Untuk Anda yang ingin mendownload filenya lengkap, silahkan klik link dibawah ini!
Download Makalah Lain :
Analisis Terhadap Psikologi Agama
Download
Pengaruh Psikologi Agama Terhadap Perilaku Peserta Didik
Download
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Download
Power Point
Download
BAB I
Analisis Terhadap Psikologi Agama
Download
Pengaruh Psikologi Agama Terhadap Perilaku Peserta Didik
Download
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Download
Power Point
Download
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan
Para Sahabat adalah merupakan Agam Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa
terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor
utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada
zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur
Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat. Hal itu tentunya tidak terlepas dari
para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan
islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi.
Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan
peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat
bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan islam
yang luar biasa pengaruhnya. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan adalah
kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita melupakannya. sehubungan dengan itu
perlu kiranya kita melihat kembali dan mengkaji kembali bagaimana sejarah islam
yang sebenarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KHULAFA’ AR-RASYIDIN
Khulafaur Rasyidin adalah pecahan dari kata “Khulafa” dan “Al-Rasyidin”. Kata
“Khulafa” merupakan bentuk jamak
(plural) dari kata “Khulafah”, kata
ini dalam Bahasa Arap mengandung pengertian : cerdik, pandai dan pengganti.
Sedangkan kata “Al-Rasyidin” merupakan
bentuk jamak (plural) dari kata “Rosyada”
yang dalam Bahasa Arap mengandung pegertian : lurus, benar dan mendapat
petunjuk.
Adapun yang dimaksud dari kata “Khulafaur Rasyidin” di sisni adalah : “ Para pemimpin pengganti
rasulullah dalam urusan kehidupan kaum muslim, yang sangat adil dan bijaksana,
pandai dan cerdik, dan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berjalan pada
jalur yang benar serta senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah”.[1]
Para pemimpin yang dimaksud dengan Khulafaur
Rasyidin terdiri dari empat orang sahabat Rosullullah yang sangat terkenal
yaitu :
1. Abu Bakar As-Shiddiq 11-13 H/632-634 M
2. Umar ibn Al-Khaththab 13-23 H/634-644 M
3. Utsman ibn ‘Affan 23-35 H/644-656 M
4. Ali ibn Abi Thalib 35-40H/656-661 M
Para khalifah tersebut menjalankan pemerintahan dengan
bijaksana, karena dekatnya hubungan pribadi mereka dengan Nabi Muhammad dan
otoritas keagamaan yang mereka miliki. Kekhalifahan awal ini secara politik
didasarkan pada komunitas muslim Arabia dan pada kekuatan kesukuan bangsa Arab
yang berhasil menundukkan imperium Timur Tengah.[2]
B.
WATAK
DAN PRESTASI KHULAFA’ AR-RASYIDIN
1.
Abu
Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/623-634 M)
Dia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin
Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah At Taimi. Pada zaman jahiliah ia dinamai
Abdul Ka’bah, kemudian Rasulullah menemainya Abdullah, dia pun dijuluki Atiq
juga Ash Shidiq karena bergegas membenarkan kerasulan Rasulullah terutama
keesokan hari dari peristiwa Isra. Abu Bakar dilahirkan di Makkah dua tahun
beberapa bulan sesudah tahun gajah. Dia terkenal sebagai seorang yang
berperilaku terpuji, setia dan terkenal sebagai seorang yang pandai menjaga
kehormatan diri.
Rasulullah tidak meninggalkan pesan kepada seseorang
juga dari para sahabatnya tentang siapa yang menjadi pemimpin atau memimpin
kaum Muslimin sepeninggalnya. Hal ini
kemudian terjadi kesibukan tersendiri bagi umat Islam untuk mencari pengganti
yang tepat setelah Rasulullah,ini terutama menimpa kalangan Muhajirin dan
Anshar. Maka bangkitlah Umar menuju Abu Bakar lalu membai’atnya sebagai
khalifah, kemudian kam muhajirin dan kaum Anshar berturut membai’atnya.[3]
Sebagai seorang
kepala negara, Abu Bakar telah melakukan beberapa kebijakan yang dinilai yang
cukup penting. Kebijakan tersebut antara lain:
a.
Keagamaan
Kebijakan Abu Bakar di bidang keagamaan yang paling umum adalah
kebijakan mengumpulkan Al-Quran, yang semula usulan Umar bin Khattab. Kebijakan
lainnya adalah melakukan upaya penyadaran terhadap mereka yang melakukan
penyelewengan terhadap ajaran Nabi Muhammad.
b.
Non-Keagamaan
Abu Bakar juga melakukan kebijakan di bidang non agama. Di antara
kebijakan itu adalah kebijakan bidang ekonomi. Abu Bakar membuat semacam
lembaga keuangan. Kebijakan lain yang bersifat non agama di zaman Abu Bakar
adalah kebijakan pilitik. Abu Bakar juga mengembangkan prinsip-prinsip
demokrasi dalam pengambilan sebuah keputusan dengan membentuk dewan perwakilan.
[4]
2.
Umar
Bin Khathab (13-23 H/634-644 M)
Umar bin khaththab bin Nafil bin Abdul Uzza bin Rabah bermuara di
Ka’b bin bin Luay Al Qurasyi Al Adawi. Sebagian orang Arab, Umar bin Khathab
memiliki nama kunya, Abu Hafs. Kunya ini merupakan pemberian Nabi untuk memuji
sikap tegas dan kekerasannya dalam melaksanakan prinsip keislaman, ciri dari
watak seorang pemimpin sejati. Di samping itu dia adalah orang yang mempunyai
keinginan kuat, rasa keadilan yang keras, kesetiaan yang kukuh dan mempunyai
bakat yang laur biasa untuk menjalankan
pemerintahan.[5]
Dalam rangka menjalankan pemerintahannya Umar bin Khathab melakukan
beberapa hal yang dipandang penting. Kebijakan ini perlu dilakukan dalam upaya
melanjutkan pemerintahan Islam yang sudah kondusif pasca meninggalnya Abu
Bakar. Kebijakan itu antara lain adalah upaya konsolidasi.
Selain melakukan konsolidasi, Umar bin Khathab juga melakukan upaya
untuk mengakomodasi potensi dan bakat administratur pemerintahan. Umar
memandang perlu untuk membangun struktur dan mekanisme pemerintahan yang baru
membutuhkan tenaga-tenaga administratur yang memiliki potensi dan bakat
tertentu. Di samping dua kebijakan di atas, Umar bin Khathab juga membuat
kebijakan untuk melanjutkan ekspansi.[6]
3.
Utsman
Bin Affan (23-36 H/644-656 M)
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah
Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam
karna ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi. Ia sangat
kaya tetapi berlaku sederhana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk
kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki
dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi secara berurutan setelah yang satu
meninggal.
Khalifah Umar membentuk sebuah komisi yang terdiri dari enam orang
calon, dengan perintah memilih salah seorang dari mereka untuk diangkat menjadi
khalifah baru. Mereka ialah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,
Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah ditambahkan kepada komisi
enam itu, tetapi ia hanya mempunyai hak pilih, dan tidak berhak dipilih.
Melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali, sidang Syura akhirnya memberi
mandat kekhalifahan kepada Utsman bin Affan.[7]
Adapun beberapa keberhasilan-keberhasilan pada masa Utsman adalah
sebagai berikut:
1)
Perluasan
wilayah,
2)
Pembukuan
mushaf al-Qur’an. Usaha ini penting dilakukan dalam rangka menjaga Al-Quran
dari perubahan, pemalsuan dan mempersatukan perbedaan bacaan, juga dalam usaha
mempersatukan perbedaan bacaan, juga mmepersatukan umat dengan kesatuan politik
Islam, hingga masing-masing daerah mendapat satu mushaf. Mushaf yang dibukukan
di zaman Utsman inilah kemudian yang terkenal dengan Mushaf Utsmani.
3)
Perluasan
Masjid Nabawi dan Masjid al-Haram. Tradisi renovasi kedua Masjid besar Islam
ini banyak juga dilakukan oleh para penguasa Islam yang lain sehingga sekarang
keduanya menjadi sangat luas.
4)
Membangun
perekonomian, membangun angkatan laut dan pengaturan administrasi negara.[8]
4.
Ali
Bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 M)
Beliau ialah
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib, putra dari paman Rasulullah dan suami
dari putri beliau Fatimah. Ali semenjak kecil sudah dididik dengan adab dan
budi pekerti Islam. Ali terhitung seorang dari tiga tokohtokoh utama yang telah
mengambil pengetahuan, budi pekerti dan kebersihan jiwa dari Rasulullah saw.[9]
Ali banyak menimba ilmu dari Rasulullah, baik mengenai rahasia
ketuhanan maupun segala persoalan kenegaraan secara teoritis dan praktis. Maka
cukup bisa dipahami bila Ali kemudian tumbuh menjadi anak yang pandai dan
cerdas. Hal ini juga dirasakan oleh Nabi, sehingga pada suatu ketika Nabi
pernah berkata: “Hai Ali saudaraku, andai kata aku ini kota pengetahuan,
tentunya kamu menjadi pintu gerbangnya”.[10]
Selama Ali bin Abi Thalib memerintah, ia membuat
kebijakan-kebijakan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
Kebijakan-kebijakan Ali bin Abi Thalib yang terkenal adalah sebagai berikut.
a)
Penundaan
pengusutan pembunuhan Usman, setelah terbunuhnya Usman, tuntutan para sahabat
terutama turunan Umayyah untuk segera mengusut pembunuh Usman juga sangat kuat.
Namun menyadari kondisi pemerintahannya yang masih labil, Ali memilih untuk
menunda pengusutan itu.
b)
Mengganti
pejabat dan penataan administrasi.
Selain kebijakan di atas, Ali bin Abi Thalib juga membuat kebijakan
lain yang penting, yaitu memberi tunjangan kepada kaum muslimin yang di ambil
dari bait al mal, tanpa melihat apakah masuk Islam dahulu atau
belakangan, mengatur tata laksana pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan
umat, dan menjadikan Kufah sebagai ibu kota umat Islam waktu itu.[11]
C.
EKSPANSI
NEGARA ISLAM
1.
Abu
Bakar Assiddiq
Dalam waktu enam bulan, beberapa suku Arab Tengah telah ditaklukkan
seperti suku Tayyi suku Asad, suku Thulayyah dan Bani Hanifah di Yamamah.[12]
2.
Umar
bin Khattab
Sebelum
mengungkap lebih rinci mengenai ekspansi pada masa Umar, ada baiknya terlebih
dahulu membahas sebab-sebab yang melatarbelakangi timbulnya konflik antara
ummat Islam dengan bangsa Persia yang pada akhirnya mendorong ummat islam mengadakan
penaklukan negeri Persia. Benih permusuhan antara ummat Islam dengan bangsa
Persia timbul karena berbagai alasan.
Bahwa bangsa
Persia tidak pernah menaruh rasa hormat
terhadap maksud baik Islam. Alasan ekonomi tidak kalah pentingnya dalam
menyokong keputusan penundukan Persia.[13]
Perluasan
wilayah diawali dengan penaklukkan kota Damaskus di Suriah pada tahun 635 M/ 13
H dibawah pimpinan Panglima Abu Ubaidah bin Jarah. Kemudian seluruh wilayah
Suriah dapat dikuasai setelah kekuasaan Bizantium menyerah akibat kekalahan
dalam pertempuran Yarmurk pada tahun 637 M/16 H dipimpin oleh ‘Amr bin ‘Ash.
Selanjutnya dari wilayah Suriah itu, pasukan Sa’ad bin Abi Waqas melakukan
ekspansi ke wilayah Irak. Kemudian berturut-turut kekuasaan islam mampu
tersebar luasdan daerah-daerah lain bisa ditundukkan pada masa Umar antara lain
Jazirah Arab, Palestina , Syiria, Persia, dan Mesir.
3.
Usman
bin Affan
Perluasan Islam
boleh dikatakan meliputi semua daerah yang telah dicapai balatentara islam di
masa Umar. Di masa Usman, negeri-negeri: Barqah, Tripoli Barat dan bahagian
selatan negeri Nubah, telah masuk dalam wilayah negeri Islam. Kemudian negeri
–negeri Armenia dan beberapa bahagian Thabaristan, bahkan kemajuan tentara
Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria). Jadi daerah “Mawaraan Nahri”
(negeri-negeri seberang sungai Jihun) telah masuk wilayah negara Islam.
Negeri-negeri Baikh (Baktria) Harah, Kabul dan Ghaznah di Turkastan telah
diduduki kaum muslimin.
Salah satu
pertempuran yang terpenting di laut ialah pertempuran “Dzatis Sawar”
(pertempuran tiang kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31 H di Laut
Tengah dekat kota Iskandariah, antara tentara Rumawi di bawah pimpinan Kaisar
Constantine dengan balatentara Islam di bawah pimpinan Abdullah ibnu Abi Sarah,
yang jadi gubernur di Mesir. Pertempuran ini dinamakan “Dzatis Sawar”
(pertempuran tiang kapal) karena banyaknya kapal-kapal perang yang ikut dalam
peperangan ini. Konon kabarnya kapal-kapal perang yang bertempur dalam
peperangan ini adalah 1000, 200 buah kepunyaan kaum muslimin dan selebihnya
kepunyaan bangsa Rumawi. Dalam peperangan ini kaum Muslimin telah berhasil
mengalahkan tentara rumawi.[14]
4.
Ali
bin Abi Thalib
perluasan pada masa khalifah Ali
bin Abi Thalib tidak begitu Nampak.karena pemerintahan Ali selama 4 tahun itu
lebih banyak diarahkan untuk memulihkan keamanan di dalam pemerintahan dan
menghadapi pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Banyak terjadi
pemberontakan dan pemisahan wilayah yang dulunya merupakan wilayah kekuasaan
Islam. berikut wilayah kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib.[15]
D.
PERKEMBANGAN
SENI DAN BUDAYA
Dalam bidang kebudayaan, Khulafaur Rasyidin mempunyai
jasa yang besar. Khulafaur Rasyidin adalah tokoh-tokoh yang memiliki ilmu yang
tinggi, pengalaman yang luas. Pada masa ilmu pengetahuan seperti budaya dan arsitek berkembang dengan baik. Berbagai ilmu pengetahuan Islam
diajarkan kepada pemeluknya dengan melalui para sahabat, tabi’in dan tokoh-tokoh
Islam lainya.
Kesenian umat islam mengalami kemajuan juga pada masa Khulafaur Rasyidin.
Kesenian ini bukan hanya kesenian yang berupa lagu-lagu, akan tetapi yang lebih
penting adalah seni arsitektur (seni bangunan). Banyak sekali dikalangan kaum
muslim yang mempunyai minat untuk mempelajari ilmu seni bagunan ini.[16]
roduk budaya
materi berupa sarana ibadah, masjid, pada masa Khulafaur Rasyidin tidaklah
banyak. Perjuangan utama mereka dalam hal mengamalkan dan menyebarkan ajaran
Islam yang diajarkan Nabi. Masjid-masjid didirikan dalam bentuk yang
fungsional, baru pada khalifah ketiga dan keempat mulai diperkaya dan
dipercantik. Pola yang dianut masih tetap pola awal, yakni pola empat persegi
panjang, berdinding tembok tinggi yang di dalamnya terdapat shaan dan liwan.
Pada masa
khalifah Umar telah ada usaha membangun kembali bangunan Masjidil Haram di
Mekkah, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana dan mengarah ke sifat
fungsional. Selain itu, khalifah Umar juga membangun Masjid Kuffah (637 M) yang
unik. Masjid ini tidak dibatasi dengan (finding tembok batu/tanah liat yang
tinggi, melainkan dibatasi dengan kolam air. Liwan-nya (tempat shalat) bertiang
marmer yang konon berasal dari Kerajaan Parsi.[17]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Khalifah adalah
pemimpin yang diangkat sesudah nabi wafat yang menggantikan beliau melanjutkan
tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Dalam sejarah Islam dikenal ada 4 orang
pengganti nabi pertama para pemimpin yang adil
dan jujur yang biasa disebut “Khulafaur Rasyidin”.
Nama lengkapnya Abu Bakar ialah Abdullah bin Abi
Quhafa at-Tamimi. ia termasuk salah seorang sahabat utama. Karena beliau adalah
orang yang paling awal memeluk Islam. di beri gelar as shidiq oleh nabi karena
ia membenarkan nabi dalam berbagai peristiwa terutama isra dan mi’raj.
Umar bernama lengkap Umar Ibn Khattab Ibn Nuffal
keturunan Abdul Uzza al-Quraisi dari suku Adiy salah satu suku yang terpandang
mulia. Sebelum Abu Bakar meninggal dunia, ia telah menunjuk Umar Bin Khattab
menjadi penerusnya, kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima
masyarakat yang segera membaiat Umar.
Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip
demokratis dalam pemerintahannya. Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia
dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Feros atau Abu Lu’luah.
Nama lengkap Utsman ialah Utsman ibn Affan Ibn Addil as Ibn Umayah dari Puak Quraisy.
Karya besar Utsman lainnya dipersembahkan kepada umat Islam ialah susunan kitab
suci Al-Qur’an.
Ali adalah putra Abi Thalib Ibn Abdul
Mutaib. Ia adalah sepupu nabi saw ia telah masuk Islam dalam waktu yang masih
berada pada umur sangat muda. Khalifah Ali tampil menggantikan Utsman setelah
pembunuhan Utsman, beliau menerima sumpah setia (baiat) dari sejumlah kaum
muslimin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. 2003. Sejarah Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Amin, Samsul Munir. 2010. SEJARAH PERADABAN ISLAM. Jakarta:
AMZAH
Fu’adi, Imam. 2011. SEJARAH PERADABAN ISLAM. Yogyakarta:
Teras
Hasan, Ibrahim Hasan. 2001. Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia
Khoiriyah. 2012. Reorientasi
Wawasan Sejarah Islam Dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinati Islam.
Yogyakarta: Teras
Sodiqin, Ali. Dkk. 2003. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa
Klasik Hingga Modern. Yogyakarta:LESFI
Yahya, Mukhtar.
2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru
http://budaya-indonesia-sekarang.blogspot.com/2010/04/arsitektur-masjid-pada-masa-awal.html.
Diakses pada 15 desember 2013.
http://wong-tiris.blogspot.com/2013/05/khulafaur-rasyidin-dan-perkembangan.html.
diakses pada 14 Desember 2013.
[1] Samsul Munir
Amin, SEJARAH PERADABAN ISLAM, Cet.2, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 93
[2] Ali Sodiqin,
dkk, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Cet.1,
(Yogyakarta:LESFI, 2003), hlm.51
[3] Hasan Ibrahim
Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet.1, (Jakarta: Kalam Mulia,
2001), hlm. 393-395
[4] Samsul Munir
Amin, Op. cit., hlm. 98
[5] Imam Fu’adi, SEJARAH PERADABAN ISLAM,
Cet.1, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 32
[6] Ibid.,
hlm.35-36
[7] Samsul Munir
Amin, Op. cit., hlm. 104
[8] Imam Fu’adi, Op.Cit.,
hlm.53-54
[9] Mukhtar Yahya,
Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003),
hlm. 243-244
[10] Imam Fu’adi, Op.
cit., hlm. 55-57
[11] Ibid.,
hlm. 61-62
[12] Khoiriyah, Reorientasi
Wawasan Sejarah Islam Dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinati islam, (
Yogyakarta: Teras , 2012), hlm. 57.
[13] K. Ali, Sejarah
Islam, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2003), hlm.152-153
[14] Mukhtar Yahya,
op. cit., hlm 232-233
[15]
K. Ali, op. cit.,
hlm. 155
[16] http://wong-tiris.blogspot.com/2013/05/khulafaur-rasyidin-dan-perkembangan.html. diakses pada 14 Desember 2013
[17] http://budaya-indonesia-sekarang.blogspot.com/2010/04/arsitektur-masjid-pada-masa-awal.html.
Diakses pada 15 desember 2013.
Post a Comment