Bagi
anda yang ingin mendowload filenya, silahkan klik link dibawah ini!.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
usahanya untuk mempelajari tingkah laku manusia, psikologi mengunakan bebrapa
metode-metode tersendiri untuk menyelediki terhadap objeknya. Objek psikologi
adalah pengahatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia yang bersifat
kompleks dan selalu berubah. Jiwa bukankalah suatu benda yang mati, tetapi
sesuatu yang hidup dimanis selalu berubah untuk maju menuju kesempurnaaanya.
Oleh karena itu, penggunaan utuk suatu metode yang bagaimana baiknya, pasti
tidak dapat menghasilkan kebenaran ang mutlak, sebab tiap-tiao metode pasti
memili kelemahan di samping kelebihannya.
Seperti
telah dikemukakan di atas metode tertua atau metode yang pertama-tama digunakan
dalam lapangan psikologi ialah spekulasi. Akan tetapi akibat perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan psikologi pada khususnya akhirnya metode ini
ditinggalkan, dan dirintislah metode baru yang didasarkan atas
pengalaman-pengalaman atau empiris.
Penentuan
sesuatu metode merupakan hal yang penting setelah penentuan objek yang akan
dipelajari. Dari segi metode akan terlihat ilmiah tidaknya sesuatu penelitian
itu. Pada dasarnya metode penelitian dapat dibedakan atas dua bagian yang
besar, yaitu metode longitudinal dan crossectional. Di samping metode tersebut
dalam penelitian psikologi digunakan pula metode eksperimental dan
non-eksperimental.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
METODE LUNGITUDINAL
Metode ini merupakan metode penelitian yang membutuhkan waktu yang
lama, kesabaran dan ketekunan untuk mencapai sesuatu hasil penelitian. Dalam
metode ini penelitian dilakukan hari demi hari, bulan demi bulan, malahan tahun
demi tahun. Miasalnya metode yang ditempuh di dalam penelitian tentang
perkembangan anak. Hasil pengamatan dicatat hari demi hari, bulan demi bulan
dan tahun demi tahun. Hasil tersebut dikumpulkan dan diolah kemudian ditarik
kesimpulan.
B.
METODE CROSS-SECTIONAL
Metode ini bertolak belakang dengan metode longitudinal. Dengan
metode inidalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan bahan yang banyak.
Sebagai contoh penelitian dengan menggunakan kuesioner (angket). Penelitian ini
dapat berlangsung secara cepat, tetapi pada umumnya kurang mendalam. Karena itu
untuk mengatasinya, kedua metode ini digabungkan. [1]
Selain metode lungitudinal dan metode
cross-sectional terdapat jenis metode lain yaitu,
A.
Metode
Eksperimental
Metode
eksperimental merupakan observasi atau pengamatan terhadap suatu kejadian atau
gejala yang berlangsung di bawah kondisi atau syarat tertentu. Dalam psikologi,
metode eksperimental bermaksud menyelidiki pengaruh kondisi tertentu terhadap
tingkah laku individu.[2]
Cara
ini biasanya dilakukan di dalam laboratorium. Hal yang merupakan ciri pokok
dalam metode ini adalahpeneliti bisa mengubah-ubah situasai sesuai dengan
tujuan penelitian. Metode ini merupakan penggabungan metode instropeksi dan
eksperimen. Dengan kata lain ia mengendalikan variabel-variabel tertentu (
variabel bebas atau independent) untuk melihat bagaimana akibatnya
terhadap variabel lainnya ( variabel tergantung atau indepent variabel).[3]
Pada tahun 1971, Feshbach dan Singer
mengadakan mengadaa\kan penelitian selama enam minggu di sekolah-sekolah panti.
Dalam kasus ini sekolah-sekolah tersebut berfungsi sebagai lingkungan
“laboratoriom” yang terkontrol, karena di sana kedua pengeksperimen mempunyai
kontrol atau aktivitas tevelisi oleh
subjek (semua anak laki-laki). Semua anak laki-laki. Semua anak laki-laki
menonton televisi selama minimum enem jam per minggu. Anak-anak yang termasuk
kelompok eksperimental harus memilih acara dari daftar film yang menonjolkan
kekkerasan, sementara yang termasuk kelompok kontrol harus memilih acara yang
tidak menonjolkan kekerasan. Perilaku agresif mereka diukur lewat tse
kepribadian yang dilakukan di awal dan di akhir keenam minggu tersebut dan
lewat neraca banding perilaku yang dibuat oleh guru atau orang tua. Kedua
pengeksperimen ini mendapatkan kesimpulan bahwa secara umum pemirsaan acara
televisi yang menonjolkan kekerasan selama enam minggu tidak menyebabkan
meningkatnya perilaku agresif (Silva
& Lunt, 1986).
Ciri
esensial dari metode eksperimental menurut Silva dan Lunt, meliputi variabel.
Pengeksperimen mempunyai gagasan atau perkiraan yang diformulasikannya sebagai
hipotesis penelitian dan ia memanipulasi atau mengubah satu variabel untuk
melihat efek yang ditimbulkan perubahan tersebut pada variabel lain. Agar yakin
bahwa perubahan yang diobservasi pada variabel tak bebas disebabkan oleh variabel bebas dan bukan karena faktor
lain pada subjek atau lingkungan, ia melakukan eksperimen tersebut dalam
kondisi yang dikontrol dengan cermat,
seperti sebuah laboratorim, tempat sgala sesuatu dapat dipertahankan
kekonstanannya, kecuali untuk satu faktor yang
tengah dimanipulasinya.
Perilaku
manusia jelas dipengaruhi oleh banyak faktor; ada yang tidak diketahui
pengeksperimen atau subjek itu sendiri, namun pengeksperimen harus berusaha
sebaik mungkin untuk menyingkirkan sebanyak mungkin faktor, sehingga ia bisa
menemukan efek atau faktor yang menjadi
minatnya.
Dengan
memanipulasi satu variabel sambil mengontrol
yang lain, ahlk psikologi dapat menarik kesimpulan mengenai sebab-akibat dengan
tingkatan keyakinan yang tidak mungkin diperoleh dengan metode
noneksperimental.
Apa
yang dimaksud variabel tersebut adalah segala sesuatu yang bervariasi (berubah) atau dibuat
bervariasi. Dalam eksperimen yang ideal, pengeksperimen memanipulasi variabel
bebas, menjaga agar semua variabel konstan, sementara ia mengobservasi dan
mengukur perubahan pada variabel tak bebas Dalam eksperimen di atas acara
televisi yang menonjolkan dan tidak menonjolkan kekerasan (dimanipulasi oleh
pengeksperimen) adalah variabel bebasnya, sedangkan variabel tak bebasnya
adalah perilaku agrresif anak laki-laki tersebut.
Metode
eksperimen dapat digunakan di luar maupun di luar laboratorium. Sebagai
contohnya, kita dapat meneliti efek berbagai metode psikoteraphy dengan
mnencoba tersebut pada kelompok individu terpisah yang mengalami gangguan
emosional serupa.
Pengethuan
psikologi yang paling dapat dipercaya berasal dari eksperimen-eksperimen yang
diselenggarakan di laboratorium (Mahmud, 1990;6)
Eksperimen
dalam laboratorium mempunyai kelebihan, yaitu dapat mengontrol lingkungan
sehingga ahli psikologi dapat memilih faktor-faktor tersebut ( sementara yang
lain dipertahankan kekonstanannya) . Misalnya jika ia ingin menemukan efek
kurang tidur pada prestasi belajar anak berusia sepuluh tahun, ia mungkin
membawa sekelompok anak berusia sepuluh tahun ke laboratorium dan mencoba
mempertahankan kekonstanan lingkungan dan yakin bahwa mungkin membandingkan kelompok
yang tidur sepuluh jam pasa malam hari seperti seharusnya dan yang hanya tidur
tiga jam. Ia misalnya berusaha menjaga agar anak-anak tersebut mendengar suara
ribut yang sama dan bahwa ada yang tidak meminum kopi. Dalam lingkungan yang
terkontrol, tiap perbedaan diantara kelompok anak berusia sepuluh tahun tersebut, dapat
diasumsikan dengan lebih yakin bahwa memang ada kaitan antara prestasi belajar
dengan faktor kurang tidur.[4]
B.
Metode
Non-Eksperimental
Pada
dasarnya metode eksperimental hanyalah salah satu dari sekian banyak cara yang
dilakukan para ahli psikologi untuk mmengkaji perillaku. Pengkajian perilaku
tidak selalu dapat atau perlu dilakukan di laboratorium. Bagi yang masih kecil
umpamanya, mungkin berperilaku amat berbeda di dalam laboratorium dengan di
rumah bersama orang dan mainan yang dikenalnya disekitar dirinya.
1.
Metode
Observasi
Psikologi
sebenarnya selalu berurusan dengan
observasi. Perhatiannya terlatak pada pengobservasian perilaku, perekaman atau
pengukuran peristiwa dan pengujicobaan sesuatu
untuk menarik kesimpulan. Akan tetapi psikologi berawal dari observasi,
sehingga bisa didefinisikan sebagai sajian (Observasi) ilmiah mengenau
perilaku.
Observasi
secara cermat terhadap perilaku burung dan manusia merupakan titik awal untuk
banyk riset (penelitian) dalam psikologi. Dalam bukunya introduction to
psicoloogy Rita, L. Atkinson dkk. Mengingatkan, dalam melakukan observasi
terhadap perilaku yang terjadi secara alami, terdapat resiko
munculnyapenafsiran yang menggelikan daripada deskripsi objektif. Kata mereka,
kita mungkin tergoda misalnya, untuk mengatakan bahwa hewan yang kita ketahui
telah lama tidak mendapatkan makanan sedang “mencari-cari makan” saat kita
melihat tingkat aktifitasnya meningkat. Menurut mereka, para peneliti harus terlatih untuk mengamati dan
mencatat secara akurat untuk menghindari bias pribadi dalam hasil laporannya.[5]
Metode
observasi dalam psikologi banyak
dilakukan untuk dipelajari tingkah laku anak-anak, interaksi sosial, aktifitas
keagamaan, peperangan, aktifitas kejahatan dan kejadian lain yang tidak dapat
dieksperimenkan. Pada hakikatnya, eksperimen merupakan salah satu metode
observasi yang dibatasi dengan
menciptakan kondisi-kondisi tertentu.
2.
Metode Studi
Kasus (Case Study/ Case history)
Sebagian
studi kasus ini yang paling terkenal adalahyang dibuat oleh Freud (Sylva &
Lunt, 1986). Metode studi kasus kadang disebut “metode klinis” (untuk tidak
megelirukannya dengan wawancara klinis piaget) karena metode ini terutama
digunakan oleh dokter atau ahli
psikologis klinis ketika mereka mengobati pasien. Si ahli psikologi mencoba
merokunstruksi riwayat kehidupan masa
lalu subjek berdasarkan ingatannya, laporan anggota keluarga, dan rekaman lain.
Upaya ini melibatkan pekerjaan yang agak mirip pekerjaan detektif, yaitu dalam
hal mengumpulkan gambaran peristiwa masa lalu yang akurat.
Kelemahannya
dari metode ini adalah terletak pada “seakan-akan memberikan kesan bahwa
objeknya adalah orang-orang yang jiwanya tidak normal, sehingga hasil yang
dicapainya kurang representataif untuk menggambarkan keadaan jiwa pada
umumnya.”
3.
Metode
Survei
Adalah
suatu metode yang bertujuan mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar individu
melalui alat pengukur wawancara( Vrendenbreght, 1981:44). Definisi tersebut
dapat diuraikan debagai berikut.
a.
Individu
adalah satuan penelitian.
Data
dikumpulkan melalui generalisasi, kita dapat menarik kesimpulan mengenai suatu
kelompok masyarakat.
b.
Variabel
yang dikumpulkan dalam metode survei pada prinsipnya tidak terhingga banyaknya,
mulai dari variabel seperti latar belakang responden berupa jenis kelamin,
umur, agama, pekerjaan, status perkawinan suku bangsa dan sebagainya sampai
sikap dan pandangan koresponden, lingkungan sosial manusia, kelakuan manusia
dan juga mengenai ciri-ciri khas demografis dari suatu kelompok manusia
c.
Alat
pengukur yang dipakai adalah wawancara berupa daftar pertanyaan yang berbentuk
suatu schedule atau suatu kuesioner, yang biasanya sangat berstruktur.
4.
Metode
Korelasional
Adalah
suatu metode yang digunakan untuk meneliti hubungan di antara berbagai variasi.
Dengan kata lain metode ini bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi atau lebih faktor lain
berdasarkan koefisien korelasinya. ( Rakhmat 1984:43; Ustman dan Akbar 1996: 5)
Contoh:
1.
Studi
yang mempelajari saling hubungan antara kepemimpinan
dengan prestasi kerja.
2.
Studi
secara analisis faktor mengenai tess kepribadian.
3.
Studi
untuk meramalkan keberhasilan kepemimpinan
berdasarkan
tes bakat.
Metode
korelasional digunakan untuk :
1.
Mengukur hubungan di antara berbagai variabel.
2.
Meramalkan
variabel tidak terbatas dari pengetahuan kita
tentang
variabel bebas, dan
3.
Meratakan
jalan untuk membuat rancangan penelitian
eksperimental.
Melalui
metode korelasional, kita bisa memastikan, berapa besar yang disebabkan oleh
satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel
lain. Kita menggunakan pengukuran korelasi untuk menentukan besarnya arah
hubungan. Dalam metode korelasi ini, kita mengumpulkan dua atau lebih perangkat
niklai dari sebuah sampel peserta, kemudian kita menghitung hubungan antar
perangkat tersebut. Sebagai contoh, jika kita menguji hipotesis tentang hubugan
antar kreativitas dan kemampuan mental pada sampel mahasiswa, nilai dari dua
variabel tersebut dikumpulkan, lalu dihitung korelasi koefisien antara dua
perangkat tersebut.[6]
Di samping
metode tersebut di atas dalam penelitian psikologi digunakan pula metode-metode:
1.
Metode instrospeksi
Arti kata instrospeksi ialah melihat kedalam (intro= ke dalam dan
speksi dari spctare=melihat). Memandang
Metode ini merupakan suatu metode penelitian dengan melihat
peristiwa-peristiwa kejiwaan kedalam dirinya sendiri.
Menurut Wundt istilah
instrospeksi ini kurang tepat, yang lebih tepat ialah retrospeksi
(retro=kembali, dan spectare=melihat). Jadi peneliti melihat kembali
peristiwa-peristiwa kejiwaan yang terjadi dalam dirinya sendiri, sebab apa yang
diselidiki itu adalah apa yang telah terjadi, bukan apa yang sedang terjadi
didalam dirinya. [7]
Kelemahan-kelemahan metode introspeksi:
a.
Sering peninjauanatas dirinya sendiri itu tidak jujur artinya
didalam
melihat kedirinya sendiri itu ia akan menguraikan hal-hl yang baik saja, sedang
hal-hal yang buruk disembunyikan, tidak dinyatakan.
b.
Sering dipengaruhi perasaan
dan pandangan diri, sifatnya
subjektif, kurang objektif.
c.
Karena sifatnya kurang jujur dan subjektif maka peninjauannya
tidak
lengkap, sering ditambah-tambah, bahkan tidak semua proses kejiwaannya dapat
dinyatakan terutama dengan hal-hal yang kurang baik.[8]
2.
Metode introspeksi eksperimental
Metode ini
merupakan penggabungan metode introspeksi dengan eksperimen. Dengan jalan
eksperimen, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat
diatasi. Maksudnya, di dalam metode introspeksi
murni, hanya peneliti sendiri yang menjadi objek. Dirinya sendiri yang
menjadi ukuran segala-galanya. Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan hanya
pada dirinya sendiri.
Tetapi dalam metode
introspeksi yang eksperimental tidak demikian. Misalnya satu kelas dicoba,
mengenai suatu pemecahan masalah (problem solving). Setelah itu masing-masing
individu disuruh untuk mengadakan introspeksi apa yang terjadi dalam
dirinyasuwaktu mereka memecahkan suatu masalah tersebut. Dari hasil keseluruhan
disimpulkan hingga merupakan suatu kesimpulan. Kesimpulan ini merupakan
kesimpuln atas dasar introspeksi eksperimental. Denan demikian maka sifat
subjektivitas dari metode introspeksi diatasi dengan menggunakan subjek yang
lebih banyak.
3.
Metode ekstrospeksi
Arti kata
ekstrospeksi ialah melihat keluar ( extro=keluar), speksi dari
(spectare=melihat). Pada metode ekstrospeksi subjek penelitian bukan dirinya
sendiri tetapi orang lain. Metode ekstrospeksi sebenarnya juga berdasarkan atas
metode introspeksi. Misalnya, Oranag akan dapat mengatakan atau menyimpulkan
yang terjadi pada orang lain, juga berdasarkan atas dirinya sendiri. Dengan
demikian kelemahan yang terdapat dalam metode introspeksi sedikit banyak juga akan terdapat pula pada
metode ekstrokpeksi.[9]
4.
Metode kuesioner (angket)
Merupakan
metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek dari penelitian
tersebut. Pada garis besarnya angket terdiri dari dua bagian, yaitu:
a.
Bagian yang mengandung identitas
Merupakan bagian-bagian yang mengandung
pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkap data identitas yang dikenai angket.
Misalnya: nama, tempat dan tanggal lahir, bangsa, agama,alamat dsb.
b.
Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan yang ingin memperoleh
jawaban.
Pertanyaan itu ada beberapa macam bentuk atau
jenis, yaitu;
1.
Pertanyaan yang tertutup (closed questions)
Yaitu bentuk pertanyaan, orang yang akan dikenai angket
(respinden) tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam angket
tersebut.
2.
Pertanyaan yang terbuka (open questions)
Yaitu bentuk pertanyaan yang responden masih diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan jawaban.
3.
Pertanyaan yang terbuka dan tertutup
Yaitu campuran
dari kedua macam pertanyaan tersebut diatas.
Anket
dibedakan menjadi dua jenis:
a.
Angket langsung
Yaitu angket yang diberikan kepada subjek yang
dikenai, tanpa menggunakan perntara. Misalnya apabila orang ingin meneliti
ibu-ibu, maka angket langsung diberikan kepada ibu-ibu.
b.
Angket tidak langsung
Yaitu angket yang menggunakan perntara dalam menjawab.
Misalnya kalau orang ingin meneliti anak-anak, angket tidak langsung diberikan
kepaa anak-anak, tetapai diberikan kepada orang tuanya atau guru-gurunya, dan
merekalah yang menjawabpertanyaan-pertanyaan mengenai anak-anak tersebut.
Keuntungan
metode angket:
a.
Praktis
b.
Hemat
c.
Orang dapat menjawab dengan leluas tanpa dipengaruhi
orang lain.
Kelemahan
metode angket:
a.
Peneliti tidak dapat langsung bertatap muka dengan yang
diteliti, maka apabila ada hal yang kurang jelas,
keterangan lebih lanjut sulit diperoleh.
b.
Pertanyaan tidak dapat diubah sesuai situasinya
c.
Biasanya angket yang telah dikeluarkan tidak semua dapat
kembali
d.
Kesalahan dalam pelaksanaan (misalnya sugestif), kurang
terangnya pertanyaan-pertanyaan, menyababkan kurang
validnya bahan yang diperoleh.
5.
Metode interview (wawancara)
Merupakan
metode penelitian dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara lisan.
Keuntungan metode interview:
1.
Pada interview hal-hal yang kurang jelas dapat
diperjelas,
sehingga orang
dapat mangerti apa yang dimaksudkan.
2.
Pada interview penginterview dapat menyesuaikan dengan
keadaan yang diinterview.
3.
Dalam interview adnya hubungan yang langsung (face to
face)
karena itu diharapkan dapat menimbulkan suasana hubungan yang baik, dan ini
akan memberika bantuan dalam mendapatkan bahan-bahan.
Kelemahan
metode interview:
1.
Kurang hemat, baik dalam soal waktu maupun tenaga.
2.
Dibutuhkan keahlian, dan untuk memenuhi ini dibutuhkan
waktu untuk mendapatkan pendidikan atau latihan khusus.
3.
Bila telah ada prasangka (prejudice) maka ini akan
mempengaruhi interview, sehingga hasilnya tidak objektif.[10]
6.
Metode Biografi
Berasal dari kata graphare (phein) = menulis,
yaitu mempelajari riwayat hidup seseorang.
Dalam bahasa biografi ada autobiografi artinya rirawayat hidup yang
ditulis sendiri dan ini amat penting karena penulisan pengalaman-pengalaman
sendiri biasanya lebih objektif dari pada biografi yang di tulis oleh orang
lain.
7.
Metode Analisis Karya (orang)
Yaitu dengan menyelidiki karya orang. Misalnya
lukisan, karanagan dan buku harian. Karya-karya ini merupakan pencetus dari
keadaan jiwa seseorang.[11]
8.
Metode Klinis
Metode mula-mula timbul dalam lapangan klinik
untuk mempelajari keadaanorang-orang yang jiwanya terganggu (abnormal).
9.
Metode Testing
Adalah suatu rangkaian pertanyaan-pertanyaan
yang disusun secara khusus. Macam-macamnya menurut kejiwaan yang diselidiki
maka ada testing-testing intelegensi(kecerdasan), fantasi, kepribadian, bakat,
perasaan, kemauan dsb.
Testing yang banyak dikenal adalah testing
mental (kecerdasan). Testing mental bersumber pada suatu teori biologis, pada
abad ke 18 tentang pengaruh keturunan terhadap bakat orang. Testing yang
pertama terutama bersifat sensomotoris (=gerakan-gaerakan sensoris). Testing
permulaannya berdasar atau bersifat testing mengenai alat-alat indra.
Metode ini mulai dikenal setelah hasil kerja
dari Binet. Pada tahun 1904 Biuret mendapatkan tugas dari pemerintah Perancis
untuk mengadakan penelitian terhadap anak-anak yang mengalami kelambatan dalam
pelajaran apabila dibandingkan dengan teman-teman yang sebaya. Berdasarkan atas
hasil penelitian Binet ternyata mereka itu kurang normal. Sumbangan utama dari
Binet ialah dalam hal merintis dan menentukan standar-standar pertanyaan, yaitu
pertanyaan yang diperlukan untuk anak-anak denagan tingkatan umur
masing-masing. Kalau pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dijawab, maka dapat
dinyatakan bahwa anak mengalami hambat n intelegensi. Tes ini sering disebut
intellegence quotient (IQ). IQ diperoleh dengan cara membagi umur
kecerdasan atau Mental Age (MA) dengan umur sebenarnya atau Cronological Age
(CA) dan dikalikan 100 untuk menghindari angka pecahan. Hal tersebut dapat
dinyatakan dengan rumus:
IQ= MA:CA x 100
Hasil
perhitungan disebut I(ntelegensi), Q(outient) akan A(ngka) K(ecerdasan).
Formulasi perhitungan I.Q.(A.K) pertama-tama dibuat oleh William Stern.
Keuntungan
metode testing ialah orang dapat mengetahui gambaran atau orang yang dites,
sudah memberikan ancer-ancer yang sedikit banyak telah berguna dalam manentukan
langkah-langkah lebih lanjut.[12]
Kelemahan metode testing:
1.
Hasil testing terikat pada keadaan saat situasi tertentu
sehingga
hasilnya tidak dapat untuk menentukan perkembangan anak
dikemudian hari.
2.
Dengan hasil testing kita hanya dapat mengetahui beberapa
aspek dari kepribadian seseorang (aspek kejiwaaan manusia
) dan kita belum mengetahui keseluruhan tentang kepribadian seseorang.
3.
Hasil testing hanyalah menunjukkan keadaan anak
berdasarkan
pendidikan dan pengalaman, dan sering hal ini tidak sama dialami oleh anak-anak lain.
4.
Hasil testing adalah gambaran selintas( moment opname)
jadi
bersifat diagnostis, artinya gambaran situasi yang ada, yang tertangkap dan
tidak bersifat prognostis (untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan
perkembangan kelak di kemudian hari.[13]
10. Metode Statistik
Metode ini digunakan untuk mengadakan
penganalisisan
terhadap materi atau data yang telah dikumpulkan
dalam metode penelitian. “ Kata statistik
telah digunakan untuk membatasi cara-cara ilmiah untuk mengumpulkan,
menyusun, meringkas dan menyajikan data penelitian. Lebih lanjut statistik
merupakan cara untuk mengolah data tersebut dan menarik kesimpulan yang teliti
dan keputusan yang logis dari pengolahan data tersebut. “
Fungsi
dan peranan statistik digambarkan oleh Guilford sebagai
berikut:
a.
Statistik memungkinkan catatan secara eksak data
penyelidikan.
b.
Statistik memaksa penyelidik menganut tata pikir dan tata
kerja
yang definite dan eksak.
c.
Statistik menyediakan cara-cara meringkas data ke dalam
bentuk yang lebih banyak artinya dan lebih gampang mengerjakannya.
d.
Statistik memberi dasar untuk menarik konklusi melalui
proses
yang mengikuti tata yang dapat diterima oleh
ilmu pengetahuan.
e.
Statistik memberi landasan untuk meramalkan secara ilmiah
tentang bagaimana suatu gejala akan terjadi dalam kondisi
yang telah diketahui.
f.
Statistik memungkinkan penyelidik menganalisis,
menguraikan
sebab-akibat yang kompleks dan rumit, yang tanpa
statistik akan merupakan peristiwa yang membingungkan, kejadian yang tidak
teruraikan.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam usahanya untuk mempelajari tingkah laku manusia, psikologi
mengunakan bebrapa metode-metode tersendiri untuk menyelediki terhadap
objeknya. Objek psikologi adalah pengahatan dan perbuatan manusia, yaitu
perbuatan manusia yang bersifat kompleks dan selalu berubah. Jiwa bukankalah
suatu benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup dimanis selalu berubah untuk
maju menuju kesempurnaaanya. Oleh karena itu, penggunaan utuk suatu metode yang
bagaimana baiknya, pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran ang mutlak, sebab
tiap-tiao metode pasti memiliki kelemahan di
samping kelebihannya.
Metode-metode yang digunakan dalam penelitian
psikologi salah satunya yaitu, metode lungitudinal - metode cross-sectional dan
eksperimental – non eksperimental.
DAFTAR PUSTAKA
Fudyartanta, Ki. 2011. Psikologi Umum.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shaleh, Abdurrahman. 2004. Psikologi: Suatu
pengantar dalam perspektif Islam. Jakarta: Kencana.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam
Lintasan Sejarah. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Walgito, Bimo. 1981. Pengantar Psikologi
umum. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Post a Comment