2 Komentar
Untuk anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan klik link dibawah ini!.
Download Makalah Bimbingan dan Penyuluhan (Pendekatan, Metode, Teknik)

Download Makalah Lain :

Analisis Terhadap Psikologi Agama

Pengaruh Psikologi Agama Terhadap Perilaku Peserta Didik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Power Point

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam proses perjalanan hidup manusia mereka banyak mengalami peristiwa dan situasi yang menimbulkan masalah yang mungkin tidak dapat diatasi. Alternatif yang pada umumnya digunakan untuk menyelesaikan masaalah tersebut adalah dengan membicarakannya dengan keluarga, guru , teman dan ahli agama. Namun tidak semua orang yang yang dijadikan tempat untuk dimintai bantuan tersebut bisa mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang efektif untuk mengatasi masalah individu tersebut. Pada proses konseling , konselor mendengarkan konseli serta bekerja sama dengan konseli untuk menemukan alternatif yang terbaik untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli. Pada proses tersebutlah konselor harus bisa menggunakan pendekatan, metode dan teknik yang tepat terhadap konseli, sehingga bisa tahu akar permasalahan dan dapat menyelesaikan permasalahan si konseli tersebut dengan cepat dan tepat dan tanpa menemui hambatan yang begitu berarti.

Oleh karena itu pemakalah, dalam makalah ini akan berusaha mengemukakan tentang berbagai macam pendekatan, metode dan teknik di dalam Bimbingan Konseling.







BAB II
PEMBAHASAN
A.      Macam-macam Pendekatan Bimbingan Konseling
Ada enam pendekatan yang dapat digunakan untuk merencanakan penganggaran program-program konseling, diantaranya:
1.    Pendekatan Psikoanalisis (Psychoanalysis Therapy)
Pendekatan psikoanalisis merupakan pendekatan yang banyak mempengaruhi timbulnya pendekatan-pendekatan lain dalam konseling. Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam alam ketidaksadaran.
Pendekatan psikoanalisis memiliki ciri-ciri, antara lain: menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari implus-implus ginetik (instink), pengaruh pengalaman dini individu, dan pengaruh irasionalitas dan sumber-sumber ketidak sadaran tingkah laku.
2.    Pendekatan Analisis Transaksional (Transacsional analysis)
Pendekatan analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.
Pendekatan analisis transaksional ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada meningkatkan kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya. [1]
3.     Pendekatan Behavioral
. Konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru, dan manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Selain itu, manusia dipandang sebagai individu yang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.
4.    Pendekatan Realitas (Reality Teherapy)
Ciri yang khas dari pendekatan ini adalah tidak terpaku pada kejadian-kejadian di masa lalu, tetapi lebih mendorong konseli untuk menghadapi realitas.
Layanan konseling ini bertujuan membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya akan mengetahu langkah-langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang akan datang dengan segala konsekuensinya. Bersama-sam konselor konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realitas.
5.    Pendekatan Berpusat pada Manusia (Person-Centered Therapy)
Konseling Person-Centered bertujuan membentuk konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, di mana konselor mendudukkan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat, yaitu menerima konseli apa adanya. Tujuan utama pendekatan ini adalah pencapaian kemandirian dan integrasi diri.[2]
6.    Pendekatan Gestalt (Gestalt Therapy)
Pendekatan gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yanng berlandasan premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan. Tujuan pendekatan ini adalah agar konseli mencapai kesadaran tentang apa yang mereka rasakan dan lakukan serta belajar bertanggung jawab atas perasaan, pikiran dan tindakan sendiri.


B.       Metode Bimbingan dan Penyuluhan
Yang dimaksud metode bimbingan dan konseling di sini adalah cara-cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Implementasi dari cara-cara tertentu biasanya terkait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh pengguna metode. Dalam kaitan ini, secara umum ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu:
1.    Metode Bimbingan Kelompok
Cara ini dilakukan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok, yang bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
a.      Program Home Room
Program ini dilakukan di sekolah dan madrasah (di dalam kelas) diluar jam pelajaran untuk membicarakan  beberapa hal yang dianggap perlu. Program ini dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sekolah atau kelas seperti dirumah.
b.      Karyawisata
Cara ini bisa dilakukan dengan mengunjungi tempat atau objek-objek tertentu,melalui karyawisata para siswa memperoleh kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan memperoleh informasi yang lebih baik tentang objek tertentu..
c.       Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. [3]
d.      Organisasi Siswa
Organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah dapat menjadi salah satu teknik dalam bimbingann kelompok. Melalui organisasi siswa banyak masalah-masaah baik sifatnya individual maupun kelompok dapat dipecahkan.
2.    Metode Bimbingan Individual
Penyuluhan konseling merupakan  salah satu cara pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilaksanakan secara face to face relationship (hubungan langsung muka kemuka, atau hubungan empat mata), antara counselor dengan anak (kasus). Biasanya maslah-masalah yang dipecahkan melalui teknik atau cara ini ialah masalah-masalah yang bersifat pribadi.
Dalam konseling individual hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedabg dirasakan oleh counselle (kasus).
Dan empati artinya berusaha menempatkan diri dalam situasi diri konselor dengan masalah ynag dihadapinya. Denngan sikap ini, konselor akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan dalam konseling.[4]

C.      Teknik–Teknik Bimbingan Konseling
Proses konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehingga konseling bisa berjalan secara efektif dan efisien atau berdaya guna dan berhasil guna. Berikut ini diuraikan bebera teknik dalam konseling.
a.    Teknik Rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat ynag mendalam terhadap klien dan masalahnya.[5]
b.    Perilaku Attending
Attending merupakan upaya konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik harus mengkombinasikan ketiga aspek di atas sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka.
c.    Teknik Structuring
Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya.
d.   Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersama dengan attending. Empati ada dua macam yaitu, empati primer dan empati tingkat tinggi.
e.       Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlukan terhadap klien.
f.       Teknik Eksplorasi
Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini sangat penting dalam konseling karena umumnya klien tidak mau terus terang (tertutup), menyimpan rahasia batin, menutup diri atau tidak mampu mengemukakannya secara terus terang.
g.      Teknik Paraphrasing ( menangkap pesan utama)
Sering klien mengemukakan pikiran, ide, dan perasaan, pengalaman secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahami. Untuk memudahkan klien memahaminya, maka konselor perlu menangkap pesan utama dari apa yang disampaikan oleh konselor sendiri.[6]
h.      Teknik Bertanya
Teknik ini untuk membuka percakapan dengan klien, untuk itu konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada dua macam, bertanya terbuka dan bertanya tertutup. Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan jawabannya, sedangkan pada pertanyaan tertutup telah menggambarkan alternatif jawabannya misalnya jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.
i.      Dorongan Minimal
Dorongan minimal kepada klien, yaitu suatu dorongan  langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien seperti pernyataan oh...,ya...,terus..., lalu...,dan.... Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan.
j.      Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor menguras pikiran, perasaan dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.
k.    Teknik Mengarahkan ( Directing)
Seperti yang telah disebutkan, bahwa proses konseling memerlukan partisipasi secara penuh dari klien. Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses  konseling perlu ada ajakan dan arahan dari konselor.
l.      Teknik Menyimpulkan Sementara ( Summarizing)
Membuat kesimpulan bersama perlu dilakukan agar klien memiliki pemahaman dan kesadaran bahwa keputusan tentang dirinya menjadi tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanya membantu.
m.  Teknik Memimpin
Agar wawancara konseling tidak menyimpang ( pembicaraannya terfokus pada masalah yang dibicarakan), konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai secara efektif dan efisien.
n.    Teknik Fokus
Fokus akan membantu klien untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan.[7]
o.    Teknik Konfrontasi
Teknik dalam konseling dikenal juga dengan “memperhadapkan”. teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Misalnya klien menceritakan hal-hal yang sedih tetapi sambil tertawa dan tersenyum gembira.
p.    Menjernihkan ( Clarififying)
Dalam konseling teknik dilakukan oleh konselor dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, sama-samar, atau agak meragukan.
q.    Memudahkan ( Facilitating)
Facilitatinga adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas.
r.     Diam sebagai Suatu Teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Diam sangat penting pada saat attending. Saat diam yang ideal dalam proses konseling adalah antara 5-10 detik. Tetapi waktu itu tidak harga mati, artinya saat diam bersifat kondisionaldan bisa tergantumg kepada feeling konselor.
s.     Mengambil Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi.
t.     Memberi Nasihat
Dalam konseling penberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila klien memintanya.[8] Meskipun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkanya, apakah pantas atau tidak pemberian nasihat. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat adalah aspek kemandirian dalam konseling.
u.    Pemberian Informasi
Apabila konselor tidak mengetahui suatu informasi,sedangkan klien memintannya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor mengetahuinya, sebagainya diupayakan agar pelayan tetap mengusahakannya sendiri. Misalnya, klien bertanya tentang syarat-syarat masuk sekolah islam unggulan dan terpadu karena konselor tidak mengetahui, secara jujur konselor mengatakannya tidak mengetahui informasi tersebut dan menganjurkan klien mencari sendiri ke sumber informasi, mendatangi sekolah yang bersangkutan.
v.     Merencanakan
Menjelang akhir konseling, konselor harus membantu klien untuk dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan tindakan sesuatu) gunamemecahkan masalah yang dihadapinya.
w.  Menyimpulkan
Konselor membantu klien suatu kesimpulan yang menyangkut hal : pertama, bagaimana keadaan perasaan kliennya saat ini terutama menyangkut kecemasannya akibat masalah yang dihadapinya. Kedua, memantapkan rencana klien. Ketiga, pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikut.
x.    Tekhnik mengakhiri
Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu tekhnik dalam proses konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling dapat dilakukan konselor pertama, mengatakan bahwa waktu sudah habis. kedua, merangkum isi pembicaraan. Ketiga, menunjukan pada pertemuan yang akan datang. Keempat, mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan. Kelima, menunjukkan catatan singkat hasil pembicaraan konseling.[9]


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam Bimbingan dan Penyuluhan memerlukan adanya “Pendekatan, Metode dan Teknik Bimbingan dan Penyuluhan”, agar proses konseling antara konselor dan konseli dapat berjalan dengan lancar.
Di dalam Bimbingan dan Penyuluhan ada beberapa macam pendekatan diantaranya: Pendekatan Psikoanalisis, Pendekatan Analisis Transaksional ,Pendekatan Behavioral, Pendekatan Realitas, Pendekatan Berpusat pada Manusia & Pendekatan Gestalt.
Bimbingan Penyuluhan juga mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah oleh konselor terhadap konseli, yaitu: Metode Bimbingan Kelompok dan Metode Bimbingan Individual.
Selain pendakatan dan metode, di dalam Bimbingan dan Penyuluhan  juga ada tekniknya. Beberapa teknik Bimbingan dan Penyuluhan yaitu: Teknik Rapport, Perilaku Attending, Teknik Structuring, Empati, Refleksi Perasaan, Teknik Eksplorasi, Teknik Paraphrasing ( menangkap pesan utama), Teknik Bertanya, Dorongan Minimal, Interpretasi, Teknik Mengarahkan (Directing), Teknik Menyimpulkan Sementara ( Summarizing), Teknik Memimpin, Teknik Fokus, Teknik Konfrontasi, Menjernihkan ( Clarififying), Memudahkan ( Facilitating), Diam sebagai Suatu Teknik, Mengambil Inisiatif, Memberi Nasihat, Pemberian Informasi, Merencanakan, Menyimpulkan








DAFTAR PUSTAKA

Komalasari,  Gantina dan Eka Wahyudi. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks.
Umar dan Surtono. 2001.  Bimbingan dan penyuluhan. Bandung: CV Pustaka setia.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.
 




[1] Gantina Komalasari dan Eka Wahyudi, Teori dan Teknik Konseling (Jakarta: PT Indeks, 2011), hlm. 55-127.
[2] Ibid.,  hlm. 127-285.
[3] Umar dan Surtono, Bimbingan dan penyuluhan (Bandung: CV Pustaka setia. 2001), hlm. 128-130.
[4] Ibid., hlm. 130-136.
[5] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 326-327.
[6] Ibid., hlm. 327-334.
[7] Ibid., hlm. 334-339.
[8] Ibid., hlm. 339-343.
[9] Ibid, hlm. 343-345.

Post a Comment

 
Top