Merupakan sesuatu yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi
perkembangannya yang mana bisa bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial –
kultural. Ada tiga lingkungan yang akan dilalui anak diantara lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta
jasmani dan rohani.[5]
A.
Lingkungan
Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama, sebagai
pengembangan watak bagi anak dalam mengikuti perkembangan Pendidikan
selanjutnya.[6]
Hal ini dimulai sejak anak lahir ke dunia dari kandungan ibunya, dan berhenti
apabila sang anak meninggalkan keluarga asal untuk mendirikan keluarga.
Lingkungan keluarga ini merupakan lingkungan yang pertama dan utama
bagi anak untuk memperoleh pendidikan terutama pendidikan akhlak yang akan
membentuk karakter pribadinya. Maka semampu mungkin lingkungan keluarga ini
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan penuh kasih sayang.
Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan
tempat yang sebaik – baiknya untuk melakukan pendidikan, baik pendidikan
individual maupun pendidikan sosial.[7]
Selain itu, dalam lingkungan ini setiap anggota keluarga memiliki
peran tertentu sesuai kedudukannya. Tanggung jawab keluarga atas pendidikan
anggota keluarganya sangat urgen. Ada beberapa dasar tanggung jawab keluarga
yang perlu diperhatikan, diantaranya:[8]
a.
Dorongan
atau motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak.
b.
Dorongan
atau motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orangtua terhadap
keturunannya.
c.
Tanggung
jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi
bagian dari masyarakat, bangsa, dan negaranya, bahkan kemanusiaan.
d.
Memelihara
dan membesarkan anak.
e.
Membahagiakan
anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup
muslim.
Selain itu keluarga juga memperhatikan dasar – dasar pendidikan
yang harus diberikan anak agar kemampuan anak mampu berkembang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Diantaranya:
a.
Dasar
pendidikan budi pekerti
b.
Dasar
pendidikan sosial
c.
Dasar
pendidikan intelek
d.
Dasar
pembentukan kebiasaan
e.
Dasar
pendidikan kekeluargaan
f.
Dasar
pendidikan nasionalisme
g.
Dasar
pendidikan agama
Menurut
Baumrind ada empat bentuk gaya pengasuhan atau parenting pada keluarga, yaitu:[9]
1. Authoritarian
parenting
gaya asuh yang membatasi dan menghukum dimana hanya ada sedikit
percakapan antara orang tua dan anak. Akibatnya anak cenderung cemas menghadapi
situasi sosial, tidak bisa membuat inisiatif untuk beraktivitas dan keahlian
komunikasinya buruk.
2. Authoritative
parenting
gaya asuh positif yang mendorong anak untuk independen tapi masih
membatasi dan mengontrol tindakan mereka, percakapan ekstensif diizinkan.
Hasilnya anak menjadi cenderung mandiri, tidak cepat puas, gaul, dan
memperlihatkan harga diri yang tinggi.
3. Neglectful
parenting
gaya asuh dimana orang tua tidak peduli atau orang tua hanya
sedikit memberi waktu dengan anank-anaknya. Hasilnya anak menjadi kurang bisa
mengontrol diri, tidak mandiri, tidak termotivasi untuk berprestasi.
4. Indulgent
parenting
gaya asuh dimana orag tua terlibat
aktif tetapi hanya sedikit memberi batasan atau kekangan pada perilaku anak.
Hasilnya anak tidak belajar untuk mengontrol diri.
B.
Lingkungan
Sekolah
Sekolah adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi,
metode, alat – alatnya, disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan[10].
Sekolah juga merupakan satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama untuk kecerdasanya.[11]
Setelah anak mulai tumbuh dan berkembang, lingkungan yang dilalui
anak semakin luas, anak sudah tidak hanya berada di lingkungan keluarga saja.
Anak mulai dikenalkan dengan yang namanya sekolah, karena keluarga merasa anak
perlu pengetahuan serta pengalaman yang lebih luas lagi sesuai perkembangannya.
Dimana sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sengaja didirikan
khusus untuk tempat pendidikan, maka sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua
setelah keluarga, yang mana guru sebagai pendidiknya. Guru sangat berperan
dalam membantu perkembangan anak didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Namun guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pengajar,
pembimbing, pengarah, pelatih dan penilai.
Dalam lingkungan ini terdapat serangkaian kegiatan yang
memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku seseorang
dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang selaras, seimbang dan
bersama – sama turut serta meningkatkan kesejahteraan sosial.[12]
Di sekolah anak menghabiskan banyak waktu sebagai anggota dari
masyarakat kecil yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial, emosional mereka.
Konteks sekolah bervariasi sejak masa kanak – kanakawal, sekolah dasar hingga
remaja.
1.
Pendidikan
masa kanak-kanak awal
Setiap anak adalah individu yang unik dan semua anak punya
kekuatan, kebutuhan, dan minat masing-masing. Selain itu, anank-anak juga
merupakan pembelajar aktif dan harus didorong untuk mengkontruksi pemahaman
dunia di sekitarnya.
Ada banyak variasi cara mendidik anak. Namun para pakar telah
sepakat agar pendidikan anak disesuaikan dengan perkembangannya. Perkembangan
seorang anak dapat dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang beragam.
Anak akan berkembang jika anak diberi kesempatan untuk mempraktikkan keahlian
baru yang ia miliki dan anak juga akan berkembang dengan amat baik dalam
konteks komunitas dimana mereka aman dan dihargai, kebutuhan fisiknya terpenuhi
dan mereka merasa aman secara psikologis.
2.
Transisi
ke sekolah dasar
Seorang anak menjalani transisi ke sekolah dasar, mereka
berinteraksi dan mengembangkan hubungan dengan anak baru. Sekolah memberikan
mereka banyak sumber ide untuk membentuk pemehaman tentang diri mereka.
Keprihatinan khusus tentang kelas sekolah dasar adalah bahwa mereka
tidak dilakukan dengan terutama berdasarkan umpan balik negatif.
3.
Transisi
ke SMP atau SMA
Transisi ini dapat berjalan sukses sebab berbarengan dengan banyak
perubahan perkembangan lainnya. Pada masa ini anak mulai mengalami masa puber
dan makin memperhatikan bentuk tubuh mereka. Perubahan hormonal di msa puber
memicu minat terhadap lawan jenis. Anak akan merasa lebih independen dari orang
tua dan ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan kawn-kawannya.
Saat murid mulai naik dari SD ke SMP atau dari SMP ke SMA, mereka
mengalami apa yang dikenal sebagai top-dog phenomenon. Dalam masa ini
apabila orang tua memperhatikan perkembangan anak remaja mereka dan mendukung
otonomi mereka dalam mengambil keputusan, maka si anak akan lebih baik dalam
menyesuaikan diri selama transisi ini.[13]
C.
Lingkungan
Masyarakat
Pada hakikatnya
masyarakat merupakan kumpulan dari beberapa keluarga yang antara satu dan
lainya terikat oleh tata nilai atau aturan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis.[14]
Dimana
lingkungan ini sebagai tempat pengaplikasian pengetahuan, ketrampilan, serta
pengalaman yang telah diperoleh dari pendidikan keluarga dan sekolah.
Perbedaan
tempat tinggal anak akan maempengaruhi perkembangan jiwanya. Misal anak yang
tinggal dalam masyarakt perkotaan cenderung akan lebih mudah perkembang
dibandingkan anak yang tinggal dalam masyarakat pedesaan. Perbedaan sikap dan
pola pikir ini karena akibat dari pengaruh lingkungan masyarakat yang berbeda
di kota dan desa.
BAB III
PENUTUP
Hereditas dan Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi
perkembangan fisik dan psikis manusia, salah satunya dalam hal pendidikan.
Hereditas merupakan proses penurunan atau pemindahan ciri- ciri khas dari
generasi ke generasi berikutnya dengan perantaraan plasma benih, pewarisan ini
terjadi melalui proses genetis. Sedangkan lingkungan berasal dari luar diri
manusia.
Hereditas lebih banyak mempengaruhi fisik seseorang dari pada
psikisnya, Sedangkan faktor lingkungan lebih dominan pada psikis seseorang.
Jadi kedua sama- sama berpengaruh pada perkembangan manusia, terutama dalam
pendidikan dan sosial,sehingga keduanya harus seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. 2001. Psikologi Pendidikan. Cet ke – 2. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Kadir, Abdul. 2012. Dasar – dasar Pendidikan. Cet ke – 1. Jakarta:
Kencana.
Nata, Abuddinata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana.
Sadulloh,
Uyoh dkk. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Cet ke – 1. Bandung: CV
Alfabeta.
Santrok,
John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Cet ke – 2. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Witherington, H.C.
1991. Psikologi Pendidikan. Trj, M. Bukhori. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
[1]H.C Witherington, Psikologi
Pendidikan, terjemahan M. Bukhori, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1991), h. 46.
[2]Dalyono,
Psikologi Pendidikan, Cet ke – 2, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), h.
121.
[4]Wasty
Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), H. 89
– 90.
[6]Uyoh
Sadulloh dkk, Pedagogik (Ilmu Mendidik), Cet ke – 1, (Bandung: CV
Alfabeta, 2010), h. 196.
[8]Abdul
Kadir, Dasar – dasar Pendidikan, Cet ke – 1, (Jakarta: Kencana, 2012),
h. 162.
[9]John
W. Santrok, Psikologi Pendidikan, Cet ke – 2, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h.91 – 92.
[11]Dalyono,
Op Cite, h. 131.
[12]Abdul
Kadir,Op Cite, h. 197.
[13]John
W. Santrok, Ibid, h.103 – 108.
[14]Abuddinata
Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana 2010), hlm. 301
Post a Comment