Untuk anda yang ingin mendownload filenya berbentuk (.docx)
Silahkan klik link di bawah ini!.
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam lingkaran
pendidikan, biasanya dikatakan bahwa tidak seorang pun yang memperhatikan
manajemen kelas (class room) yang baik, kecuali kelas telah menjadi
ruwet dan tidak terkendali. Padahal dengan memanajemen kelas yang efektif akan
memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi murid.
Secara historis, dalam
memanajemen kelas, guru dianggap sebagai pengatur dalam proses pembelajaran.
Guru juga dianggap sebagai pemandu, kordinator, dan fasilitator. Ketika kelas
dikelola secara efektif, kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam
pembelajaran. Dan sebaliknya, ketika kelas dikelola dengan buruk maka kelas
akan menjadi kacau dan tidak menarik lagi sebagai tempat untuk belajar. Akan
tetapi, di dalam memanajemen kelas yang baik terkadang di aplikasikan secara
berbeda-beda baik di sekolah dasar maupun menengah diikarenakan perbedaan
strukturnya. Di SD, guru harus menghadapi 20 sampai 25 murid selama seharian.
Sedangkan di SMP dan SMA, guru harus menghadapi lima atau enam kelompok yang
terdiri dari 20 sampai 25 murid selama 50 menit sehari. Dibandingkan dengan
sekolah menengah, murid SD menghabiskan lebih banyak waktu dengan murid yang
sama di kelas, dan berinteraksi dengan orang yang sama seharian sehingga bisa
menimbulkan kebosanan dan problem lain. Akan tetepi dangan 100 sampai 150
murid, guru di sekolah menengah lebih banyak menghadapi problem dibandingkan
dengan guru SD. Juga, karena guru sekolah menengah menghabiskan lebih sedikit
waktu dengan murid di kelas, akan lebih sulit bagi mereka untuk membangun
hubungan personal dengan murid. Dan guru sekolah menengah harus bergerak cepat
dan manajemen waktu dengan efektif, karena periode kelasnya pendek.
Dibanding di SD,
problem sekolah menengah dapat lebih lama dan dalam, dan karena itu lebih sulit
untuk di modifikasi. Juga, problem disiplin sekolah menengah biasanya lebih
berat, murid lebih mungkin membangkang pada aturan dan bahkan bertindak
berbahaya. Karena kebanyakan murid sekolah menengah punya keterampilan
penalaran yang lebih maju dari pada murid SD, mereka munkin menginginkan
penjelasan yang lebih logis dan masuk akal tentang aturan dan kedisiplinan yang
diberlakukan. Selanjutnya pembahasan pada makalah kami yang akan
kami bahas yaitu mengenai pengelolaan kelas yang efektif. Pengelolaan kelas
yang efektif meliputi: mendesain lingkungan fisik kelas, Menciptakan lingkungan
yang positif, serta menjadi komunikator yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Pengelolaan kelas
meliputi dua hal yaitu:
1. Pengelolaan yang menyangkut siswa.
Pengelolaan kelas
sering disebut juga dengan (classroom manajemen). Pengelolaan kelas ini meliputi
strategi yang digunakan guru untuk menciptakan ruang kelas yang positif dan
produktif. Di dalam pengelolaan kelas yang efektif ini tidak hanya meliputi
mencegah dan menanggapi perilaku yang buruk saja, tetapi juga yang lebih
penting yaitu bagaimana cara memanajemen kelas yang baik yang dapat
memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi murid.[2]
Para pakar dalam
bidang memanajemen kelas melaporkan bahwa dalam mengelola kelas terdapat
perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan
lama lebih menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengatur
tindak tanduk murid. Sedangkan pandangan yang baru lebih mengfokuskan pada
kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri.
Pengelolaan kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada
aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif,
pemikiran, dan konstruksi pengetahuan sosial. Yang terbaru dalam pengelolaan
kelas yaitu lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau
untuk berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada pengaturan eksternal
atas diri murid.
Kelas yang dikelola
dengan baik akan membuat murid sibuk dengan tugas yang telaah di berikan. Kelas
yang dikelola dengan baik juga akan memberikan aktivitas dimana murid menjadi
terserap kedalamnya dan termotifasi untuk belajar dan memahami aturan dan
regulasi yang harus dipatuhi.[3]
Berikut adalah
cara-cara pengelolaan kelas yang efektif yaitu dengan cara mendesain lingkungan
fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang
positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid
untuk bekerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan setrategi
komunikasi yang baik.[4]
1. Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Dalam mendesain
lingkungan fisik kelas, lebih dari sekedar penataan barang yang ada di kelas.
Melainkan bagaimana cara agar kelas menjadi lingkungan yang efektif untuk
pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain
lingkungsn fisik kelas yaitu: prinsip-prinsip penataan kelas, mengatur kelas
serta gaya penataan kelas.
a. Prinsip penataan kelas
Ø Kurangi kepadatan ditempat lalu-lalang. Gangguan dapat terjadi
di tempat yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok,
bangku murid, meja guru dan lokasi penyimpanan pensil, rak buku, komputer dan
likasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin dan pastikan mudah di
akses.
Ø Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas menejemen
yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, kita harus
melihat semua murid. Dan pastikan ada jarak pandng yang jelas dari meja kita,
lokasi intruksional, meja murid, dan semua murid. Jangan sampai ada yang tidak
kelihatan.
Ø Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses. Ini akan
meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan
gangguan aktifitas.
Ø Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan
dimana kita dan murid kita akan berada saat presentasi kelas diadakan. Untuk
aktifitas ini, murid tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya.
Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah
di kursi mereka.
b. Mengatur Kelas
Pengelolaan kelas yang
baik dimulai sebelum hari pertama sekolah. Ketika kita mengatur perabotan di
kelas, putuskanlah dimana meletakkan bahan-bahan dan peralatan mengajar, dan
peralatan dimana siswa akan duduk. Kita harus mempertimbangkan efek yang
mungkin terjadi akibat berbagai pengaturan terhadap perilaku siswa. Ada empat
strategi yang dapat membantu pengelolaan kelas yaitu:
Ø Mengatur perabotan dengan cara-cara yang mendorong interuksi siswa dan
ubahlah kalau malah ternyata kontraproduktif.
Ø Minimalkan kemungkinan distraksi (pengalihan perhatian).
Ø Mengatur kelas sedemikian rupa sehingga kita mudah berinteraksi dengan
siswa.
c. Gaya Penataan Kelas
Dalam memikirkan
bagaimana cara anda mengorganisasikan ruang fisik kelas, kita harus bertanya
kepada diri kita sendiri tipe aktifitas pengajaran apa yang akan diterima murid
(seluruh kelas, kelompok kecil, tugas individual, dan lain-lain). Pertimbangan
penataan fisik yang paling mendukung aktifitas itu antara lain:
Ø Penataan kelas standar
Menunjukkan sejumlah
gaya penataan kelas: auditorium, tatap-muka, off-sett, seminar, dan
klaster.
· Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini
membatasi murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium
seringkali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke
kelas.
· Gaya tatap muka (face-to-face), murid saling menghadap. Dengan gaya
ini maka gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini dari pada
susunan auditorial.
· Gaya off-set, sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak)
duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan
dalam gaya ini lebih sedikit dari pada gaya tatap muka dan dapat efektif untuk
kegiatan pembelajaran kooperatif.
· Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan
berbentuk lingkaran, atau persegi atau bentuk U. Ini paling efektif ketika kita
ingin agar murid berbicara satu sama lain atau bercakap-cakap dengan kita.
· Gaya klaster (clouster), sejumlah murid (biasanya empat samai
delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini paling efektif untuk aktivitas
pembelajaran kolaboratif.[6]
2. Menciptakan Lingkungan Yang Positif
Di dalam suatu
pembelajaran, murid memerlukan lingkungan yang positif untuk belajar. Hal yang
harus diperhatikan yaitu: strategi manajemen kelas umum yang dipergunakan untuk
memberikan lingkungan yang positif, cara efektif membuat dan mempertahankan
aturan, dan strategi positif untuk membuat murid mau bekerja sama.
a. Strategi Umum
Strategi umum mencakup
penggunaan gaya otoritatif dan manajemen aktifitas kelas secara efektif.
Ø Menggunakan Gaya Otoritatif
Gaya manajemen kelas
otoritatif seperti: apabila guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang
cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan
menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas otoritatif
akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang
independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru
yang otoritatif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan
menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.[7]
Ø Mengelola Aktifitas Kelas Secara Efektif
Guru yang efektif
berbeda dengan guru yang tidak efektif bukan dalam cara mereka merespons
perilaku menyimpang murid, tetapi berbeda dalam cara mereka mengelola aktifitas
kelompok secara kompeten. Berikut ini perbedaan antara manajer kelompok kelas
yang efektif dan tidak efektif. Manajer kelas yang efektif yaitu:
· Menunjukkan seberapa jauh mereka “mengikuti”. Kounin menggunakan
istilah “withitnes” untuk mendeskripsikan strategi dimana mereka
senantiasa mengikuti apa yang terjadi. Guru seperti ini akan memonitor murid
secara reguler. Ini akan membuat mereka bisa mendeteksi perilaku yang salah
jauh sebelum perilaku itu lepas kendali. Guru yang tidak “mengikuti”
perkembangan kemunhkinan besar tidak akan melihat perilaku salah itu sebelum
perilaku itu menguat dan menyebar.
· Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif. Kounin mengamati
bahwa beberapa guru tampaknya berpikir sempit, hanya mengenai satu hal dalam
satu waktu . Ini adalah strategi yang tak efektif yang kerap menimbulkan
intrupsi aliran proses belajar di kelas. Misalnya, seorang guru sedang menangani
kelompok membaca dan dia melihat dua anak laki-laki di luar sedang
berkelahi. Dia segera bangkit, mendekati anak yang berkelahi, menegur mereka,
dan kemudian kembali ke kelompok. Akan tetapi, pada saat dia kembali ke
kelompok membaca itu, murid di kelompok membaca itu sudah bosan dan mulai ribut
sendiri. Dan sebaliknya, guru yang efektif akan mampu mengatasi situasi tumpang
tindih ini secara lebih baik. Misalnya, dalam situasi kelompok membaca mereka
dengan cepat merespons pertanyaan murid dari keluar kelompok yang mengajukan
pertanyaan, tetapi dalam merespon itu dia tidak mengubah aliran proses belajar
membaca. Ketika berjalan keliling ruangan dan memeriksa pekerjaan murid,
matanya tetap mengawasi seluruh kelas.
· Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran. Manajer yang
efektif akan menjaga aliran pelajaran tetap lancar, mempertahankan minat murid
dan tidak menjaga agar murid tidak terganggu. Beberapa aktifitas guru yang
tidak efektif yang dapat menganggu aliran pelajaran. Aktifitas itu antara lain
seperti: flip-floopping, meninggalkan aktifitas yang sedang
berjalan dengan alasan yang tidak jelas, dan terlalu lama memaparkan sesuatu
yang sudah dipahami murid.
· Libatkan murid dalam berbagai aktifitas yang menantang. Kounin juga menemukan
bahwa menejer kelas yang efektif melibatkan murid dalam berbagai tantangan
tetapi bukan aktifitas yang terlalu sulit. Murid sering bekerja secara
independen daripada diawasi oleh guru.[8]
b. Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
Agar bisa berjalan
dengan lancar, kelas peerlu punya aturan dan prosedur yang jelas.
Tanpa aturan dan prosedur yang jelas maka akan muncul kesalahpahaman yang bisa
melahirkan kekacauan.
Ø Membedakan Aturan dan Prosedur
Aturan maupun prosedur
adalah pernyataan espektasi tentang perilaku. Aturan yaitu lebih fokus pada
espektasi umum atau spesifik atau standar perilaku. Sedangkan prosedur biasanya
diterapkan untuk aktifitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai tujuan, bukan
untuk melarang perilaku tertentu atau menciptakan standar umum.
Aturan cenderung tidak
berubah karena mengatur dasar-dasar tindakan kita terhadap orang lain, diri
sendiri, dan tugas, seperti menghormati orang tua dan hak milik, dan tidak
mengganggu orang lain. Di lain pihak, mungkin berubah karena rutinitas dan
aktifitas di kelas juga bisa berubah.
Ø Mengajarkan Aturan dan Prosedur
Beberapa guru
melibatkan murid dalam pembuatan aturan. Dengan harapan akan mendorong mereka
untuk lebih bertanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Keterlibatan murid
dalam pembuatan aturan dapat beragam bentuknya, antara lain dengan diskusi
alasan penentuan aturan dan makna dari aturan tersebut. Guru munkin menyuruh
murid untuk mendiskusikan mengapa aturan itu diperlukan dan kemudian menyusun
sejumlah aturan. Dan guru dapat menjelaskan aturan itu dengan mendeskripsikan,
area perilaku umum yang diatur dalam aturan itu.
Ø Membangun Aturan dan Prosedur Kelas
Berikut ini empat prinsip yang harus
diingat saat kita akan menyusun aturan dan prosedur di kelas yaitu:
1. Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan.
2. Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami.
3. Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan
pembelajaran.
4. Aturan kelas harus konsisten dengan aturan sekolah.
Ø Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
Dengan adanya kerja
sama antara guru dengan murid maka diharapkan ketertiban peraturan kelas ini
akan selalu terjaga tanpa harus mengandalkan hukuman. Ada beberapa strategi
dalam mewujudkan kerja sama yang baik dengan murid yaitu:
1. Menjalin hubungan positif dengan murid,
2. Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab, dan
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Secara umum tujuan
pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual didalam kelas.
Fasilitas yang disediakan memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya
suasana sosial yang memberikan kepuasan pada siswa.
Tujuan yang lain
yaitu agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Selain itu
juga dapat membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan
mengurangi aktifitas yang tidak di orientasikan pada tujuan, dan mencegah murid
mengalami problem akademik dan emosional.
Menurut Ahmad, tujuan
pengelolaan kelas adalah:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar-mengajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar.
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakan sosial, ekonomi, budaya,
serta sifat-sifat individu.
C. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas
berdasarkan pendekatannya diklasifikasikan menjadi:
1. Pendekatan Otoriter
Pengelolaan kelas
adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa dengan penerapan
disiplin secara ketat.
2. Pendekatan Permisif
Pengelolaan kelas
adalah upaya yang dilakukan oleh guru dengan memberi kebebasan kepada siswa
untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan.
3. Pendekatan Resep
Pengelolaan kelas
adalah upaya yang dilakukan dengan memberi satu satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harusa dan tidak boleh dukerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah (situasi kelas).
4. Pendekatan Pengajaran
Pengelolaan kelas
adalah upaya merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
5. Pendekatan perubahan-perubahan tingkah laku
Pengelolaan kelas
adalah upaya untuk mengembangkan dan memfalisitasi perubahan perilaku yang
brsifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya
atau memperbaiki perilaku megatife siswa.
6. Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial
Pengelolaan kelas
adalah upaya untuk menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik dan
sehat antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
7. Pendekatan proses kelompok
Pengelolaan kelas
adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan
organisasi kelas yang efektif.
8. Pendekatan pluralistik
Adalah pandangan yang
mencakup tiga pendekatan yaitu pendekatan perubahan tingkah laku, iklim
sosioemosional, dan proses kelompok.
D. Komponen-komponenn keterampilan pengelolaan kelas
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifat prefentif).
Preventif adalah upaya
secini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk mencegah
terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Keterampilan dalam hal ini
berhungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran serta aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan
:
a) Sikap tanggap, perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan
ketidakterlibatan siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru
hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat.
Kesan ini ditunjukkan
dengan cara :
· Memandang secara seksama, bercakap-cakap, bekerja sama, dan
menunjukkan rasa persahabatan.
· Gerak mendekati kelompok kecil atau individusecara wajar menandakan
kesiagaan, minat, dan perhatian guru terhadap tugas serta aktivitas
siswa.
Memberikan pernyataan
dengan tanggapan, komentar, ataupun yang lainnyakepada siswa. Namun
tanpa menunjukkan dominasi guru, seperti member komentar atau
pertanyaan yang mengandung ancaman.
· Memberikan reaksi terhadap gangguan danketkacuhan siswa dengan bentuk teguran
pada saat dan suasana yang yang tepat agarpenyimpangan tingkah laku tidak
meluas.
b) Memberi perhatian mampu menumbuhkan pengelolaan kelas yang efektif
pada beberapa kegiatan yang berlangsung pada waktu yang sama.
Membagiperhatian dapat dibedakan menjadi dua :
· Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan yang
lain dengan kontakpandang terhadap kelompok siswa atau individu.
· Verbal, guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainyaterhadap aktivitas
seorang siswa sementara ia memimpinkegiatan siswa lain.
c) Memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara :
· Memberi tanda untuk menciptakan suasana tenang ketika
akanmemperkenalkan objek, pertanyaan, atau topik
· Menuntut tanggung jawab sisiwa.
d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan singkat dalam pelajaran.
e) Menegur tingkah laku siswa yang mengganggu kelas atau kelompok kelas secara
verbal dengan cara :
· Tegas dab jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta perbuatan
menyimpang.
· Menghindari peringatan yang kasar, menyakitkan atau penghinaan.
· Menghindari ocehan atau ejekan, apalagi berkepanjangan.
f) Memberi penguatan dengan cara :
· Menangkap sisiwa saat melakukan perbuatan mengganggu dan menegurnya.
· Menjadikan siswa yang bertingkah laku wajar sebagai contoh atau
teladan bagi siswa yang mengganggu.
g) Kelancaran atau kemajuan siswa sebagai indicator bahwa siswa dapat
memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas dan jangan
diganggu dengan sesuatu yang bisa membuyarkan konsentrasi anak didi.
Ada sejumlah kesalahan yang harus dihindari, yaitu :
· Campur tangan yang berlebihan ( Teacher Instruction )
· Kelenyapan ( Fade Away )
· Penyimpangan ( Digression )
· Ketidaktepatan berhenti dan memulai kegiatan
· Kecepatan ( Pacing )
· Bertele-tele ( Overdwelling )
· Mengulangi penjelasan yang tidak perlu.
2. Keterampilan yang Berhubungan dengan pengembangan Kondisi Belajar yang
Optimal ( Bersifat Refresif dan Perubahan Tingkah Laku ).
Refresif adalah
kemampuan guru mencari atau menemukan solusi yang tepat untuk
memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan
pembelajaran. Strategi untuk tindak perbaikan terhadap tingkah
laku siswa yang terus-menerus menimbulkan gangguan dan tidak mau
terlibat dalam tugas di kelas, yaitu :
a) Perubahan tingkah laku dengan mengaplikasikan pemberian
penguatan secara sistematis yang didahului dengan menganalisis tingkah
laku siswa tersebut.
b) Pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
· Memperlancar tugas-tugas
· Memelihara kegiatan kelompok.
c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.Terampil dalam mengelola kelas dapat pula diterapkan guru dengan
menggunakan prinsip :
· Kehangatan dan keantusiasan guru.
· Tantangan pada penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar.
· Bervariasi dalam penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi.
· Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya.
· Penekanan pada hal-hal yang positif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kelas yang di kelola
secara efektif, maka kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam
pembelajaran. Dan sebaliknya, ketika kelas dikelola dengan buruk maka kelas
akan menjadi kacau dan tidak menarik lagi sebagai tempat untuk
pembelajaran. Cara-cara pengelolaan kelas yang efektif yaitu dengan
cara:
a. mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal,
b. menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran,
c. membangun dan menegakkan aturan,
d. mengajak murid untuk bekerja sama,
e. mengatasi problem secara efektif, dan
f. menggunakan setrategi komunikasi yang baik.
Memanajemen kelas yang
efektif mempunyai dua tujuan yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak
waktu untuk belajar dan mengurangi aktifitas yang tidak di orientasikan pada
tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali
Salvin E. Robert.
2009. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta: PT
Indeks
Santrock W. John.
2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Omrod Jeanne Ellis.
2008. Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Post a Comment